DANIEL PANE

SELAMAT DATANG DAN MENIKMATI YANG TELAH DISAJIKAN

Jumat, 29 September 2017

Bahan Khotbah Minggu XVI S. Trinitatis Minggu 01 Oktober 2017; Matius 21: 23 - 32



BAHAN KHOTBAH MINGGU
MINGGU XVI SETELAH TRINITATIS
Minggu, 01 Oktober 2017
Nas: Matius 21: 23 – 32 

MENGENAL YESUS SEBAGAI KRISTUS SERTA MEMATUHI FIRMAN-NYA
Oleh: Pdt. Daniel Bonardo Pane, S.Th.

Pengantar
            Sejauh manakah kita mengenal Yesus Kristus yang telah kita imani sampai sekarang? Apakah kita hanya mengenal Kristus seperti cara pandang oleh imam kepala dan tua-tua Yahudi? Mengenal Yesus tidak hanya mengenal siapa Dia, tetapi mengenal Kuasa dan hekekat-Nya. Dengan itu, kita dihantarkan kepada suatu sikap penyesalan akan dosa dan pelanggaran kita untuk datang kepada-Nya dan beribadah dengan penuh syukur dan komitmen yang mantap dalam melakukan kehendak-Nya. Untuk lebih dalam kita memahami nas khotbah ini, saya menghantarkan kita memasuki penjelasan nas ini.

Penjelasan Nas
            Kitab Matius merupakan kitab yang terpanjang di antara empat kitab Injil (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes) dengan memiliki 28 pasal. Kitab Matius ini lebih menekankan mengenai Yesus Kristus dalam keselamatan orang Yahudi, sehingga dalam kitab Matius ini lebih memperkenalkan Yesus yang berhadapan dengan pemahaman Yahudi atau tradisi Yahudi, serta bagaimana Yesus, Firman Allah yang telah menjadi daging (manusia) harus berhadapan dengan para tokoh atau petinggi agama Yahudi. Kebanyakan para ahli (seperti Irenaeus, Eusibius, dan para ahli Perjanjian Baru lainnya) mengatakan bahwa Matius, seorang penagih pajak yang kemudian dipanggil dan dipilih menjadi seorang murid Yesus Kristus, itulah yang menuliskan kitab injil Matius ini.
            Matius menuliskan injil ini agar seluruh umat Kristen atau orang – orang yang membaca injilnya ini dapat memahami bahwa Yesus itu benar-benar Firman Allah yang telah menjadi daging (manusia). Dengan kata lain, Yesus benar-benar adalah Manusia dengan dipenuhinya hakekat atau substansi Roh Allah di dalam-Nya secara penuh. Yesus tidaklah jauh seperti pemahaman beberapa pengajar-pengajar sesat yang menolak ke-Ilahian Yesus yang menjelma menjadi seorang manusia dengan tubuh yang fana, dan penuh dosa ini. Matius memulai injilnya dengan menuturkan genealogis atau silsilah keturunan Yesus agar dapat dipahami bahwa Yesus benar-benar manusia dalam daging manusia namun Ia adalah hakekat Allah yang sejati, karena Ia adalah Firman Allah.
            Nas khotbah ini merupakan suatu pengajaran Yesus mengenai kebenaran Kerajaan Allah. Pengajaran ini dimulai Yesus setelah Ia menyucikan Bait Suci Allah di Yerusalem dengan mengacaubalaukan semua pedagang yang berdagang di Bait Suci Allah. Kemudian Ia dengan kuasa-Nya mengutuk pohon ara karena pohon itu tidak berbuah. Yesus juga mengajarkan bagaimana kuasa yang akan diperoleh oleh orang yang benar-benar setia dan tidak bimbang sedikit pun. Ada kuasa bagi orang yang percaya di dalam Nama Yesus Kristus.
            Setelah semuanya itu terjadi, Yesus kemudian masuk ke Bait Allah dan meberikan pengajaran kebenaran Kerajaan Allah kepada orang – orang yang ada di tempat tersebut. Ketika Yesus sedang mengajar, datanglah para imam kepala serta tua – tua Yahudi untuk menanyakan sesuatu hal kepada Yesus. Para imam kepala (avrcierei/j/ arkhiereis) dan tua – tua (presbu,teroi/ presbuteroi) Yahudi merupakan sekelompok yang dihormati bagi bangsa Yahudi serta memiliki peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan keputusan dan sistem sosial di bangsa Yahudi yang telah diaturkan dalam Perjanjian Lama (Kel. 3: 16; 4: 29; Ulangan 19 – 22; Kel. 28; Imamat 21; Imamat 4; 16). Ketika masa penjajahan Romawi, kelompok pemimpin agama ini memiliki kedudukan dalam pemerintahan Romawi di daerah jajahan, sebagai perpanjangan tangan Gubernur Romawi yang memerintah di daerah jajahan Romawi. Pada hakekatnya, mereka merupakan alat atau hamba Allah yang ditugaskan sebagai gembala terhadap bangsa Israel sebagai bangsa Pilihan Allah (bdk. Yehezkiel 34). Namun, mereka tidak melakukan tugas dan kewajiban mereka sesuai dengan apa yang telah diaturkan yang menjadi tugas mereka (lih. Tugas Imam: Kel. 28, Imamat 4: 3 – 21; 13: 15; 16: 1 – 25; Bilangan 3; 5: 11 – 28;  Ulangan 17. Sedangkan tugas para tua-tua: Kel. 24; Ul. 19, 21, 22, 25; Yos. 20). Sebelum zaman Yesus, para Imam dan tua-tua Israel/ Yahudi telah melanggar apa yang telah menjadi tugas mereka (lih. Yeremia 8: 8- 12; Yehezkiel 34). Mereka lebih mempertahankan kehormatan melalui jabatan yang mereka peroleh dari pada harus melakukan apa yang menjadi tugas mereka. Termasuk dalam hal menyatakan kebenaran Kerajaan Allah. Kita dapat melihat betapa kerasnya Yesus menegor dan mengecam para imam, ahli hukum taurat (Mat. 23). Semua pengajaran Yesus merupakan ancaman yang begitu besar bagi para imam dan tua-tua, kalau-kalau dengan pengajaran Yesus tersebut dapat menjatuhkan reputasi kehormatan mereka di tengah-tengah masyarakat Yahudi, beserta kehilangan kedudukan dalam pemerintahan Romawi ketika itu. Sehingga kelompok ini selalu berupaya untuk menjebak Yesus dengan berbagai pertanyaan dengan maksud ada alasan mereka untuk mempersalahkan Yesus, sehingga Yesus ditangkap dan dihukum mati dalam hukum Romawi.
            Pada ayat 23 inilah salah satu pertanyaan mereka. Hal yang mereka pertanyakan adalah “kuasa dari manakah Yesus dapat melakukan semua yang telah Yesus lakukan dan dilihat oleh mereka, termasuk dengan mengusir para pedagang di Bait Allah, mengutuk, menyembuhkan, dan berbagai pengajaran dan mujizat lainnya.” Pertanyaan yang menjebak mereka lontarkan kepada Yesus dengan harapan Yesus dapat disalahkan. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang berkaitan dengan hakekat atau substansi diri-Nya sendiri. Seandainya Yesus mengatakan sebenarnya bahwa Ia adalah Manusia yang memiliki hakekat atau substansi ke-Ilahian atau ke-Allah-an-Nya dan mengatakan bahwa Ia adalah Anak Allah Yang mahakudus mereka akan tidak percaya dan membuat tuduhan bahwa Yesus menghujat Allah. Dalam hal ini Allah yang dimaksud adalah (YHWH/ Jahowa) Bapa Yesus Kristus. Yesus sendiri mengetahui apa maksud dan yang menjadi tujuan para imam dan tua-tua menanyakan hal demikian.
            Namun Yesus merespon pertanyaan tersebut dengan memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan diri Yohannes Pembaptis dan baptisan yang Yohannes lakukan (ay. 24 – 25). Yohannes Pembabtis merupakan tokoh sangat dikenal dalam kehidupan orang Yahudi karena khotbah yang begitu tegas ia katakan ketika di sungai Yordan serta baptisan yang telah ia perbuat. Beberapa orang yang mendengarkan khotbahnya menganggap bahwa Yohannes Pembabtislah Mesias yang telah lama dinantikan oleh orang Yahudi. Pertanyaan Yesus kepada imam kepala dan tua-tua Yahudi memiliki hubungan dengan apa yang dipertanyakan mereka kepada Yesus (ay. 23). Pertanyaan yang diajukan Yesus merupakan suatu pertanyaan yang sangat sulit dijawab oleh imam kepala dan para tua-tua Yahudi yang menjumpai Yesus ketika itu. Hal ini berhubungan dengan posisi aman mereka ketika mereka salah untuk menjawab, mereka diskusi (ay. 25) dan mereka pun tidak menemukan jawaban yang pasti sehingga mereka merespon jawaban Yesus dengan menjawab “kami tidak tahu” (ay. 27). Dengan jawaban tersebut, maka Yesus pun tidak akan menjawab pertanyaan para imam dan tua-tua Yahudi. Yesus bukannya tidak mau menjawab yang dipertanyakan oleh para imam dan tua-tua Israel, karena seandainya dikatakan sebenarnya, si pendengar belum tentu menerima. Namun akan tiba saatnya pertanyaan tersebut akan dijawab.
            Kemudian Yesus melanjutkan pengarajaranNya tentang Kerajaan Allah melalui perumpamaan dua orang anak yang memiliki karakter yang berbeda satu sama lain yang berhubungan dengan pertanyaan Yesus kepada para imam kepala dan tua-tua Yahudi (ay. 28 – 32). Perumpamaan Yesus ini memberikan pengajaran dan pemahaman secara tegas dan mantap mengenai hal siapa yang akan memasuki Kerajaan Allah? Mengenai pengajaran ini dikatakan bukan hanya orang yang dari ucapannya saja sebagai wujud taat kepada Allah tetapi harus nyata melalui melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah. Dalam Matius 7: 21 Yesus mengatakan: “bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga.” Kerajaan Sorga/ Kerajaan Allah merupakan suatu Kerajaan di mana TUHAN (YHWH/ Jahowa) Allah kita akan memerintah dan Kerajaan-Nya penuh dengan kemuliaan dan sukacita abadi serta kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan dan pengabdian kepada Sang Raja Kekal, yaitu TUHAN sendiri. Segala kerajaan dan raja serta penguasa dan pemerintahan dunia akan berakhir, namun Kerajaan Sorga tidak akan pernah berakhir dan Kerajaan-Nya adalah kerajaan kekal (lih. Kitab Wahyu). Melakukan kehendak Allah merupakan penyataan pengabdian kita kepada sang Sumber kehidupan kita, yaitu TUHAN, Allah sendiri.
            Pengabdian merupakan suatu bentuk kita beribadah kepada TUHAN. Dalam hal peribadahan kepada TUHAN haruslah dalam kekudusan. Tidak ada satu orang pun yang mampu beribadah kepada Allah bila ia hanya mengandalkan kekuatan atau kebenarannya sendiri atau pun beribadah dengan keberdosaannya. Manusia harus terlebih dahulu mengenal dan menyesali segala dosa dan pelanggarannya kemudian dilanjutkan dengan kemauan untuk beribadah dengan melakukan kehendak Bapa (lih. Perumpamaan anak yang awalnya ia menolak apa yang diperintahkan oleh bapanya, namun ia menyesali perbuatannya tersebut dan segera ia melakukan apa yang telah diperintahkan bapanya kepadanya (ay. 30). Melalui perumpamaan ini Yesus menegor para imam kepala dan tua-tua Yahudi yang mengganggap mereka lebih benar dan lebih layak masuk ke Kerajaan Allah oleh karena mereka selalu mengajarkan firman Allah serta berdoa namun semuanya hanya kefasikan. Perbuatan mereka sama sekali tidak sesuai dengan apa yang mereka ajarkan dan apa yang dikehendaKi oleh TUHAN. Yesus memunculkan dua golongan yang dicap oleh kalangan Yahudi sebagai orang berdosa yaitu pemungut cukai dan perempuan sundal.
Memang mereka berdosa karena para pemungut cukai sering menagih yang tidak sesuai dengan yang diaturkan untuk kekayaan bagi dirinya (mis. Korupsi), sedangkan para perempuan sundal berdosa karena ia melakukan zinah. Namun, ketika mereka mendengarkan berita pertobatan dan mereka menyesali dosanya serta mereka mau datang kepada Yesus maka mereka akan diampuni dan layak masuk ke Kerajaan Sorga (kita bisa melihat kehidupan seorang penagih pajak: Matius yang mau menjadi murid Kristus dan meninggalkan pekerjaannya, serta Zakheus. Kita juga bisa melihat kehidupan perempuan sundal melalui kehidupan seorang perempuan yang berdosa (sundal) yang datang kepada Yesus. Perempuan itu menangis dan menyeka air matanya yang jatuh di kaki Yesus dengan rambutnya (Luk.7: 37 – 38); serta seorang perempuan berdosa yang telah menyesali dosanya dan ia diselamatkan Yesus dari amukan orang-orang yang ingin melempar dia (Yoh. 8: 1 – 11). Pernyataan Yesus ini juga mengacu kepada pelayanan Yohannes Pembaptis dimana ketika itu, para pemungut cukai dan perempuan berdosa yang mendengar khotbah dan berita pertobatan Yohannes di sungai Yordan memberikan dirinya untuk dibaptis oleh Yohannes sebagai tanda penyesalan mereka dan memohon pengampunan dosa dari Allah melalui Yohannes (Lukas 3: 1 – 20; Lukas 7: 29 – 30) (tetapi kita harus membedakan baptisan Yesus yang dilakukan oleh Yohannes dengan baptisan yang mendengarkan khotbahnya (Lih. Lukas 3: 21 – 22). Namun para imam dan para tua-tua Yahudi yang ada di tempat itu tidak percaya dengan berita pertobatan yang dikhotbahkan oleh Yohannes dan mereka tidak mau datang untuk dibaptis oleh Yohannes (ay. 32).

Refleksi Teologi
            Dari penjelasan nas khotbah di atas kita dapat melihat beberapa makna dan refleksi Teologi yang harus kita hidupi dan tidak hanya sebagai pembaca atau pendengar khotbah ini, yaitu:
  1. Kuasa Allah dalam Yesus Kristus. Yesus yang adalah Firman Allah yang telah menjadi manusia (sarx egeneto). Bersama Yesus berarti bersama dalam hikmat dan kuasa Allah. Bersama Yesus kita dapat melawan dan mengalahkan berbagai dan menghadapi berbagai cobaan atau jebakan yang direncakan oleh iblis yang ingin mematahkan semangat iman kita. Hanya dengan kuasa Allah di dalam Yesus Kristuslah kita mampu menjawab segala pergumulan dan tantangan hidup yang semakin mencekam.
  2. Pertobatan. Pertobatan tidak hanya aksi untuk meninggalkan atau berputar 180o, tetapi pertobatan merupakan suatu bentuk penyerahan dan kemauan untuk dibentuk dan ditata sesuai dengan kehendak Allah. Dalam pertobatan harus ada komitmen dan keseriusan untuk benar-benar untuk berada dalam jalan atau kehendak Allah. Dalam hal ini Yesus telah memberikan pengajaran kepada si pendengar ajaran-Nya, bahwa dalam pertobatan harus benar-benar ada rasa penyesalan yang sangat mendalam, serta langsung dilanjutkan dengan aksi untuk melakukan kehendak Allah. Tanpa melakukan kehendak Allah, maka pertobatan belum membuahkan pertobatan. 
  3. Pengabdian kepada TUHAN merupakan suatu bentuk peribadahan kita kepada-Nya. Dengan pengabdian kita diarahkan kepada satu tujuan hidup yang jelas yaitu TUHAN dan kehendak-Nya. Dalam pengabdian kata-kata yang berlebihan tidak diperlukan, tetapi harus sejalan dan selaras dengan kemauan untuk melakukan kehendak Allah. Kita yang telah mendengarkan berita ini, mari kita segera menyesali dosa dan pelanggaran kita kepada TUHAN, agar kita dilayakkan untuk beribadah kepada-Nya. Dengan itu, kita akan beroleh ujung kehidupan kita yaitu Sorga, Kerajaan Allah yang abadi dari kekal hingga kekal, amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar