DANIEL PANE

SELAMAT DATANG DAN MENIKMATI YANG TELAH DISAJIKAN

Selasa, 14 Oktober 2014

Bahan Khotbah/ Jamita Minggu XX Dung Trinitas, 02 Nopember 2014

BAHAN JAMITA
MINGGU XX DUNG TRINITAS
Minggu, 02 Nopember 2014
Ev.: Mazmur 43: 1 – 5; Ep.: 1 Tessalonika 2: 9 – 13; Patik/S.Patik: Hukum Taurat I – X/ 1 Yohanes 3: 2
Oleh: Pdt. Daniel Bonardo Pane, S.Th.

KEBAHAGIAAN DALAM PERLINDUNGAN ALLAH
Pendahuluan
            Tujuan kehidupan manusia adalah kebahagiaan. Jika ada pertanyaan, apakah ada manusia yang menginginkan hidupnya tidak bahagia atau hidupnya selalu meminta penderitaan datang kepadanya? Pastinya tidak. Konsep kebahagiaan setiap manusia pasti berbeda-beda. Ada yang mengartikan kebahagiaan itu adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dr segala yg menyusahkan); ada yang mengartikan beruntung dan sebagainya. Di samping pemahaman atau pengartian yang berbeda sumber dan ukuran kebahagiaan setiap orang itu pun berbeda juga, misalnya: beberapa manusia membuat sumber atau ukuran kebahagiaan manusia itu adalah harta, pangkat, kedudukan, kesuksesan dan sebagainya.
            Bagaimana kebahagiaan itu bagi orang Kristen? Tidak ada satu orang pun yang mendoakan datangnya penderitaan atau bencana dalam dirinya. Akan tetapi, bagaimana jika penderitaan, kesusahan menghinggapi orang Kristen? Apakah yang ia lakukan? Mengutuki TUHAN, atau menyalahkan TUHAN? Bahkan ada yang menjadi ragu-ragu akan kuasa TUHAN dalam penderitaannya. Tidak semua orang Kristen jika mengalami penderitaan dalam penuh kerendahatian dan berhikmat. Ada beberapa orang Kristen justru ingin meminta keadilan kepada TUHAN dengan merincikan perbuatan baiknya, atau bahkan sampai ia meninggalkan imannya dengan tujuan, lepas dari penderitaan dan mendapat kebahagiaan. Timbul pertanyaan, apakah orang Kristen dijanjikan hidupnya akan selalu memperoleh kebahagiaan di dunia ini? Bagaimana pertanyaan tersebut diperhadapkan dengan nas perikop ini?

Penjelasan Nas
            Mazmur 43 ini merupakan bagian dari Mazmur II (Mazmur 42: 1 – 72: 20), dan nyanyian atau doa ini dipakai dalam ibadah pada masa Pembuangan, memohon agar TUHAN mengembalikan bangsa itu ke Yerusalem (sekitar abad V SM). Perlu diperhatikan dalam BHS (Biblia Hebraica Stuttgartensia) buku Mazmur 43 ini merupakan bagian Mazmur yang tidak memiliki identitas siapa penulis dan judulnya. Beberapa tokoh/ berpendapat bahwa Mazmur 43 ini merupakan lanjutan dari pasal 42. Hal ini dapat dilihat dengan keserupaan refrain dari pasal 42 dan 43, “mengapa engkau tertekan, hai jiwaku...dst”(42: 6, 12, dan 43: 5). Jika kita berangkat dari pemahaman bahwa pasal 43 ini merupakan lanjutan dari pasal 42, maka bisa dikatakan bahwa pasal 42 ini merupakan suatu nyanyian yang berasal dari keturunan Korah, yang merupakan seorang musisi dan komposer yang begitu hebat pada zamannya. Apabila kita membaca LXX (Septuaginta)  (Psalm 42:1(LXX) atau Mazmur 43: 1  yalmo.j tw/| Dauid) dan Latin Vulgata (psalmus David), dituliskan bahwa Mazmur ini merupakan dari Daud, karena pasal ini dimulai dengan permohonan keadilan dan memiliki kesamaan dengan Mazmur 26. Akan tetapi bila diperhadapkan dengan gaya bahasa dalam teks ini yang merupakan gaya bahasa pada masa pembuangan “dimanakah Allahmu”, merupakan ungkapan oleh bangsa Babel terhadap Israel melihat kekalahan bangsa itu melawan bangsa Babel, jadi sangat sulit diterima bahwa teks ini berasal dari Daud. Bisa saja teks ini berasal dari Daud, tetapi disusun dalam bentuk nyanyian oleh keturunan Korah.
            Pada ayat 1 si Pemazmur meminta keadilan (Syafteni (Kata dasar: syafat)/ Iudica/krinon (Kata dasar: krino)) dari Allah atas segala penghinaan yang disampaikan oleh musuh-musuhnya. Pemazmur di sini dengan menggunakan kata syafat menggambarkan hidupnya atau situasi pada masanya bagaikan dalam suasana persidangan, dimana si pemazmur berada dalam situasi ketidakadilan, dan banyaknya tuduhan-tuduhan yang merupakan penghinaan dari musuh-musuhnya terhadap dirinya. Siapakah musuh-musuhnya? Musuh-musuhnya adalah kaum yang tidak saleh (Ibrani: migoy lo khasid), yang dapat ditujukan kepada bangsa Babel, atau orang-orang penipu dan orang curang, yang merupakan bangsa-bangsa yang dapat memberikan janji keselamatan, akan tetapi ia tidak dapat memberikan (perang Syria-Efraim, dan koalisi bangsa Yehuda dengan Asyur untuk menyerang Babel, dan kemudian berkoalisi dengan Mesir, yang akhirnya Yehuda kalah melawan bangsa Babel), atau orang – orang yang berlaku tidakadil atau curang. “perjuangkanlah perkaraku” mengarah kepada permohononan perlindungan Allah di tengah pergumulan hidupnya dan bangsanya, “meluputkan” yang berarti membebaskan atau memerdekakan dirinya atau bangsanya.            
            Mengapa si pemazmur meminta keadilan kepada Allah (YHWH)? Di ayat 2 jelas tampak credo si pemazmur bahwa Allah merupakan tempat pengungsiannya (Ibrani: ma׳uzi dari kata ma׳oz yang berarti tempat perlindungan. Akan tetapi, mengapa justru yang terjadi justru penderitaan bagi hidupnya? Mengapa Allah yang ia membuangnya dan membiarkan hidup berkabung di bawah impitan musuh? Apabila kita melihat credo raja Daud tentang Allah (YHWH) bagi hidupnya (Maz.11, 27, 31) dan credo ini juga diteruskan hingga ke perikop ini dalam konteks yang berbeda yang merupakan suatu pengakuan yang mutlak mengenai sumber keselamatan mereka, atau mengenai pembebasan yang Allah lakukan. Ungkapan “Mengapa Engkau membuang aku...dst” merupakan ungkapan kesedihan yang diperhadapkan dengan credo yang diungkapkannya. Bila kita perhadapkan ayat 2 ini dengan Mikha 7: 8 – 9 dengan konteks yang sama, kita dapat mengerti bahwa penderitaan mereka adalah hukuman atas dosa atau pelanggaran mereka. Memahami konsep penghukuman tidak berarti berujung kepada kehancuran selamanya, tetapi kehancuran untuk membangun kembali.
            Ayat 3 merupakan ungkapan permohonan akan bimbingan TUHAN di tengah pergumulan yang ia hadapi. Ia memohon terang dan kesetiaan TUHAN yang menuntun hidupnya menuju ke gunung TUHAN yang kudus, yaitu Bukit Zion. Ayat 3 ini merupakan pengharapan untuk kembali dari pembuangan ke Yerusalem dan untuk beribadah di bukit Zion. Terang dan kesetiaan TUHAN yang diharapkan oleh pemazmur ini adalah seorang pembebas atau penyelamat (Mesias). Maka ayat 3 ini merupakan nyanyian pengaharapan Mesiasnis dalam rangka pembebasan bangsa itu, pulang dari tanah pembuangan untuk kembali ke Yerusalem sebagai suatu bangsa. Penyataan suatu bangsa pada zaman Israel kuno tidak terlepas dari peribadahan kepada allahnya, maka jika Issrael akan dituntun kepada pembebasan dan penyataan menjadi suatu bangsa setelah pembuangan, maka itu akan berlanjut kepada penyembahan kepada Allah, YHWH, Allah Israel.
            Pada ayat 4 merupakan suatu ungkapan untuk beribadah kepada TUHAN, Allah Israel. Dalam ayat ini tampak kegembiraan umat TUHAN ketika pembebasan itu telah nyata dan terjadi. Kegembiraan yang meluap-luap memuji dan beribadah kepada TUHAN. Datang ke Mezbah (altar) berarti datang bertemu dan beribadah kepada TUHAN. Datang sebagai bangsa yang telah dikuduskan oleh Allah dan sebagai bangsa yang telah menjadi milik Allah untuk bertemu dengan Allah dengan kekudusan. Bertemu dengan Allah berarti bertemu dengan DIA Yang Maha Kudus. Datang ke Mezbah Allah berarti suatu kebahagiaan yang tidak dapat diberikan oleh dunia ini, kebahagiaan yang tidak untuk masa depan tetapi kebahagiaan yang nyata dan yang terjadi. Pemazmur menyatakan sukacitanya dengan bersyukur kepada TUHAN dengan kecapi. “Seruan ya Allah, ya Allahku” merupakan seruan yang penuh kesukacitaan, dan serta penegasan akan kuasa Allah yang tidak dibatasi oleh tempat, waktu atau tradisi. Seruan Allahku, merupakan jawaban dari ejekan dari musuh-musuh pemazmur, “dimanakah Allahmu?”.
            Jika demikian sukacita si pemazmur, “mengapa engkau tertekan hai jiwaku dan mengapa gelisah di dalam diriku? Ungkapan si pemazmur, tidak ada lagi alasan mengapa jiwanya tertekan atau gelisah, karena ia memiliki TUHAN (YHWH). Ia merasakan bahwa perlindungan TUHAN jauh lebih indah dibandingkan penderitaan yang ia alami. Penderitaan yang dialami pada masa konteks penulisnya tidak akan berarti dibandingkan dengan kebahagiaan dan sukacita yang akan diperolehnya. Tetaplah berharap kepada TUHAN, Allah-nya. Sebab bersyukur kepada TUHAN, penolongnya dan Allahnya. Si pemazmur tidak menjadi menyerah dan meninggalkaan TUHAN, Allahnya. Ia tidak menjadi beribadah kepada Marduk, dewa Babel, tetapi ia tetap beribadah kepada YHWH, karena hanya dari-Nyalah keselamatan diperolehnya.

Penjelasan Nas
            Bagaimana kualitas kekristenan umat Kristen saat ini? Pengenalan yang tanggung akan Allah yang ia imani dalam Yesus Kristus, akan mempengaruhi kualitas kehidupan keKristenannya. Banyak umat Kristen mengaku dirinya Kristen akan tetapi melakukan peribadahan pun ia tidak pernah, atau bahkan tidak pernah mengucap syukur. Kehidupan agama Kristen menjadi topeng terhadap dirinya. Ketika umat Kristen mengalami pergumulan atau ia tidak memperoleh seperti yang ia harapkan, maka ia akan cepat untuk menyalahkan TUHAN melalui gereja atau melalui kehidupan Kristennya. Dalam teks tersebut, ejekan itu datang dari luar, tetapi telah banyak orang Kristen justru mengejek tentang Allahnya. Pengejekan terhadap Allahnya oleh orang Kristen dengan mengukur kuasa TUHAN itu harus sejalan dengan pikiran atau permintaannya, apabila itu tidak terjadi maka yang akan terjadi adalah kekecewaan.
            Seperti yang telah diutarakan dalam pendahuluan, tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan, tetapi apakah kebahagiaan di dunia ini menjadi tolak ukur bahwa Allah menyertai dan melindungi kita? Melalui perikop ini diajarkan kepada kita bahwa kebahagiaan itu adalah hidup dalam penyertaan dan perlindungan TUHAN. Hdup dalam penyertaan dan perlindungan TUHAN merupakan hidup dalam aturan dan perintah TUHAN. Hidup dalam perlindungan TUHAN juga berarti hidupnya menjadi milik TUHAN, dan itu akan tampak dalam kehidupan ibadahnya. Hidup beribadah merupakan hidup yang penuh keteraturan dan penyerahan kepada TUHAN. Seorang yang beribadah tidaklah hanya dimengerti seberapa seringnya ia datang ke gereja, tetapi seberapa besarnya kebahagiaannya tinggal dalam perlindungan TUHAN dan akhirnya berlanjut kepada mengucap syukur dan datang ke Mezbah (altar). Seorang yang bahagia dalam perlindungan TUHAN maka ia tidak punya alasan lagi untuk tidak beribadah dan bertemu dengan TUHAN melalui firmanNya di Gereja (di Bait Allah). Bagaimana pun yang terjadi dalam gereja, jika hatinya untuk beribadah maka ia akan beribadah. Tujuan datang ke gereja adalah untuk memuliakan TUHAN bukan untuk membenarkan dirinya sendiri.
            TUHAN adalah tempat perlindungan, TUHAN adalah sumber keadilan. Keadilan TUHAN merupakan salah satu keselamatan yang TUHAN lakukan terhadap umat-Nya. Jika setiap orang Kristen dapat mengikrarkan credonya dengan sungguh-sungguh, maka tidak ada lagi alasan mengapa ia ragu-ragu atau khawatir tentang hidupnya. TUHAN adalah tempat perlindungan, yang memberikan kenyamanan dan ketentraman hidup. TUHAN adalah tempat perlindungan dan pertolongan yang mengarahkan pandangan kepada Kuasa TUHAN, yang mengatasi segala kuasa yang ada di bumi dan seluruh alam semesta. Dengan itu semua kebahagiaan umat TUHAN adalah hidup dalam perlindungan Allah. Amin.


Usulan Lagu: Kidung Jemaat
  • 2: 1 – 3 
  • 33: 1 – 2
  • 387: 1 – 2
  • 250a: 1 + 4
  • 253: 1.....pers. I + II
  • 445: 1 + 3
  • 439: 1......Pers. III


Tidak ada komentar:

Posting Komentar