DANIEL PANE

SELAMAT DATANG DAN MENIKMATI YANG TELAH DISAJIKAN

Sabtu, 18 Februari 2017

Bahan Jamita Minggu Invocavit, 05 Maret 2017; Rom/ Roma 5: 12 - 19

BAHAN JAMITA
MINGGU INVOCAVIT
Minggu, 05 Maret 2017
Ev. Rom 5: 12 – 19; Ep. Mazmur 32: 1 – 11; Hukum Taurat I – X

HIDUP DI DALAM PENGAMPUNAN DAN BELAS KASIHAN ALLAH
Oleh: Pdt. Daniel Bonardo Pane, S.Th.
Patujolo
            Apabila dipertanyakan, siapakah yang pertama sekali melakukan dosa? Tentu banyaklah orang mengatakan bahwa perempuan itulah yang pada awalnya melakukan dosa. Pertanyaan selanjutnya, apakah Allah menciptakan perempuan dengan tujuan untuk melakukan dosa? Seandainya perempuan itu tidak ada, apakah sudah jaminan bahwa  laki-laki tidak akan berdosa? Tuduhan terhadap perempuan sebagai penyebab dosa atau orang pertama melakukan dosa merupakan suatu tuduhan pembunuhan karakter atau psikologi bagi kaum perempuan. Pertanyaan mengenai siapakah yang pertama sekali berdosa, merupakan pertanyaan yang tidak boleh dijawab berdasarkan jenis kelamin (gender). Jika demikian, apakah jawaban untuk itu? Apabila kita membaca Kejadian 2: 18, 21 – 23 jelas dikatakan bahwa perempuan itu merupakan manusia yang diciptakan oleh Allah dari tulang rusuk laki-laki. Perempuan diciptakan dari sesuatu milik laki-laki. Apabila manusia pertama (laki-laki) diciptakan dari tanah, dan perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki yang memiliki dasar yang sama yaitu ‘Tanah’. Hawa adalah bagian dari tubuh Adam, sehingga antara Adam dan Hawa memiliki suatu ikatan psikis yang erat dan tidak bisa dipisahkan. Adam dan Hawa adalah manusia yang pertama dengan pengartian kata “Adam”, sosok ciptaan yang dicipta segambar dan serupa dengan Allah. Apakah hubungan dengan nas khotbah ini? Saya mengajak anda untuk memasuki penjelasan nas ini.

Penjelasan Nas
            Kota Roma merupakan suatu kota yang besar dan menjadi ibukota kekaisaran Romawai. Injil telah sampai di kota Roma, namun bukan si Paulus yang pertama sekali menyampaikannya dengan kata lain bukan si Paulus yang mendirikan kekristenan pertama sekali di kota Rom karena Paulus tidak pernah datang ke Roma walaupun ia sangat ingin ke kota Roma. Namun ketika Paulus akan dihukum mati, maka ia pun dihukum tepat di kota Roma. Jika demikian siapakah yang pertama sekali memberitakan Injil di kota Roma? Banyak para ahli mengatakan bahwa Rasul Petruslah yang memberitakan Injil dan membentuk kekristenan di kota Roma tersebut. Ketika Kekaisaran Roma dipimpin oleh Kaisar Nero, banyak orang percaya (yang telah menjadi Kristen) mengalami berbagai ragam penderitaan. Nero memfitnah orang Kristen yang telah membakar kota Roma padahal kebenarannya Kaisar Nero lah yang membakar dengan maksud agar orang Kristen ditangkap dan dibunuh. Selain dari itu, dengan banyaknya para guru atau ahli hukum Taurat yang memberi pemandangan mereka berdasarkan Hukum Taurat untuk beroleh kebenaran yang pada akhirnya mengarahkan kepada keragu-raguan mengenai pengorbanan Yesus Kristus dalam pembenaran manusia dan dunia. Sehingga banyak yang hanya bersandar pada Hukum Taurat dengan tujuan membebaskan dari dosa mereka.
            Surat ini dituliskan oleh Paulus kira-kira tahun 55 – 56 Masehi untuk menjawab keragu-raguan umat Kristen terlebih umat Kristen Yahudi yang tinggal di Roma mengenai imannya terkhusus keselamatannya. Walaupun umat Yahudi yang di Roma telah menjadi Kristen, namun mereka selalu terikat pada pemahaman tradisi keYahudian yang menganggungkan Hukum Taurat sebagai membenarkan mereka. Apakah ada orang yang sanggup mengenapi Hukum Taurat kecuali Yesus Kristus sendiri? Apakah ada yang salah pada Hukum taurat? Atau apakah Hukum Taurat tidak berlaku setelah Yesus Kristus datang ke dunia ini, berkarya, mati, dan dibangkitkan kemudian naik ke Sorga? Paulus tidak mengatakan bahwa Hukum Taurat itu tidak berlaku, akan tetapi Paulus memberi kecerahan dan pemahaman yang jelas kepada umat Kristen terlebih umat Kristen Yahudi yang tinggal di Roma mengenai Hukum Taurat dan Keselamatan. Mari kita sejenak melihat kembali proses TUHAN memberikan Hukum Taurat kepada bangsa Israel! TUHAN memberikan Hukum Taurat kepada bangsa Ibrani/ Israel setelah status bangsa itu adalah status merdeka bukan status sebagai budak. Bangsa Israel dibebaskan dari perbudakan bangsa Mesir bukan karena mereka melakukan Hukum Taurat, karena Hukum Taurat belum ada ketika itu. Allah memberikan Hukum Taurat kepada bangsa Israel, sebagai bangsa yang telah dibebaskan dari perbudakan agar kebebasan bangsa itu dapat terarah, teratur, tertib, dan penuh ketaatan. Itu berarti Hukum Taurat tidak untuk membebaskan manusia dari dosa, tetapi sebagai identitas kebebasan atau kemerdekaan umat yang telah dibebaskan. Kemerdekaan atau kebebasan itu dituntut dalam ketertiban, keteraturan dan penuh ketaatan.
            Melalui Khotbah ini Paulus menyegarkan kembali pemahaman umat Kristen di kota Rom terlebih umat Kristen Yahudi mengenai si Adam agar umat Kristen dapat secara jelas memahami keselamatan yang telah diperolehnya di dalam Injil Yesus Kristus. Sekarang, kita masuk ke nas khotbah setelah penjelasan di atas. Paulus menuliskan di ayat 12 nas khotbah ini “dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang”. Apakah pengertian dosa? Dosa merupakan pemberontakan atau segala perbuatan, pikiran, perkataan yang berlawanan atau tidak susuai dengan standar kebenaran yang sejati, yaitu Firman Allah. Firman Allah adalah standar kebenaran sejati manusia setelah ia dibenarkan atau beroleh pembenaran dari Allah. Hukum Taurat merupakan Firman Allah yang dituliskan oleh Allah di 2 loh batu di Gunung Sinai. Sebelum Hukum Taurat ada, Allah telah berfirman berupa perintah yang tegas kepada si Adam mengenai kehidupan dan kematian (Kej. 2: 16 – 17). Siapakah si Adam? Adam, tidak hanya merupakan nama seseorang, tetap Adam memiliki pengartian sebagai sosok yang diciptakan oleh Allah segambar dan serupa dengan Allah, berbeda dengan ciptaan lainnya. Kata Adam melekat kepada hakekat atau substansinya sebagai segambar dan serupa dengan Allah. Adam tidak dapat diartikan hanya laki-laki atau pun perempuan, tetapi sebagai manusia ciptaan Allah yang dicipta dari tanah. iblis datang dan menjebak manusia pertama (pada Kej. 3 memang dikatakan perempuan yang berbicara kepada iblis melalui ular), namun kita tidak dapat mengartikannya secara gender (jenis kelamin) akan tetapi kita artikan sebagai kesatuan utuh ciptaan Allah yang segambar dan serupa dengan Allah, yaitu Adam. Ketika Adam (manusia pertama itu) melakukan dosa mereka “mati”, mereka tidak mati secara jasmani tetapi secara rohani dengan rusaknya hubungan yang begitu indah dengan Allah; rusaknya sukacita bersama Allah di taman Eden; manusia menjadi mengahadapi banyak kesulitan dan tantangan/ perjuangan hidup sampai pada akhirnya daging (tubuh) mereka akan kembali menjadi tanah. Dosa itu telah turun-temurun sampai pada saat ini melalui bisikan atau rayuan iblis yang selalu memberi tawaran kenikmatan sesaat untuk melawan perintah Allah.
             Pada ay. 13 dikatakan: “sebelum hukum taurat ada, dosa telah ada di dunia ini”. Sesuai dengan penjelasan di atas mengenai pemberian Allah akan Hukum Taurat kepada bangsa Israel, maka dapat kita pahami bahwa hukum taurat itu tidak menyebabkan manusia berdosa atau lepas dari dosa. Akan tetapi, dengan Hukum Taurat kita dapat mengenal dan mengukur standar ketaatan kita terhadap perintah Allah. Sebelum Hukum Taurat ada, maut berkuasa dari zaman Adam sampai Musa (ay. 14). Kita tidak mengetahui berapa zaman atau berapa generasikah masa si Adam dibandingkan dengan Musa. Namun kita dapat memahami, bahwa Allah telah memberikan Hukum Taurat kepada bangsa Israel ketika masa atau zaman Musa sebagai tanda meterai atau identitas yang pasti sebagai umat yang telah dibebaskan. Hukum Taurat itu akan selalu berlaku sampai sekarang sampai Dia yang akan datang (kesudahan segalanya digantikan dengan suatu kekekalan). Dia yang dimaksudkan di sini dapat diartikan Yesus Kristus.
            Karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran si Adam (ay. 15). Karunia Allah membuahkan kebebasan dan kemeredekaan dari kematian kekal (thanatos) dan karunia Allah mengarahkan pandangan kita kepada suatu kehidupan yang kekal. Walaupun kita mati secara jasmani dalam iman (apotheneskho), namun kita beroleh suatu kehidpan yang kekal. Sedangkan pelanggaran si Adam membuahkan kematian kekal (thanatos) yang digambarkan sebagai suatu hukuman yang sangat ngeri dan penuh ratapan, dan di sana tidak ada kebahagiaan. Namun, harus dipahami dan dihidupi bahwa Kasih karunia Allah melampaui pelanggaran yang dilakukan oleh Adam, sehingga ada pengampunan. Dengan Kasih Karunia Allah kita dipanggil untuk hidup dalam pengampunan Allah. Dengan pengampunan itu, maka kita kembali menjadi Adam seperti penciptaan semula yaitu segambar dan serupa dengan Allah. Dengan pengampunan Allah lahirlah sukacita, lahir semangat baru, lahir pikiran dan perbuatan yang penuh dengan kebaikan (bdk. Mazmur 32).
            Kasih Karunia Allah itu telah nyata di dalam Yesus Kristus (bdk. Yoh. 3: 16) sehingga oleh karena si Adam pada awal penciptaan, maka manusia itu kehilangan hakekat segambar dan serupa dengan Allah, maka dengan dan melalui satu orang yang Kudus, Yesus Kristus maka seluruh manusia beroleh kasih karunia Allah tersebut. Melalui Yesus Kristus kita dikembalikan dalam substansi dan hakekat yang telah hilang. Sehingga dengan dan melalui pengorbanan Yesus Kristus, Putra Allah yang Kudus kita tidak beroleh lagi kematian kekal, tetapi beroleh kehidupan kekal; dengan kasih karunia Allah di dalam yesus Kristus melahirkan kepada kita suatu kepastian tanpa keragu-raguan.
           
Refleksi - Teologis
            Sampailah firman ini kepada kita. Kita telah berulang kali mengakui dosa kita bahkan menerima janji pangampunan Allah akan keampunan dosa kita. Jika demikian, apakah kita sudah menghidupi pengakuan dosa kita dan janji Allah tersebut? Atau kita hanya formalitas mengikuti liturgi gerejawi untuk mengakui dosa namun tidak menghidup dan tidak bersiap hidup dalam pengampuanan Allah? Di minggu Invocavit, yang berarti berserulah kepadaKu (-Ku di sini berarti berseru kepada Allah). Apakah yang kita serukan? Tidak lain adalah memohon belas kasihan Allah sampai kepada kita melalui pengampunan dosa.
            Dengan pengampunan dosa berarti kita terlepas dari berbagai ketakutan dan ketidakpastian; terlapas dari sikap benci, iri hati, sombong; terlepas dari berbagai perbuatan daging (Galatia 5: 19 – 21). Setelah kita hidup dalam pengampunan Allah, maka kita berlanjut kepada harapan yang pasti akan kehidupan yang kekal; terdapat pikiran dan karakter yang terbentuk teratur dan rapi; ada ketaatan dan rindu untuk berdoa dan memuji Allah. Pengampuanan dosa tidak dapat kita pakai tolak ukur dengan kebenaran dalam versi kita masing-masing, tetapi pengampunan itu hanya di dalam dan melalui Yesus Kristus. Kehidupan yang pasti dan sukacita yang abadi telah disediakan bagi kita umat yang telah ditebus. Mari kita berseru, memohon selalu belas pengasihan Allah sampai pada masanya tiba kita tidak lagi merasakan kematian kekal, tetapi merasakan kehidupan dalam kemuliaan abadi Allah Bapa kita, amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar