DANIEL PANE

SELAMAT DATANG DAN MENIKMATI YANG TELAH DISAJIKAN

Jumat, 29 September 2017

Bahan Jamita/ Khotbah Epistel Minggu XVI S. Trinitatis, Minggu 01 Oktober 2017; Mazmur 25: 1 - 9



BAHAN KHOTBAH EPISTEL
MINGGU XVI SETELAH TRINITATIS
Minggu, 01 Oktober 2017
Mazmur 25: 1 – 9

BERTEKUNLAH DALAM JALAN TUHAN
Oleh: Pdt. Daniel Bonardo Pane, S.Th.
Pengantar
            Di dalam dunia ada dua jalan, lebar dan sempit mana ‘kau pilih?” merupakan suatu potongan lirik yang mengisyaratkan pemilihan yang tepat dan pasti mengenai jalan mana yang harus kita jalani dalam kehidupan ini. Setiap jalan ada ujungnya. Jalan lebar dan jalan sempit sama-sama memiliki ujung, tetapi apa yang terdapat di ujung jalan tersebut sangatlah berbeda. Di dalam kesesakan, di dalam pergumulan, begitu banyaknya tawaran atau jalan yang diperkenalkan agar kita bebas atau lepas dari kesesakan atau pergumulan, tetapi kita tidak tahu ke mana ujung jalan yang diperkenalkan itu. Pada nas khotbah epistel ini, Daud memohon suatu jalan yang akan dijalaninya di tengah-tengah pergumulan yang sedang ia alami. Oleh karena itu, saya akan menghantarkan kita kepada penjelasan nas khotbah ini agar kita dapat melihat dan mengimani jalan yang akan diperkenalkan kepada kita.
            Nas khotbah epistel minggu ini merupakan suatu doa dari Daud, dimana ia dalam doanya memohon suatu pertolongan di dalam pergumulan hidupnya. Kepada siapakah ia memohon pertolongan, dan apa yang terjadi kepadanya sehingga ia memohon pertolongan? Mari kita saudara/i memasuki penjelasan nas khotbah.

Penjelasan Nas
            Mazmur 25 merupakan salah satu doa Daud yang berisikan suatu permohonan akan pertolongan TUHAN di dalam hidupnya. Mazmur 25 ini merupakan suatu doa Daud selain ia memohonkan pertolongan TUHAN, ia juga menyatakan suatu kedekatan dirinya dengan TUHAN (kedekatan spiritual/ rohani). Daud, seorang penggembala kawanan domba dan ia tidak memiliki paras untuk menjadi seorang pemimpin atau raja di kerajaan Israel. Ia hanya mampu untuk menggembala suatu kawanan domba, sambil bernyanyi dengan iringan kecapi (bdk. Mazmur 21, 22, 23, dan Mazmur Daud \lainnya).
            Pada nas ini kita dapat melihat betapa bergumulnya Daud, namun tidak jelas dituliskan apa yang sedang dipergumulkan sehingga ia menuliskan susunan doanya seperti yang ada sekarang. Namun, seiring waktu berjalan, doa Daud ini dimasukkan dalam suatu liturgi keyahudian pada perayaan tertentu untuk memeperingati betapa baiknya TUHAN, Allah Israel yang selalu menyertai dan menolong bangsa Israel. Daud dengan kesetiaannya kepada TUHAN semakin memantapkan atau memastikan dirinya untuk menyerahkan hidupnya pada pertolongan TUHAN. Apakah tidak ada orang yang dapat menolong Daud dalam pergumulannya? Pastinya banyak, terlebih selain ia seorang raja yang telah dipilih Allah melalui Samuel, ia adalah seorang pemain musik dan penyair dan banyak orang yang sangat menyukai permainannya termasuk raja Saul sendiri. Ia memiliki sahabat, Yonatan yang pasti bisa untuk menolongnya dalam setiap pergumulannya.
            Setelah ia dipilih oleh Allah melalui samuel menjadi seorang raja, ia kemudian mengalahkan Goliat, seorang tentara Filistin dengan memiliki postur tubuh yang besar. Tidak ada seorang pun dari tentara Israel yang berani melawan Goliat. Namun Daud dengan postur tubuh yang kecil, datang dengan beraninya di dalam Nama TUHAN melawan Goliat. Akhirnya Goliat kalah dan mati. Sehingga orang Israel bersukacita dan mereka menyerukan agar Daud menjadi Raja Israel. Pada akhirnya kabar itu pun sampai kepada Saul. Sehingga Saul yang dahulunya sangat menyukai Daud kini sangat membencinya, dan melakukan berbagai cara untuk membunuh Daud. Sehingga Daud lari dari istana Saul, dimana sebelum Daud membunuh Goliat dengan Nama TUHAN, ia tinggal bersama Saul di istana Saul (Lih. 1 Samuel 16 – 20).
            Hari demi hari Daud mendengarkan ancaman dari Saul untuk membunuhnya sampai ia mendengarkan mengenai kematian Saul dan menjadi raja Israel menggantikan Saul, TUHAN tetap menyertai hidupnya, dan TUHAN tidak pernah sedikit pun meninggalkan Daud dalam setiap pergumulan hidupnya. Maka dengan itu, Daud dengan penuh kepastian mengatakan: “Kepada-Mu, ya TUHAN, kuangkat jiwaku” (ay. 1). Kata “mengangkat” dalam liturgi agama Israel memiliki arti untuk mempersembahkan. Seperti orang Israel pada agamanya yang ingin mempersembahkan korban, maka ia mengangkat persembahan itu dan dipersembahkan kepada imam. Dengan demikian, pada ayat 1 ini Daud memiliki kepastian untuk mempersembahkan jiwanya, yang juga dapat diartikan hidupnya. Ia tidak hanya membawa korban persembahan seperti domba, tetapi ia juga mempersembahkan hidupnya kepada TUHAN, Allahnya.
            “Allahku, kepada-Mu aku percaya” (ay. 2). Percaya (bhs. Ibrani: bâtakh) berarti suatu komitmen yang pasti dan teguh untuk mempersembahkan seluruh kehidupannya secara utuh, tanpa harus ada keragu-raguan. Di dalam percaya terdapat suatu peribadahan, pengabdian dan penyembahan yang penuh terhadap yang ia Percayai yaitu TUHAN. Dengan komitmen tersebut, tekandung suatu harapan dan penantian yang pasti akan penyertaan dan pertolongan dari yang ia Percaya i, dalam hal ini yang ia percayai adalah TUHAN (YHWH/ bhasa batak: Jahowa), Alllah Israel. Itulah sebabnya Daud pada ayat 2 ini melanjutkan doanya “janganlah kiranya ia mendapat malu, dan jangalah musuh-musuhku beria-ria atas aku”. Siapakah musuh-musuh Dauc di sini, yaitu orang-orang atau bangsa yang mengingkan kematiannya, bahkan menginginkan hancurnya kerajaan yang ia pimpin, yaitu Kerajaan Israel Raya.
            Pada ayat 3 dipertegas kembali mengenai suatu jaminan atau kepastian bahwa setiap orang yang percaya dan yang menantikan TUHAN tidak akan pernah malu. Kata malu kembali dinyatakan oleh Daud dalam doanya di nas khotbah ini. Kata malu dalam konsep Perjanjian Lama diartikan sebagai sesuatu yang menjadi aib, nama yang buruk. Pengertian ini diparalelkan dengan sesuatu yang hancur (kehancuran), atau berada dalam situasi kecemasan yang begitu mendalam. Karena niat jahat dari orang-orang yang membenci Daud dan orang – orang yang tidak menaruh percaya kepada TUHAN, Allah Israel. Akan tetapi orang yang khianat akan mendapat malu, yaitu kehancuran, atau aib dan memiliki nama buruk. Orang yang khianat adalah orang-orang yang tidak setia dan tidak dapat bertahan dalam segenap pergumulan hidupnya.
            Sebagai seorang yang percaya kepada TUHAN yang berarti dia sudah menjadi kepunyaan TUHAN wajib melakukan dan mematuhi kehendak-Nya. Itulah sebabnya pada ayat 4 menyampaikan permohonannya agar TUHAN memberitahukan jalan-jalan-Nya. Jalan-jalan yang dimaksud di sini adalah kehendak dan panduan yang harus dilakukannya sebagai kepunyaan TUHAN. TUHAN akan menyampaikan apa yang menjadi kehendak-Nya melalui para imam, para nabi, dan baik para pesuruh Allah lainnya. Jalan TUHAN jelas dituliskan di ayat 10 adalah kasih setia dan kebenaran. Merindukan jalan TUHAN juga merupakan suatu permohonan akan pendampingan atau bimbingan spiritual yang di dalamnya terdapat kekuatan atau keteguhan yang kuat untuk tetap bersama TUHAN ketika ia mengalami pergumulan, sakit, atau kelemahan sekali pun. Ia teguh untuk tetap setia kepada TUHAN, Allahnya.
            Mengapa? Karena TUHAN-lah penyelamatnya, yang dinanti-nantikan sepanjang hari (ay. 5). Dengan instruksi atau arahan yang TUHAN tunjukkan kepada Daud melalui para pesuruh Allah, maka ia diarahkan kepada keselamatan, sebab segala jalan TUHAN termasuk kehendak Allah adalah keselamatan bagi uma-Nya. Ketika umat itu masih mau berdiam di jalan atau kehendak TUHAN, maka ia sedang berjalan kepada suatu keselamatan yang telah disediakan oleh TUHAN. Merindukan jalan-jalan TUHAN tidak hanya pada satu moment tertentu, tetapi hari demi hari tanpa putus-putusnya.
            Mulai ay. 6 – 7 merupakan suatu bentuk pengenalan diri Daud diperhadapkan dengan kasih setia TUHAN. Daud melihat dirinya sebagai seorang yang lemah, dan pendosa. Pengakuan kasih setia TUHAN adalah buah dari pengenalan yang pasti mengenai TUHAN yang ia percayai. Dengan kasih setia, ada pengampunan, dengan pengampunan ada anugerah dan anugerah itulah keselamatan dan kehidupan. “segala dosa dan pelanggaran janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai kasih setia-Mu” suatu permohonan atau seruan Daud yang menghantarkan dia kepada seruan akan keselamatan atau anugerah yang akan TUHAN berikan kepadanya. Pada ayat 6 – 7 ini merupakan suatu pengakuan akan kebaikan TUHAN yang telah membebaskan Daud dari dosa dan menunjukkan jalan Allah.
            Kemudian dilanjutkan dengan pengakuan akan kebaikan TUHAN melalui jalan-Nya (ay. 8 – 9). Pada ay. 4 Daud memohon atau meminta kepada TUHAN agar TUHAN memberitahukan jalan TUHAN. Jalan atau kehendak TUHAN merupakan cerminan terhadap kepribadian umat TUHAN untuk melihat jalan atau kehendak apa yang sekarang memenuhi umat TUHAN. Dengan itu muncullah penyesalan dan memohon belas kasihan TUHAN sehingga umat tersebut kembali ke jalan atau kehendak TUHAN. Kebaikan TUHAN nyata dengan TUHAN memberitahukan jalan kebenaran yang sesungguhnya yang harus dijalani oleh umat atau kepunyaan TUHAN. Kebaikan TUHAN juga tampak dengan Ia membimbing umat-Nya dan mengajarkan jalan-Nya kepada umat kesayangan-Nya, umat pilihan-Nya. Sebagai kepunyaan TUHAN maka ia akan setia dan akan berdiam dalam jalan TUHAN, dan tidak akan melangkah keluar dari apa yang telah TUHAN tetapkan bagi-Nya. Berdiam di dalam kehendak TUHAN berarti memberikan diri untuk siap dibentuk atau ditempah sesuai dengan kehendak TUHAN dalam hidupnya.
            Apabila kita melihat sampai ay. 22 nas epistel ini, kita akan melihat tumbuhnya semangat umat TUHAN, yakni Daud dalam menjalani kehidupan walaupun banyaknya musuh yang mengancam atau yang menanti-nantikan kehancuran Daud atau umat Allah. Ketulusan dan kejujuran akan tetap mengawal Daud atau umat TUHAN, dan pada akhirnya TUHAN sendiri akan melepaskan umat-Nya dari pergumulan tersebut dengan melihat kehancuran orang-orang fasik atau musuh – musuh umat TUHAN.

Refleksi Teologi
            Sudah sejauh mana kita tunduk dan merindukan jalan TUHAN dalam kehidupan kita sampai saat ini? Jalan atau kehendak manusia adalah kebahagiaan bagi dirinya, tetapi jalan TUHAN adalah keselamatan bagi manusia. Seperti pernyataan pada pengantar di atas, ketika kita mengalami pergumulan, kesesakan, atau mendapat ancaman dari orang-orang yang membenci kita maka pada saat itulah iblis melalui para pesuruhnya memperkenalkan jalan-jalan kebahagiaan agar manusia itu sepertinya dapat berbahagia, dan lepas dari pergumulan atau kesesakan hidupnya. Bisa jadi jalan yang diperkenalkan adalah penjaga badan (pitonggam), rasi bintang, percaya kepada nasib, dan berbagai perbuatan duniawi yang sangat bertentangan dengan jalan atau kehendak TUHAN. Pada akhirnya manusia yang mengikuti jalan atau kehendak iblis akan melihat kebinasaan sedang menantinya di ujung jalan tersebut.
            Daud memperkenalkan suatu jalan yang diyakini dengan pasti bahwa ujung jalan tersebut adalah sukacita dan keabadian, yakni keselamatan yang telah TUHAN sediakan kepada orang yang setia kepada-Nya. Namun, terlebih dahulu kita harus percaya kepada yang kita percayai siapa yang menjadi Allah kita. Dalam hal ini Allah kita adalah TUHAN (Ibrani: YHWH; batak: Jahowa), Pencipta, kuasa dan kemuliaan-Nya tidak ada yang dapat menyamai baik di segala waktu dan tempat. Percaya kepada TUHAN adalah suatu pengakuan bahwa kita siap mengabdi, beribadah, dan mempersembahkan hidup kita menjadi milik kepunyaan TUHAN. Dengan itu muncullah kerinduan untuk berdiam dan setia hidup dalam jalan TUHAN, yang mana jalan TUHAN berujung kepada kebahagiaan kekal. Orang jahat dan orang yang tidak mau berdiam dalam jalam TUHAN akan beroleh kebinasaan. Oleh karena itu, sebagai milik kepunyaan Allah, mari kita setia dan tetap berdiam dalam jalan atau kehendak TUHAN. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar