DANIEL PANE

SELAMAT DATANG DAN MENIKMATI YANG TELAH DISAJIKAN

Rabu, 26 Oktober 2022

BAHAN KHOTBAH EVANGELIUM MINGGU, 30 OKTOBER 2022; YESAYA/ JESAYA 1: 16 - 20

 

BAHAN KHOTBAH EVANGELIUM 

MINGGU XX SETELAH TRINITAS

Minggu, 30 Oktober 2022

Ev.: Yesaya 1: 16 – 20; Ep.: Rom 6: 15 – 23; Pengganti Hukum Taurat: Yehezkiel 33: 11

 

BERHENTILAH BERBUAT DOSA DAN TEKUNLAH DALAM BERBUAT BAIK

Oleh: Pdt. Daniel Bonardo Pane

Pendahuluan

            Horas... Salam reformasi gereja. Pada hari Senin, 31 Oktober 2022 kita akan memperingati 505 tahun reformasi Gereja yang diprakarsai oleh Martin Luther. Melalui reformasi yang ia lakukan, Martin Luther memaparkan pemahaman mengenai pembenaran dan keselamatan melalui pengampunan dosa. Pada masa Paus Leo X menjadi pemimpin tertinggi gereja Roma katolik mengeluarkan suatu pemahaman: ketika seseorang memberikan persembahannya, dan persembahannya tersebut berdentang (malliting) di dalam kotak persembahan, maka jiwanya dan jiwa keluarga yang telah meninggal telah melewati api penyucian (purgatori) sehingga bagaimana besar atau kecilnya dosa yang telah ia lakukan selama hidup tidak akan menghalangi dia beroleh pembenaran atau penebusan dosa. Kemudian dikeluarkannya juga surat penghapusan dosa (indulgensia), dimana ketika setiap orang yang telah berdosa kemudian ia membeli indulgensia, maka dosanya pun dihapuskan. Semakin banyak seseorang membeli indulgensia maka semakin banyaklah dosanya telah dihapuskan. Pemahaman seperti ini melahirkan pengertian pembenaran atau keselamatan merupakan barang yang dapat diperjualbelikan. Pemahaman ini membuat masyarakat Jerman (khususnya di wilayah Wittenberg) tidak lagi takut untuk melakukan dosa atau melakukan berbagai perbuatan jahat sebab dosa yang telah mereka lakukan dapat dihapuskan dengan cara membeli indulgensia dan memberikan banyak persembahan.

           

Penjelasan Perikop (nas)

            Yesaya telah bernubuat pada masa kepemimpinan Uzia, Yotam, Ahaz dan Hizkia, raja Yehuda sedangkan di Israel Utara (Efraim) dipimpin oleh Yerobeam II, Zakharia (bukan nabi Zakaria), Salum, Menahem, Pekahya, Pekah dan Hosea (bukan nabi Hosea). Dengan memperhatikan raja yang memimpin Israel Selatan dan Israel Utara dapat diperkirakan bahwa Yesaya melakukan tugas keabiannya pada tahun 745 – 680 sM. Apa yang terjadi ketika itu? Terjadilah perang saudara antara Israel Selatan (Yehuda) dengan Israel Utara (Efraim) di mana perang saudara tersebut memiliki koalisi dengan bangsa lain untuk memperkuat kerajaannya. Israel Selatan (Yehuda) berkoalisi dengan Asyur dan Israel Utara (Efraim) berkualisi dengan Siria. Fokus kepada Yehuda, setelah kematian Uzia, yaitu masa pemerintahan Yotam dan Ahaz terjadi kemerosotan multi dimensi di kerajaan Yehuda. Secara ekonomi, diberlakukannya wajib upeti/ pajak yang sangat tinggi di mana pajak tersebut diperuntukkan untuk pembenahan atau memperkuat alat perang, diberikan kepada Asyur sebab Yehuda telah menjadi negara jajahan/ wilayah boneka Asyur. Setiap orang yang tidak mampu membayar pajak/ upeti, maka ia akan menjual tanahnya atau rumahnya agar mampu membayar pajak/ upeti. Dari segi agama, Yehuda juga wajib mengikuti ritus agama Asyur dengan penyembahan Asyera sebab mereka adalah negara jajahan/ negara boneka Asyur; dari segi hukum, terjadi ketidakadilan atau penindasan kepada orang miskin, para janda dan anak yatim piatu, korupsi semakin merajalela; dari segi sosial, sistem mengalami kemerosotan moral. Maka Yesaya menggambarkan kondisi Yehuda sama seperti konteks Sodom dan Gomora (bdk. Yes. 1: 2 – 10).

            Peribadahan dilakukan secara formalitas dan hanya sebagai seremonial saja. Mereka beribadah, memberi korban persembahan yang cukup banyak, mereka bernyanyi, berdoa dengan pemahaman bahwa semua yang mereka lakukan bertujuan untuk penghabusan dosa mereka dan lepasnya mereka dari hukuman yang diakibatkan oleh dosa. Semakin sering mereka melakukan ritus agama mereka maka dosa mereka pun dihapuskan. Mulut mereka yang dipakai untuk memuji dan memuliakan TUHAN melalui nyanyian, menyerukan doa dan permohonan, menyuarakan kemuliaan dan kemahakuasaan TUHAN justru mulut mereka itu juga dipakai untuk mengucap dusta, menghina, mengucapkan kebencian dan kejahatan, mengucapkan tuduhan yang tidak benar terhadap orang miskin, para janda dan anak yatim piatu; tangan yang mereka pakai untuk berdoa, mengadahkan tangan untuk menyampaikan permohonan, menyampaikan korban persembahan justru tangan mereka itulah yang juga dipakai untuk melakukan kejahatan, tangan mereka yang penuh dengan darah, merampas dan berbuat penindasan dan berbagai perbuatan jahat, menerima suap. Mereka tidak lagi enggan melakukan dosa. Mereka berseru memanggil nama TUHAN, Allah Israel, mereka menyanyikan kekudusan dan kemuliaan TUHAN, Allah Israel namun hati dan pikiran mereka jauh dari TUHAN Allah. Hal ini menjadikan ibadah yang mereka lakukan menjadi kekejian bagi TUHAN, TUHAN membenci semua perayaan hari raya yang mereka lakukan, TUHAN memalingkan wajah-Nya dan tidak akan mendengarkan doa bangsa itu. Sebab mereka adalah bangsa yang jahat.

            Setelah Yesaya memberitahukan bahwa semua ritus keagamaan dan peribadahan yang dilakukan oleh kaum Yehuda adalah kekejian dan kebencian bagi TUHAN Allah, pada ay. 16 – 17 Allah menyatakan anugerahnya melalui 2 poin yang harus segera dilakukan oleh bangsa Yehuda, yaitu: pertama: basuhlah, bersihkan dirimu (ay. 16). Pada umumnya kata membasuh atau membersihkan diartikan sebagai tindakan membuang noda atau kotoran yang melekat. Noda atau kotoran itu adalah dosa,  yaitu perbuatan jahat dan segala sesuatu yang jahat. Dirinya harus memisahkan diri dari perbuatan jahat dan perbuatan jahat tidak melekat di dalam dirinya. Kedua, belajar berbuat baik. Kata belajar yaitu suatu proses untuk mengetahui, mengenal, dan menguasai sesuatu yang ia pelajari. Untuk itu seorang murid haruslah mendengar dan memperhatikan dengan sungguh - sungguh pengajaran yang diterima dari gurunya sehingga murid dapat melaksanakan tugas yang disampaikan oleh gurunya. Jika murid tidak mendengar dan tidak memperhatikan dengan sungguh – sungguh pengajaran maka ia tidak akan mampu mengerjakan tugas yang diberikan padanya. Murid yaitu Yehuda sendiri yang telah menyesali dosanya dan yang telah memisahkan diri dari kejahatan, dimana Yehuda yang sudah terbiasa dengan kejahatannya kini mereka diperhadapkan dengan melakukan hal yang baik, seperti mengusahakan keadilan, mengendalikan orang kejam, membela hak – hak anak yatim, memperjuangkan perkara janda – janda. Semuanya itu tentunya sangatlah sulit tidak terlalu gampang untuk segera dilakukan karena membutuhkan proses yang matang. Oleh karena itu haruslah belajar dengan tekun, melatih diri untuk melakukan yang baik.

            Marilah, baiklah kita berperkara (ay. 18). Pada bagian ini kita diperhadapkan dengan suasana sidang, di mana TUHAN sebagai hakim yang agung dan mulia akan membacakan vonis atau keputusan yang akan diberlakukan kepada semua orang berdosa sebagai seorang yang terdakwa. Apakah ia akan dijatuhi hukuman (punishment) atau ia dibebaskan atau dibenarkan dari semua tuduhan atas kejahatan yang ia telah lakukan. Keputusan itu merujuk kepada perbuatan TUHAN yang tidak dapat diintervensi oleh manusia melalui perbuatan, kekayaan, atau keberadaan manusia itu sendiri. Selanjutnya ditegaskan “Firman TUHAN”. Kata ini menegaskan bahwa TUHANlah yang berfirman, dan IA sendiri akan bertindak seperti yang ia telah firmankan. Kemudian dilanjutkan dengan tindakan Allah yang membenarkan dosa manusia. Pembenaran yang dilakukan oleh TUHAN tidak berarti TUHAN kompromi atau memaklumi semua dosa atau perbuatan jahat yang dilakukan oleh manusia, justru melalui pembenaran inilah TUHAN menyatakan keadilan hukumnya dan preogatif-Nya sebagai Allah yang Mahakuasa dan mahaadil. Dengan preogatif-Nya jugalah IA melakukan pembenaran kepada manusia. Disebutkan: sekalipun dosamu seperti kirmizi dan kain kesumba. Buah kirmizi merupakan buah yang berwarna merah pekat, merah cas yang biasanya dipakai untuk pewarna pakaian dalam kerajaan Romawi, dipakai pada pakaian imam (Kel. 28: 4 – 5); dipergunakan pada kemah suci sebagai tempat diletakkannya tabut perjanjian (Kel. 26); dipakai sebagai tanda bagi bayi yang kembar, dimana anak yang sulung diberikan warna kirmizi agar jelas perbedaan dengan bayi yang lahir sesudahnya. Akan tetapi kirmizi yang disebutkan pada perikop ini adalah noda, yang mengotori pakaian putih. Ketika noda ini mengotori pakaian putih, sangatlah susah untuk membuat pakaian itu putih kembali sebab sangat sulit menghilangkan noda merah tersebut. Sama halnya dengan kain kesuma. Itu berarti kehidupan bangsa Yehuda diibaratkan pakaian putih yang sudah terkena noda/ warna merah yaitu dosa yang tidak mungkin untuk diampuni atau dibersihkan. Sama artinya bahwa bangsa Yehuda tidak mungkin dan sangat tidak layak untuk diampuni atau dibebaskan dari dosanya. Dengan anugerah-Nya, Allah sendirilah yang akan membenarkan dan memurnikan atau membersihkan noda itu sehingga mereka putih sama seperti salju (bahasa batak: itak). Putih merupakan gambaran tanpa noda, tanpa ada kotoran. Salju merupakan butiran – butiran bunga es yang sangat empuk dan dingin. Salju akan membentuk sesuatu rupa atau pola seperti benda di atasnya. Jika seorang berjalan di atas salju, maka akan terbentuk pola atau bentuk sepatu di atas salju tersebut. Sama halnya dengan itak yang terbuat dari tepung beras dan bahan lainnya. Itak yang dicetak dengan tangan, sehingga itak akan membentuk seperti cetakan tangan si pembuatnya. Hal ini tentunya diartikan bahwa TUHAN sendiri akan membentuk Yehuda sebagaimana Yehuda adalah umat kepunyaan Allah. Pembenaran dan penebusan TUHAN atas Yehuda sama seperti putih seperti bulu domba (terjemahan bahsa batak: kapas). Bulu domba bisa dijadikan sebagai pengganti kapas yang dipakai untuk perban untuk menutupi luka atau diolah menjadi benang wool. Benang wool biasanya yang akan diolah kemudian menjadi pakaian. Benang wool pada umumnya benang yang mahal dan berharga dibandingkan benang yang diolah dari kapas biasa. Kiasan ini merujuk kepada tindakan TUHAN yang akan memulihkan dan menyembuhkan luka yang dialami oleh Yehuda. Yehuda yang dianalogikan sebagai pakaian putih yang bernoda yang tidak berguna dan tidak bernilai kini akan menjadi berharga dan sangat berguna.

            Jika mereka menurut dan mau mendengar, itu berarti mereka akan memakan hasil baik dari negeri itu. Pengampunan dosa melahirkan ketenangan, ia tidak perlu takut dan gelisah, dengan tenang dan bahagia ia mengerjakan pekerjaannya (ay. 19). Dengan itu ia akan beroleh hasil pekerjaannya tersebut (lih. Im. 25: 18 – 19; Ul. 28: 2 – 4). Akan tetapi jika Yehuda melawan dan memberontak, maka mereka akan dimakan oleh pedang. Kata pedang pada ay. 20 tidak hanya merujuk pada perang melainkan keadilan dan tegaknya keadilan. Siapa yang terkena pedang akan mati, siapapun yang melakukan kejahatan, maka ia akan mati karena kejahatan. Kematian tersebut tidaklah suatu kebanggaan tetapi hinaan dan kekejian. Sungguh TUHAN yang mengucapkannya. Pemberitaan Yesaya pada perikop ini bukanlah bertujuan untuk menakut-nakuti Yehuda atau sebagai ucapan ancaman kosong, tetapi suatu kepastian mengenai tindakan TUHAN, Allah Israel untuk membenarkan, menyelamatkan Yehuda dari dosanya. Sungguh TUHAN sendiri yang akan melakukannya.

 

Refeleksi Teologi

            Melalui perikop khotbah ini ada 3 poin yang menjadi pokok utama teologi

1.       Manusia sudah semakin cekatan dan tidak takut untuk melakukan dosa. Dosa sudah menjadi bagian kehidupan manusia yang tidak terpisahkan. Seorang yang berdosa sama seperti seorang yang terjebak dalam lumpur hisap dimana semakin keras dan semakin berusaha manusia untuk melepaskan dirinya dari lumpur itu, maka ia pun semakin dihisap ke dalam. Walaupun manusia menarik rambut dan kepalanya agar terangkat dari lumpur hisap juga tidak akan mampu mengangkat dia dari lumpur hisap tersebut. Yang kita lakukan adalah berseru, berteriak sekeras mungkin mencari pertolongan. Kita membutuhkan tangan atau akar pohon untuk membantu ia keluar dari lumpur hisap tersebut. Kini tangan dan akar itu telah TUHAN nyatakan melalui panggilan pertobatan. TUHAN tidak hanya memanggil seorang untuk bertobat, sebab pertobatan tidak akan mampu melepaskan manusia dari dosanya sendiri. TUHAN kemudian memberikan Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, sebab hanya di dalam Yesus Kristuslah kita akan dibenarkan dan melalui pengorbanan-Nyalah kita telah ditebus dan dibenarkan. Oleh karena itu, segeralah raih Yesus Kristus yang adalah anugerah Allah yang menyelamatkan.

2.       Pertobatan bukanlah awal atau dasar keselamatan atau pembenaran. Dasar dan awal keselamatan dan pembenaran yaitu anugerah (gratia) TUHAN. Bukan karena banyaknya persembahan, bukan karena keahlian kita bernyanyi, bukan karena keahlian kita merangkai kata – kata doa dan bukan karena seringnya kita beribadah dan sekuat tenaga berseru sehingga kita diselamatkan dan dibebaskan dari dosa, tetapi hanya karena anugerah TUHAN. Dengan anugerah-Nya, TUHAN memanggil manusia untuk meningalkan dosanya atau yang disebut dengan pertobatan. Pertobatan (bahasa Ibrani: syuv; bahasa Yunani: metanoia) merupakan komitmen yang sungguh – sungguh. Ia berpaling 180o menghadapkan dirinya kepada kebenaran dan kehendak TUHAN dan memalingkan semua perbuatan jahat.

3.       Jangan pernah katakan, bahwa dosamu telah banyak dan engkau tidak akan layak untuk dibenarkan atau diselamatkan. Bagaimana pun banyak atau sedikitnya dosamu bawalah semuanya itu kepada TUHAN. TUHAN sendiri yang akan menata hidupmu dan menyembuhkanmu dari dosa dan TUHAN sendiri yang akan mengampuni dosamu. Ingatlah apa yang terjadi kepada seorang perempuan yang kedapatan berbuat dosa, dimana Yesus berkata: “pergilah jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang” (lih. Yoh. 8: 11). Seorang yang telah dibenarkan dan dibebaskan dari dosanya, maka ia akan melakukan peribadahannya tidak hanya sebagai formalitas, tetapi berlanjut kepada menyatakan keadilan dan kebenaran hukum, berbuat baik kepada semua orang, memperhatikan hak anak yatim piatu, membela hak orang miskin, membebaskan kaum lemah dari penindasan atau eksploitasi yang dilakukan oleh para penindas semuanya itu adalah uangkapan syukur dan puji karena Allah telah mengampuni dosa. Terpujilah TUHAN yang telah menebus dan mengampuni dosa kita, karena kita dibenarkan hanyalah karena anugerah, amin.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar