DANIEL PANE

SELAMAT DATANG DAN MENIKMATI YANG TELAH DISAJIKAN

Senin, 26 Maret 2012

Khotbah Kejadian 50: 15 - 21

DENDAM DAN KASIH


Pendahuluan
            Memaafkan jauh lebih susah dilakukan dibandingkan dengan menahan amarah, dendam, atau bahkan marah. Setiap kali manusia apabila dia dendam, ia selalu mengatakaan, kita ini manusia, masih tinggal di dunia. Sehingga, dendam menjadi sesuatu yang disahkan dan dapat ditolerir, atau bahkan seolah-olah Allah memaklumi manusia untuk dendam. Sekarang, apakah dendam? Dendam merupakan suatu perasaan yang lahir daripada perasaan benci atau marah, seringkali dipendam secara rahasia oleh seseorang individu. Dendam juga boleh lahir daripada hasrat dengki atau ketidakpuasan hati. Dan itu semua karena ada penyebabnya. Sehingga, semakin banyak menyimpan perasaan tersebut, maka semakin besarlah keinginan untuk membalaskan dendam dan atau bahkan ingin membalaskan kejahatan tersebut lebih dari yang terjadi padanya.
            Dalam teks khotbah saat ini, tampak sikap paradoks dari sikap penjelasan di atas. Kita tentu telah mengetahui apa dan bagaimana kehidupan Yusuf sebelum ia dijual ke Mesir oleh saudara-saudaranya. Kejahatan yang terjadi padanya, itu karena ada ketidaksenangan saudara-saudara terhadap Yusuf. Setelah Yusuf dijual, kehidupan Yusuf sangat berbeda secara fisik dibandingkan sebelum ia dijual, namun, sikap untuk mengasihi tidak hilang.

Penjelasan nas
            Ayat 15, tampak bagaimana ketakutan saudara-saudara Yusuf terhadap Yusuf. Ketakutan ini muncul karena adanya kejahatan yang mereka lakukan kepada Yusuf. Bagi sistem sosial yang terjadi pada konteks nas ini, seseorang itu memiliki hak untuk membalaskan kejahatan terhadap orang-orang yang melakukan kejahatan terhadapnya bahkan melebihi dari kejahatan yang diterimanya. Orang yang ditakuti adalah orang yang memiliki pengaruh atau kuasa yang tinggi terhadap kepentingannya. Dalam hal ini, Yusuf memiliki kuasa atau pengaruh yang besar dalam kehidupan saudara-saudaranya, dan kelangsungan hidup saudara-saudaranya berada di tangannya. Yusuf bisa saja membalaskan kejahatan saudara-saudaranya, apalagi setelah Yakub meninggal. Tetapi, perlu diperhatikan sikap Yusuf dalam teks ini.
            Ayat 16-17, saudara-saudara Yusuf yang tidak berani menjumpainya karena ketakutan tersebut. Dalam hal ini, saudara-saudaranya menyampaikan pesan Yakub sebelum ia meninggal, yaitu mengampuni (memaafkan). Mengampuni berarti memberi kesempatan, memulihkan, dn membebaskan. Itulah yang dipesankan oleh si Yakub, dimana Yusuf memberi kesempatan kepada saudara-saudara, serta memulihkan ketakutan dan hubungan bersaudara, serta Yusuf membebaskan saudara-saudaranya dari ketakutan yang mereka.
            Ayat 18, merupakan sikap yang baik dalam menunjukkan rasa penyesalan. Tunduk dapat menunjukkan hormat dan merendahkan diri, serta siap untuk menerima keputusan apakah diampuni atau tidak. Kemudian saudara-saudara Yusuf ini siap untuk menjadi budak, artinya siap untuk berada di posisi yang paling rendah dan tidak berarti. Hal ini merupakan faktor ketakutan saudara-saudara Yusuf. Ketakutan yang mereka ialah apabila Yusuf dendam, maka rusaklah hubungan mereka sebagai saudara, mereka takut kalau Yusuf menyuruh mereka pulang ke Kanaan sehingga saudaranya pun akan mati kelaparan, dimana ketika itu, terjadi kelaparan hebat di negeri Kanaan. Sehingga, dari pada mereka disuruh pulang, mereka siap untuk menjadi budak Yusuf, karena adanya jaminan mereka dapat makan.
            Ayat 19-21, sikap yang paradoks dengan apa yang ditakutkan oleh saudara Yusuf. Adanya pengampunan, dan pengampunan itu diakhiri dengan janji memberi kehidupan kepada mereka dan keturunan mereka. Rencana Allah bukanlah rencana manusia. Yusuf bisa saja membalaskan kejahatan saudara-saudaranya itu dengan menyuruh mereka pulang atau jadi budak, tetapi Yusuf mengaku bahwa ia bukanlah pengganti Allah yang menghukum saudara-saudaranya. Dan ia mengaku bahwa dibalik penderitaan yang Yusuf hadapi kejahatan saudara-saudaranya, ada rencana Allah yang indah. Rencana itu akan ia peroleh karena buah kesetiaannya pada Allah. Serta janji yang diberikan Yusuf merupakan janji yang memberi kehidupan, bukan hanya kepada saudara-saudaranya, tetapi juga kepada keturunan mereka. Dalam hal ini, tampaklah bahwa seorang yang takut pada Allah, maka ia tidak hanya mengampuni orang lain, tetapi juga janji kehidupan kepada orang yang telah melakukan kejahatan kepada kita.

Refleksi
            Teks ini mengajarkan kita dalam hal mengampuni.
Agar kita dapat mudah mengampuni orang lain, maka ada langkah-langkah yang harus kita ambil pada saat kita akan mengampuni orang lain. Langkah-langkah tersebut antara lain:
1.       Menyadari bahwa pengampunan merupakan sebuah pilihan. Mengampuni adalah sebuah pilihan. Dan ini adalah pilihan yang mendewasakan pribadi yang memberi pengampunan dan memberi kesempatan yang diampuni untuk berubah.
2.       Menyadari bahwa mengampuni adalah syarat agar kita diampuni oleh Bapa (Matius 18 : 23 - 25). Alkitab tegaskan mengampuni orang lain berarti kita menghargai pengampunan yang Tuhan berikan.
3.       Menyadari bahwa kita sudah menerima kelimpahan ampunan dari Bapa (Matius 5 : 8, Kolose 3 : 13). Setiap saat manusia dapat berbuat kesalahan dan merugikan orang lain dan pada saat kita memita pengampunan dari Bapa di Sorga dengan sungguh, disaat itulah Bapa disorga mengampuni kita. Dan melalui pengorbanan-Nya di salib menjadi bukti bahwa kita menerima kelimpahan  ampunan. 
4.       Menyadari bahwa orang yang melukai anda mempunyai kebutuhan yang lebih besar lagi untuk mendapat kasih dan pengampunan dari Allah. Ini adalah suatu sikap yang dewasa ketika kita sadar bahwa orang yang melukai kita adalah pribadi yang benar-benar memerlukan kasih dan pengampunan dari Bapa di Sorga.
5.       Mengucap syukur atas berkat yang pernah diterima melalui orang yang telah melukai hati anda (2 Korintus 7 : 15). Dengan mengucap syukur Tuhan memberikan kekuatan bagi pribadi yang memberikan pengampunan
6.       Meminta kepada Tuhan untuk membuka kesempatan bagi kita agar dapat menyatakan kasih kita kepada orang tersebut (1 Petrus 4 : 8). Kasih adalah dasar dari pengampunan kita. Tuhan akan memberi kemampuan kepada kita untuk kita menyatakan kasih kepada mereka yang kita beri pengampunan.
7.       Berdoa bagi orang itu (Matius 5 : 44). Bukan suatu hal yang mudah, tetapi Yesus sendiri mengatakan untuk mencintai musuh-musuh kita dan mendoakan orang yang menganiayai kita....sanggupkah kita..? SANGGUP..! Mampukah kita..? MAMPU..! Kalau Yesus katakan, Yesus pula yang memberikan kesanggupan dan kemampuan  kepada kita untuk melakukannya. Amin



2 komentar:

  1. kok sama isi khotbah ini dengan yang dituisakan Ibu Pdt. Dr. Dewi Sri Sinaga ya dalam Buku Khotbah yang dikeluarkan STT HKBP? persis sama.
    salam pak pendeta. jadi bingung aku.

    BalasHapus
  2. saya telah memposting ini tahun 2012 amang, namun saya tidak mengetahui kalau tulisan ini sama dengan seperti yang anda utarakan.. bisakah saudara mengirimkan tulisan yang saudara maksud agar kita dapat melihat persis atau tidak, terima kasih.

    BalasHapus