DANIEL PANE

SELAMAT DATANG DAN MENIKMATI YANG TELAH DISAJIKAN

Rabu, 26 Oktober 2022

BAHAN KHOTBAH EVANGELIUM MINGGU, 30 OKTOBER 2022; YESAYA/ JESAYA 1: 16 - 20

 

BAHAN KHOTBAH EVANGELIUM 

MINGGU XX SETELAH TRINITAS

Minggu, 30 Oktober 2022

Ev.: Yesaya 1: 16 – 20; Ep.: Rom 6: 15 – 23; Pengganti Hukum Taurat: Yehezkiel 33: 11

 

BERHENTILAH BERBUAT DOSA DAN TEKUNLAH DALAM BERBUAT BAIK

Oleh: Pdt. Daniel Bonardo Pane

Pendahuluan

            Horas... Salam reformasi gereja. Pada hari Senin, 31 Oktober 2022 kita akan memperingati 505 tahun reformasi Gereja yang diprakarsai oleh Martin Luther. Melalui reformasi yang ia lakukan, Martin Luther memaparkan pemahaman mengenai pembenaran dan keselamatan melalui pengampunan dosa. Pada masa Paus Leo X menjadi pemimpin tertinggi gereja Roma katolik mengeluarkan suatu pemahaman: ketika seseorang memberikan persembahannya, dan persembahannya tersebut berdentang (malliting) di dalam kotak persembahan, maka jiwanya dan jiwa keluarga yang telah meninggal telah melewati api penyucian (purgatori) sehingga bagaimana besar atau kecilnya dosa yang telah ia lakukan selama hidup tidak akan menghalangi dia beroleh pembenaran atau penebusan dosa. Kemudian dikeluarkannya juga surat penghapusan dosa (indulgensia), dimana ketika setiap orang yang telah berdosa kemudian ia membeli indulgensia, maka dosanya pun dihapuskan. Semakin banyak seseorang membeli indulgensia maka semakin banyaklah dosanya telah dihapuskan. Pemahaman seperti ini melahirkan pengertian pembenaran atau keselamatan merupakan barang yang dapat diperjualbelikan. Pemahaman ini membuat masyarakat Jerman (khususnya di wilayah Wittenberg) tidak lagi takut untuk melakukan dosa atau melakukan berbagai perbuatan jahat sebab dosa yang telah mereka lakukan dapat dihapuskan dengan cara membeli indulgensia dan memberikan banyak persembahan.

           

Penjelasan Perikop (nas)

            Yesaya telah bernubuat pada masa kepemimpinan Uzia, Yotam, Ahaz dan Hizkia, raja Yehuda sedangkan di Israel Utara (Efraim) dipimpin oleh Yerobeam II, Zakharia (bukan nabi Zakaria), Salum, Menahem, Pekahya, Pekah dan Hosea (bukan nabi Hosea). Dengan memperhatikan raja yang memimpin Israel Selatan dan Israel Utara dapat diperkirakan bahwa Yesaya melakukan tugas keabiannya pada tahun 745 – 680 sM. Apa yang terjadi ketika itu? Terjadilah perang saudara antara Israel Selatan (Yehuda) dengan Israel Utara (Efraim) di mana perang saudara tersebut memiliki koalisi dengan bangsa lain untuk memperkuat kerajaannya. Israel Selatan (Yehuda) berkoalisi dengan Asyur dan Israel Utara (Efraim) berkualisi dengan Siria. Fokus kepada Yehuda, setelah kematian Uzia, yaitu masa pemerintahan Yotam dan Ahaz terjadi kemerosotan multi dimensi di kerajaan Yehuda. Secara ekonomi, diberlakukannya wajib upeti/ pajak yang sangat tinggi di mana pajak tersebut diperuntukkan untuk pembenahan atau memperkuat alat perang, diberikan kepada Asyur sebab Yehuda telah menjadi negara jajahan/ wilayah boneka Asyur. Setiap orang yang tidak mampu membayar pajak/ upeti, maka ia akan menjual tanahnya atau rumahnya agar mampu membayar pajak/ upeti. Dari segi agama, Yehuda juga wajib mengikuti ritus agama Asyur dengan penyembahan Asyera sebab mereka adalah negara jajahan/ negara boneka Asyur; dari segi hukum, terjadi ketidakadilan atau penindasan kepada orang miskin, para janda dan anak yatim piatu, korupsi semakin merajalela; dari segi sosial, sistem mengalami kemerosotan moral. Maka Yesaya menggambarkan kondisi Yehuda sama seperti konteks Sodom dan Gomora (bdk. Yes. 1: 2 – 10).

            Peribadahan dilakukan secara formalitas dan hanya sebagai seremonial saja. Mereka beribadah, memberi korban persembahan yang cukup banyak, mereka bernyanyi, berdoa dengan pemahaman bahwa semua yang mereka lakukan bertujuan untuk penghabusan dosa mereka dan lepasnya mereka dari hukuman yang diakibatkan oleh dosa. Semakin sering mereka melakukan ritus agama mereka maka dosa mereka pun dihapuskan. Mulut mereka yang dipakai untuk memuji dan memuliakan TUHAN melalui nyanyian, menyerukan doa dan permohonan, menyuarakan kemuliaan dan kemahakuasaan TUHAN justru mulut mereka itu juga dipakai untuk mengucap dusta, menghina, mengucapkan kebencian dan kejahatan, mengucapkan tuduhan yang tidak benar terhadap orang miskin, para janda dan anak yatim piatu; tangan yang mereka pakai untuk berdoa, mengadahkan tangan untuk menyampaikan permohonan, menyampaikan korban persembahan justru tangan mereka itulah yang juga dipakai untuk melakukan kejahatan, tangan mereka yang penuh dengan darah, merampas dan berbuat penindasan dan berbagai perbuatan jahat, menerima suap. Mereka tidak lagi enggan melakukan dosa. Mereka berseru memanggil nama TUHAN, Allah Israel, mereka menyanyikan kekudusan dan kemuliaan TUHAN, Allah Israel namun hati dan pikiran mereka jauh dari TUHAN Allah. Hal ini menjadikan ibadah yang mereka lakukan menjadi kekejian bagi TUHAN, TUHAN membenci semua perayaan hari raya yang mereka lakukan, TUHAN memalingkan wajah-Nya dan tidak akan mendengarkan doa bangsa itu. Sebab mereka adalah bangsa yang jahat.

            Setelah Yesaya memberitahukan bahwa semua ritus keagamaan dan peribadahan yang dilakukan oleh kaum Yehuda adalah kekejian dan kebencian bagi TUHAN Allah, pada ay. 16 – 17 Allah menyatakan anugerahnya melalui 2 poin yang harus segera dilakukan oleh bangsa Yehuda, yaitu: pertama: basuhlah, bersihkan dirimu (ay. 16). Pada umumnya kata membasuh atau membersihkan diartikan sebagai tindakan membuang noda atau kotoran yang melekat. Noda atau kotoran itu adalah dosa,  yaitu perbuatan jahat dan segala sesuatu yang jahat. Dirinya harus memisahkan diri dari perbuatan jahat dan perbuatan jahat tidak melekat di dalam dirinya. Kedua, belajar berbuat baik. Kata belajar yaitu suatu proses untuk mengetahui, mengenal, dan menguasai sesuatu yang ia pelajari. Untuk itu seorang murid haruslah mendengar dan memperhatikan dengan sungguh - sungguh pengajaran yang diterima dari gurunya sehingga murid dapat melaksanakan tugas yang disampaikan oleh gurunya. Jika murid tidak mendengar dan tidak memperhatikan dengan sungguh – sungguh pengajaran maka ia tidak akan mampu mengerjakan tugas yang diberikan padanya. Murid yaitu Yehuda sendiri yang telah menyesali dosanya dan yang telah memisahkan diri dari kejahatan, dimana Yehuda yang sudah terbiasa dengan kejahatannya kini mereka diperhadapkan dengan melakukan hal yang baik, seperti mengusahakan keadilan, mengendalikan orang kejam, membela hak – hak anak yatim, memperjuangkan perkara janda – janda. Semuanya itu tentunya sangatlah sulit tidak terlalu gampang untuk segera dilakukan karena membutuhkan proses yang matang. Oleh karena itu haruslah belajar dengan tekun, melatih diri untuk melakukan yang baik.

            Marilah, baiklah kita berperkara (ay. 18). Pada bagian ini kita diperhadapkan dengan suasana sidang, di mana TUHAN sebagai hakim yang agung dan mulia akan membacakan vonis atau keputusan yang akan diberlakukan kepada semua orang berdosa sebagai seorang yang terdakwa. Apakah ia akan dijatuhi hukuman (punishment) atau ia dibebaskan atau dibenarkan dari semua tuduhan atas kejahatan yang ia telah lakukan. Keputusan itu merujuk kepada perbuatan TUHAN yang tidak dapat diintervensi oleh manusia melalui perbuatan, kekayaan, atau keberadaan manusia itu sendiri. Selanjutnya ditegaskan “Firman TUHAN”. Kata ini menegaskan bahwa TUHANlah yang berfirman, dan IA sendiri akan bertindak seperti yang ia telah firmankan. Kemudian dilanjutkan dengan tindakan Allah yang membenarkan dosa manusia. Pembenaran yang dilakukan oleh TUHAN tidak berarti TUHAN kompromi atau memaklumi semua dosa atau perbuatan jahat yang dilakukan oleh manusia, justru melalui pembenaran inilah TUHAN menyatakan keadilan hukumnya dan preogatif-Nya sebagai Allah yang Mahakuasa dan mahaadil. Dengan preogatif-Nya jugalah IA melakukan pembenaran kepada manusia. Disebutkan: sekalipun dosamu seperti kirmizi dan kain kesumba. Buah kirmizi merupakan buah yang berwarna merah pekat, merah cas yang biasanya dipakai untuk pewarna pakaian dalam kerajaan Romawi, dipakai pada pakaian imam (Kel. 28: 4 – 5); dipergunakan pada kemah suci sebagai tempat diletakkannya tabut perjanjian (Kel. 26); dipakai sebagai tanda bagi bayi yang kembar, dimana anak yang sulung diberikan warna kirmizi agar jelas perbedaan dengan bayi yang lahir sesudahnya. Akan tetapi kirmizi yang disebutkan pada perikop ini adalah noda, yang mengotori pakaian putih. Ketika noda ini mengotori pakaian putih, sangatlah susah untuk membuat pakaian itu putih kembali sebab sangat sulit menghilangkan noda merah tersebut. Sama halnya dengan kain kesuma. Itu berarti kehidupan bangsa Yehuda diibaratkan pakaian putih yang sudah terkena noda/ warna merah yaitu dosa yang tidak mungkin untuk diampuni atau dibersihkan. Sama artinya bahwa bangsa Yehuda tidak mungkin dan sangat tidak layak untuk diampuni atau dibebaskan dari dosanya. Dengan anugerah-Nya, Allah sendirilah yang akan membenarkan dan memurnikan atau membersihkan noda itu sehingga mereka putih sama seperti salju (bahasa batak: itak). Putih merupakan gambaran tanpa noda, tanpa ada kotoran. Salju merupakan butiran – butiran bunga es yang sangat empuk dan dingin. Salju akan membentuk sesuatu rupa atau pola seperti benda di atasnya. Jika seorang berjalan di atas salju, maka akan terbentuk pola atau bentuk sepatu di atas salju tersebut. Sama halnya dengan itak yang terbuat dari tepung beras dan bahan lainnya. Itak yang dicetak dengan tangan, sehingga itak akan membentuk seperti cetakan tangan si pembuatnya. Hal ini tentunya diartikan bahwa TUHAN sendiri akan membentuk Yehuda sebagaimana Yehuda adalah umat kepunyaan Allah. Pembenaran dan penebusan TUHAN atas Yehuda sama seperti putih seperti bulu domba (terjemahan bahsa batak: kapas). Bulu domba bisa dijadikan sebagai pengganti kapas yang dipakai untuk perban untuk menutupi luka atau diolah menjadi benang wool. Benang wool biasanya yang akan diolah kemudian menjadi pakaian. Benang wool pada umumnya benang yang mahal dan berharga dibandingkan benang yang diolah dari kapas biasa. Kiasan ini merujuk kepada tindakan TUHAN yang akan memulihkan dan menyembuhkan luka yang dialami oleh Yehuda. Yehuda yang dianalogikan sebagai pakaian putih yang bernoda yang tidak berguna dan tidak bernilai kini akan menjadi berharga dan sangat berguna.

            Jika mereka menurut dan mau mendengar, itu berarti mereka akan memakan hasil baik dari negeri itu. Pengampunan dosa melahirkan ketenangan, ia tidak perlu takut dan gelisah, dengan tenang dan bahagia ia mengerjakan pekerjaannya (ay. 19). Dengan itu ia akan beroleh hasil pekerjaannya tersebut (lih. Im. 25: 18 – 19; Ul. 28: 2 – 4). Akan tetapi jika Yehuda melawan dan memberontak, maka mereka akan dimakan oleh pedang. Kata pedang pada ay. 20 tidak hanya merujuk pada perang melainkan keadilan dan tegaknya keadilan. Siapa yang terkena pedang akan mati, siapapun yang melakukan kejahatan, maka ia akan mati karena kejahatan. Kematian tersebut tidaklah suatu kebanggaan tetapi hinaan dan kekejian. Sungguh TUHAN yang mengucapkannya. Pemberitaan Yesaya pada perikop ini bukanlah bertujuan untuk menakut-nakuti Yehuda atau sebagai ucapan ancaman kosong, tetapi suatu kepastian mengenai tindakan TUHAN, Allah Israel untuk membenarkan, menyelamatkan Yehuda dari dosanya. Sungguh TUHAN sendiri yang akan melakukannya.

 

Refeleksi Teologi

            Melalui perikop khotbah ini ada 3 poin yang menjadi pokok utama teologi

1.       Manusia sudah semakin cekatan dan tidak takut untuk melakukan dosa. Dosa sudah menjadi bagian kehidupan manusia yang tidak terpisahkan. Seorang yang berdosa sama seperti seorang yang terjebak dalam lumpur hisap dimana semakin keras dan semakin berusaha manusia untuk melepaskan dirinya dari lumpur itu, maka ia pun semakin dihisap ke dalam. Walaupun manusia menarik rambut dan kepalanya agar terangkat dari lumpur hisap juga tidak akan mampu mengangkat dia dari lumpur hisap tersebut. Yang kita lakukan adalah berseru, berteriak sekeras mungkin mencari pertolongan. Kita membutuhkan tangan atau akar pohon untuk membantu ia keluar dari lumpur hisap tersebut. Kini tangan dan akar itu telah TUHAN nyatakan melalui panggilan pertobatan. TUHAN tidak hanya memanggil seorang untuk bertobat, sebab pertobatan tidak akan mampu melepaskan manusia dari dosanya sendiri. TUHAN kemudian memberikan Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, sebab hanya di dalam Yesus Kristuslah kita akan dibenarkan dan melalui pengorbanan-Nyalah kita telah ditebus dan dibenarkan. Oleh karena itu, segeralah raih Yesus Kristus yang adalah anugerah Allah yang menyelamatkan.

2.       Pertobatan bukanlah awal atau dasar keselamatan atau pembenaran. Dasar dan awal keselamatan dan pembenaran yaitu anugerah (gratia) TUHAN. Bukan karena banyaknya persembahan, bukan karena keahlian kita bernyanyi, bukan karena keahlian kita merangkai kata – kata doa dan bukan karena seringnya kita beribadah dan sekuat tenaga berseru sehingga kita diselamatkan dan dibebaskan dari dosa, tetapi hanya karena anugerah TUHAN. Dengan anugerah-Nya, TUHAN memanggil manusia untuk meningalkan dosanya atau yang disebut dengan pertobatan. Pertobatan (bahasa Ibrani: syuv; bahasa Yunani: metanoia) merupakan komitmen yang sungguh – sungguh. Ia berpaling 180o menghadapkan dirinya kepada kebenaran dan kehendak TUHAN dan memalingkan semua perbuatan jahat.

3.       Jangan pernah katakan, bahwa dosamu telah banyak dan engkau tidak akan layak untuk dibenarkan atau diselamatkan. Bagaimana pun banyak atau sedikitnya dosamu bawalah semuanya itu kepada TUHAN. TUHAN sendiri yang akan menata hidupmu dan menyembuhkanmu dari dosa dan TUHAN sendiri yang akan mengampuni dosamu. Ingatlah apa yang terjadi kepada seorang perempuan yang kedapatan berbuat dosa, dimana Yesus berkata: “pergilah jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang” (lih. Yoh. 8: 11). Seorang yang telah dibenarkan dan dibebaskan dari dosanya, maka ia akan melakukan peribadahannya tidak hanya sebagai formalitas, tetapi berlanjut kepada menyatakan keadilan dan kebenaran hukum, berbuat baik kepada semua orang, memperhatikan hak anak yatim piatu, membela hak orang miskin, membebaskan kaum lemah dari penindasan atau eksploitasi yang dilakukan oleh para penindas semuanya itu adalah uangkapan syukur dan puji karena Allah telah mengampuni dosa. Terpujilah TUHAN yang telah menebus dan mengampuni dosa kita, karena kita dibenarkan hanyalah karena anugerah, amin.


 

BAHAN JAMITA EVANGELIUM MINGGU, 30 OKTOBER 2022; YESAYA/ JESAYA 1: 16 - 20

BAHAN JAMITA EVANGELIUM

MINGGU XX DUNG TRINITAS

Minggu, 30 Oktober 2022

Ev.: Jesaya 1: 16 – 20; Ep.: Rom 6: 15 – 23; S. Patik: Hesekiel 33: 11


MANSOHOT MA MANGULAHON DOSA JALA BURJU MA MARHADAULATON

Oleh: Pdt. Daniel Bonardo Pane

Patujolo

            Horas....Salam Reformasi Huria. Di ari Senin, 31 Oktober 2022 on marningot ma hita 505 taon reformasi huria na dipatupa Martin Luther. Di ulaon reformasina i, dipatupa si Martin Luther do panorangionna taringot tu hasesaan ni dosa na masa tu angka jolma. Masa do pangantusion uju paus Leo X gabe uluan huria Katolik na mandok: molo malliting do perak ni pelanmi, dos ma i tondim dohot tondi ni tuturmu malua sian api parpitaan (purgatori) jala sae ma nang dosam. Laos diparuar ma indulgensia manang na ginoaron surat haneasaan ni dosa. Marhite i masa ma pangantusion lam godang jolma i manuhor indulgensia i, lam godang ma dosana disesa. Pangantusion i ma mambahen torop jolma di luat Jerman (Wittenberg) ndang mabiar be mangulahon dosa manang na jat ala boi do disesa dosa i holan manuhor indulgensia jala pasahathon pelean tu huria.

            Gombaran na sisongon i ma na masa di panggomgomion raja Usia, Jotam, Ahas dohot si Hiskia manggomgomi luat Juda. Masa do angka ulaon hagedukhon, angka ulaon na so uhum (perbuatan semena-mena terhadap orang miskin). Dipatupanasida do ulaon hadaulaton (peribadahan) alai holan formalitas do hadaulatonna i saluhutna jala ndang manghorhon parange na tama dohot na denggan songon bangso ni Jahowa Debata (am YHWH). Di partingkian i ma masa pangungkapon tu si Jesaya, anak ni malim Amos (ndada panurirang Amos).

 

Hatorangan ni Turpuk

            Pangungkapon ima parnidaan taringot tu do sada situasi na niida manang sasahalak. Pangungkapon ndada marharoroan sian hadirion na marnida dohot na mambege situasi i. Pangungkapon marharoroan do sian hadirion ni Jahowa Debata, na dipungka Debata sandiri taringot sada situasi na niida dohot na binegena. Pangungkapon na masa di Jesaya 1 on manggombarhon dua hal: parjolo, panguhumon (punishment) dohot haluaon (deliverance/ justification) saluhutna i Jahowa Debata do na pamasaon jala ndang boi gogo dohot hadirion ni jolma laho paluahon dohot papitahon hadirionna sian dosa.

            Panurirangon ni si Jesaya masa uju panggomgomion raja Usia, Jotam, Ahas dohot si Hiskia manggomgomi luat Juda (Israel dangsina (selatan) jala raja di Samaria (Israel Utara/ Efraim) ima Yerobeam II boi do antusanta panurirangon ni si Jesaya masa di taon 745-680 andorang so tubu Kristus.[1] sian i boi do idaonta aha do na masa di huta Juda dohot di Samaria ima masa ketidakadilan, panggosagosaion tu halak na pogos dohot na hansitan. Nunga mandao be bangso i sian dalan dohot lomo ni roha ni Debata. Sai mangasahon gogo dohot hadirionna do bangso Judah. Lupa do nasida Jahowa do na mandongani bangso Juda marporang maralohon angka bangso na naeng manggomgom luat i, isarana parporangan sian bangso Aram, Siria. Lupa do bangso i ise do Jahowa Debata naung dao sian roha dohot pingkirannasida. Ai holan gogo ni alat parporangan, gogo ni bangso na olo mangurupi bangso Juda (Asyur) i do na manggohi bangso Juda. Songon dakdanak na so marningot natorasna na manubuhon jala na manarihonna. lam deak jolma i lam deak nang angka hajahaton masa; na pogos lam marpogos; na mamora marsilomolomo tu na pogos; halak na sopot so marama sopot so marina dohot angka na mabalu gabe hatoban ni angka na mora. Jala Sion manang Jerusalem songon na diantusi inganan parmianan ni Jahowa di tongatonga ni Juda gabe songon hataridaan huta sodom dohot gomora be (ida Jes. 1: 2 – 10).

Ndang mabiar be bangso i mangulahon angka dosa ala di pangantusionnasida do boi do sesa dosa i marhite pelean dohot hadaulaton na dipatunasida. Angka parsombaonnasida pe holan formalitas do dipatupa. Pamangannasida do mangendehon pamujion tu Jahowa laos pamangannasida i do dipangke laho marhata gabus, panginsaion, gasip, manghatindanghon angka na so tutu, mandok hata na so uhum laho mambahen jolma i lam hansitan, hata mabuk; tangannasida dipangke laho martangiang, pasahathon pelean laos tangannasida i do dipangke laho manggosagosa halak na pogos dohot na sopot so marama dohot na so marina, merampas saluhut arta ni na pogos, manjalo sisip (suap), tangan na gok mudar. Tung na so mabiar be bangso i mangulahon dosa. Nunga rarat be dosa i jala ndang adong be jumpang na denggan masa di bangso i. Dijou nasida do Jahowa, diendehon nasida do hasangapon dohot hamuliaon ni Jahowa, dipagogo nasida soaranasida laho joujou, martangiang dohot meratap tu Jahowa hape anggo rohana tung mandao do sian Jahowa. Saluhut ulaon hadaulaton na dipatupanasida i gabe hagigian do i di Jahowa, jala tung dihasogohon Jahowa Debata do sude ari rea dohot ulaon ulaon hadaulatonna i (ida Jes. 1: 10 – 14).

Aha do dosa i? Dosa (Yun: hamartia (martia)/ Ibr: khete’ (חֵטְא)) ima pangalaho manang pambahenan na maralo (pemberontakan) tu hata ni Jahowa, maralo tu hasintongan ni uhum, maralo tu hadengganon. Dosa i do na mambahen sega parsaoran na denggan Jahowa dohot jolma; dosa i do mambahen sega parsaoran ni jolma tu jolma, masa ma anggukangguk, masa hagunturon, masa hagangguon, masa pangisaion, dohot ragam angka ulaon hajungkaton na asing. Marupahon hamatean (thanatos (qanatoV)) do dosa. Hamatean na nidokna dison ima: talu di parporangan, hasesega, parsahiton, sahat tu hamatean na so adong udutna tu hangoluan dohot lasniroha sisalelenglelengna, alai na adong ima haurahon marragamragam, patungoriopon dohot angguk bolon na gabe biasbias silelenglelengna (bdk. Dan. 12: 3).

Dung dipabotohon si Jesaya na gabe hagigian dohot na so lomo situtu Jahowa di saluhut ulaon ari rea songon i angka ende pujipujian, angka tangiang dohot peleannasida diuduti ma tu joujou asa ro nasida laho mamburi, mangurasi diri sian dosa i (ay. 16). Aha do aek sipangkeon laho mamuri dohot mangurasi disi sian dosa? Tung so adong aek na adong di portibi on sian nasa inganan dohot di sude tingki na boi mamuri dosa ni jolma, jala paiashon dosa i sian dosa dohot hamatean i. Adong 3 hal na dipabotohon taringot mamuri dohot mangurasi. Na parjolo ima paholang hinaroa ni pambahenenannasida i. Paholang na marlapatan maniranghon diri, memisahkan diri, mandao sian ulaon na roa manang dosa i. na paduahon ima mansohot. Mansohot mangulahon dosa. Unang be diuduti be pardosaon i, sadari ditangihon hamu joujou on mansohot ma hamu mangulahon dosa, unang olo be diparhatoban dosa na jorbut i asa unang mangisombut soropna i. na patoluhon, guruhon hamu. Digombarhon do parngoluan ni jolma i songon sisean laho marguru, mamereng tangkas, manangihon tangkas, pasahathon roha dohot pingkiran na tangkas tu siparguruhononna, ima Hata ni Jahowa. Ndang boi jolma merasa cukup manang sempurna mangantusi saluhut hata ni Jahowa. Ingkon do diparguruhon ganup ari, saleleng ni ngolu pe ingkon do marguru, manigati, dohot mangantusi hata ni Jahowa. Marparbue do na mangguruhon hata ni Jahowa marhite ulaon na denggan, pajongjonghon uhum na sintong dohot na tigor (ay. 17). Pargabus do jolma molo didok huguruhon do hata ni Jahowa alai angka ulaon na jat di diula dohot na dipingkiri, dihosomi donganna, mangarupa angka na pogos, na sopot so marama sopot so marina, dohot angka na mabalu.

Molo tung songon i ro ma hamu asa mardabudabu hita ninna Jahowa (ay. 18). Digombarhon do songon sada panghuman (ruang persidangan di mana seseorang berdosa akan divonis). Diuduti di ay. 18 ima ulaon papitahon ngolu ni jolma i sian hadosaonna. Tung sura rara dosamuna songon abit bunga dapdap (buah kermizi). Buah kermizi ima parbue ni hau na mansai mera (merah pekat dan cas) na jotjot dipangke laho pamerahon baju ni harajaon, malim (2 Musa 28: 4 – 5); dipangke di undungdundung na badia inganan poti parpadanan (2 Musa 26: 1); dipangke tanda tu silinduat, na pabotohon ise do na jumolo haruar dibahen ma bunga dapdap (ida 1 Musa 38); dohot tanda ni harajaon di harajaon Rom. Alai molo di turpuk on, bunga dapdap pabotohon hadosaon, noda, kotor na so boi longkangon sian abit naung hona bunga dapdap. Simbol na paduahon na dipangke taringot tu dosa ima  abit hasumba (yaitu kain yang celupkan ke dalam buah kesumba. Buah kesumba yaitu buah yang dipakai sebagai pewarna pakaian, sama halnya dengan buah kermizi. Dimana zat warna keduanya ini (kermizi dan kesumba) adalah warna merah yang tajam dan pekat atau yang cas, dan tidak mudah luntur atau hilang warnanya dari kain tersebut). Nang pe dosa ni bangso Juda digombarhon do na so boi dipaias be, alai marhite asi ni roha ni Jahowa gabe bontar do bahenon ni Jahowa songon itak na bontar dohot hapas. Jahowa, Debata sandiri do na pauliulihon (memulihkan) bangso i sian hadosaonNa (seperti itak yang terbuat dari tepung dan beberapa bahan lainnya, kemudian dicetak dengan tangan si pembuatnya sehingga itak itu akan berbentuk seperti cetakan tangan si pembuat) lapatanna, Jahowa do na pauliulihon bangso Juda, gabe suman ma bangso i bangso ni Jahowa. Hapas na nidok dison ima Jahowa do na pamalumhon (digambarkan Allah menyembuhkan luka yang ditimbulkan oleh dosa, yaitu ketakutan, kesakitan jiwa, kegelisahan). Jumpa ma pos ni roha, ndang adong be jumpa busesaon dohot ganggu ni roha.

Molo dung masa i, jala ringgas situtu tumangihon dohot mangihuthon hata ni Jahowa Debata boi ma sonang bangso i mulaulaon, ndang adong be ganggu, hatahuto. Sonang ma di angka ulaonna, jala marhite sian ulaon i dapot ma parbue jala boi panganon hinadenggan gogo ni tano i (ida 3 Musa 25:18 – 19; 5 Musa 28: 2 -14). Alai molo na manjua jala mangalo, sai na panganon ni podang do hamu sogot. Podang na nidok dison ndada dilapati di parporangan, alai hasintongan ni uhum. Hamatean do upa ni jolma na hona podang. Ai pamangan ni Jahowa do na palumbahon (ay. 20). Molo pamangan ni Jahowa na palumbahon na mandok, na tutu jala pasti jumpang do saluhutna i. ndang na laho pabiarbiarhon si Jesaya pabotohon hata ni Jahowa on, tetapi suatu kepastian dan pasti akan terjadi. Jahowa sandiri do na patupahon.

 

Hahonaan ni Turpuk

            Marhite turpuk jamita on, adong do 3 poin na gabe impola jamita:

1.      Nunga lam tabo be jolma i di na mangulahon dosa, jala nunga ragam angka hajahaton na masa. Tudia nama hita asa unang gabe mardosa? Songon madabu tu gambo hisop do jolma naung mangulahon dosa. Lam togu malua sian dosa, lam gogo muse dosa i manarik tu bagasna. Ndang boi hita mangangkat ulunta sandiri laho paluahon hita sian gambo hisop i. ingkon adong do tangan, akar pohon na boi pangkeonta jala tioponta asa boi malua sian gambo hisop i. nuaeng nunga adong be tangan na boi paluarhon hita sian gambo hisop i, ima hata ni Jahowa dohot joujou tu Jahowa. Ndang na holan manjou Jahowa alai dilehon do anakNa Jesus Kristus gabe tangan ni Jahowa manogu hita malua sian gambo hisop dosa i dohot sian soropna i. sadari on, unang marnalemba manang marnida tingki dapothon ma Tuhan i, jala tiop gomos tanganNa. toguonNa ma ho malua sian gambo hisop i molo tung marsitutu hita disi.

2.      Ndada ala ni ulaon manang pertobatan mula ni haluan ni angka sipardosa. Mula ni haluan ni angka si pardosa ima basabasa ni Jahowa marhite asi ni rohaNa (pembenaran diawali dan didasari oleh Anugerah). Ndang ala ni godang ni peleanmu, ndang alani jago marende, jago martangiang umbahen sesea dosam. Alai tung ala asi ni roha ni Jahowa sambing do, marhite na diungkaponna pintu parasinirohaon ima joujou marhambuaon ni roha. Marhamubaon ni roha (Ibr: Syuv; Yun: Metanoia) merupakan komitmen yang sungguh – sungguh, berputar 180o . komitmen on tubu dungkon mandapot basabasa manang asi ni roha ni Jahowa i.

3.      Unang dok ndang tarsesa be dosam, unang dok be dang tarjalo ni Tuhan i be ngolungku. Songon dia pe balga dohot jorbut ni dosami, boan jala aluhon ma tu Jahowa. Jahowa Debata sandiri do na pauliulihon ngolum songon itak jala ibana do pamalumhon ho sian angka dosa i. songon hata ni Jesus tu boruboru na mardosa didok: “mulak ma ho inang, unang be ho mardosa” (pat. Joh. 8: 11). Molo dung taruli hita di haseasan ni dosa, burju ma hita mangulahon na denggan. Hajongjohon ma hasintongan dohot hatigoran, unang ho mabiar, sonang ma ho mulaulaon jala haburjuhon ma ulaon hadaulaton marhite pasahathon pelean, pamujion, partangiangon, mangurupi na pogos dohot na gale, mangondihon halak na sopot so marama sopot so marina songon i nang angka na mabalu, saluhutna patupa ma i songon tanda las ni rohanta dohot hamauliateon ni rohanta di naung dipalua Jahowa hita sian dosa dohot soropa. Sonang ma mangingani tano ingananta ganup, jala sonang ma manganhon parbue ni tano i. amen.

 


Angka Ende

1.      581: 1 – 3

2.      177: 1, 4

3.      183: 1, 3

4.      396: 1, 4

5.      415: 1.........

6.      174: 3 – 4

7.      169: 1, 3


 

 

             



[1] Yesaya telah bernubuat pada masa kepemimpinan Uzia, Yotam, Ahaz dan Hizkia, raja Yehuda sedangkan di Israel Utara (Efraim) dipimpin oleh Yerobeam II, Zakharia (bukan nabi Zakaria), Salum, Menahem, Pekahya, Pekah dan Hosea (bukan nabi Hosea). Dengan memperhatikan raja yang memimpin Israel Selatan dan Israel Utara dapat diperkirakan bahwa Yesaya melakukan tugas keabiannya pada tahun 745 – 680 sM. Apa yang terjadi ketika itu? Terjadilah perang saudara antara Israel Selatan (Yehuda) dengan Israel Utara (Efraim) di mana perang saudara tersebut memiliki koalisi dengan bangsa lain untuk memperkuat kerajaannya. Israel Selatan (Yehuda) berkoalisi dengan Asyur dan Israel Utara (Efraim) berkualisi dengan Siria. Fokus kepada Yehuda, setelah kematian Uzia, yaitu masa pemerintahan Yotam dan Ahaz terjadi kemerosotan multi dimensi di kerajaan Yehuda. Secara ekonomi, diberlakukannya wajib upeti/ pajak yang sangat tinggi di mana pajak tersebut diperuntukkan untuk pembenahan atau memperkuat alat perang, diberikan kepada Asyur sebab Yehuda telah menjadi negara jajahan/ wilayah boneka Asyur. Setiap orang yang tidak mampu membayar pajak/ upeti, maka ia akan menjual tanahnya atau rumahnya agar mampu membayar pajak/ upeti. Dari segi agama, Yehuda juga wajib mengikuti ritus agama Asyur dengan penyembahan Asyera sebab mereka adalah negara jajahan/ negara boneka Asyur; dari segi hukum, terjadi ketidakadilan atau penindasan kepada orang miskin, para janda dan anak yatim piatu, korupsi semakin merajalela; dari segi sosial, sistem mengalami kemerosotan moral. Maka Yesaya menggambarkan kondisi Yehuda sama seperti konteks Sodom dan Gomora (bdk. Yes. 1: 2 – 10).