DANIEL PANE

SELAMAT DATANG DAN MENIKMATI YANG TELAH DISAJIKAN

Jumat, 01 April 2016

Bahan Khotbah Minggu Quasimodogeniti, 03 April 2016

BAHAN KHOTAB
MINGGU QUASIMODOGENITI
Minggu, 03 April 2016
Ev.: Mazmur 150: 1 – 6; Ep.: Yohanes 20: 19 – 31; S. Patik: Kolose 3: 16
oleh: Pdt. Daniel Bonardo Pane

BIARLAH SETIAP YANG BERNAFAS MEMUJI TUHAN

Pendahuluan
            Siapakah yang selalu anda puji? Seorang laki – laki memuji kecantikan pasangannya, seorang guru memuji muridnya karena kepandaian muridnya itu, seorang atasan memuji bawahannya karena keuletan bawahannya, serta bawahan memuji atasannya karena ketegasan dan kepandaian atasannya dalam memimpin. Banyak lagi kata – kata pujian yang kita telah kita dengar termasuk pujian terhadap diri kita oleh orang – orang sekitar ataupun kita memuji orang lain. Tentu karena ada sesuatu kelebihan yang dimiliki seseorang yang mendatangkan pujian dari orang sekitar. Dengan pujian tersebut ada pengakuan terhadap kelebihan yang dimiliki. Pasti banyak orang yang akan kecewa atau memiliki perasaaan tidak senang apabila ada orang yang tidak mau mengakui kelebihan yang dimiliki, tanpa kita sadari dengan pengakuan itu kita sudah menginginkan suatu pujian terhadap diri kita sendiri.
            Motivasi dalam hal memuji pun ada berbagai macam, ada motivasi seseorang memuji temannya, karena ia mengharapkan sesuatu dari pujiannya itu, sehingga ia kehilangan kepribadiannya karena hanya sibuk untuk memuji yang ia kagumi itu. Ada memuji dengan motivasi untuk posisi empuk atau aman, ketika posisi itu tidak ada, ia justru menjatuhkan seseorang yang sebelumnya ia puji. Bagaimana posisi pujian terhadap diri kita atau terhadap manusia diperhadapkan pujian terhadap TUHAN Allah? Semakin sering kita mengharapkan pujian datang kepada kita dengan kelebihan yang kita miliki, maka secara perlahan kita membuat diri kita ingin setara dengan TUHAN, Pencipta yang MahaKuasa, Allah dari segala makhluk dan segala allah di dunia ini. Seorang pemazmur melalui nas khotbah ini menyuarakan seruan untuk memuji TUHAN. Dalam penjelasan nas saya akan memaparkan seruan si pemazmur dalam perikop ini.

Penjelasan Nas
            Mazmur 150 ini merupakan bagian akhir atau penutup dari seluruh kita Mazmur. Dalam kitab Mazmur 150 tampak bagaimana sukacitanya sang pemazmur dalam seruannya ini. Tidak ada yang tahu secara pasti siapakah si Pemazmur ini, namun apabila kita melihat struktur isi dari kitab Mazmur 150 tampak jelas bahwa nyanyian atau seruan Mazmur 150 merupakan bagian yang dipakai dalam liturgi ibadah Israel ketika bangsa itu arak-arakan untuk memasuki bait suci Yerusalem. Kita dapat melihat juga dalam nyanyian Mazmur lainnya yang isinya merupakan seruan untuk memuji TUHAN, Allah Israel (Maz. 81; Maz. 103; Maz. 148). Sudah menjadi suatu ajaran dalam Ibadah umat Israel pada masanya bahwa ketika bangsa itu akan memasuki masa – masa ibadah (devotion) maka bangsa itu terlebih dahulu bersurak-surak dan bersukacita dalam memuji dan memuliakan TUHAN, Allah. Ketika ibadah (devotion) dilaksanakan, maka umat Israel dengan khusuk dan tentram mendengarkan ajaran Firman TUHAN, yang disampaikan oleh imam, dan mereka akan meyuarakan kembali pemujian dalam suasana khusuk, sehingga ketika ibadah dilaksanakan semuanya berjalan dalam suasana tentram dan khusuk dalam memuliakan Allah.
            Pada ayat 1 kitab perikop ini merupakan seruan untuk memuji TUHAN Allah dalam tempat kudus dan dalam cakrawalaNya yang kuat. Kata Haleluya merupakan kata Ibrani yang memiliki “Pujilah YHWH (TUHAN)”. TUHAN, Allah Pencipta dari segala sesatu yang tidak ada menjadi sesuatu yang ada dan indah; TUHAN, Allah yang kuasaNya yang tidak ada dapat disamakan dengan segala kuasa yang ada di dunia dan di segala tempat dan di segala waktu. Memuji TUHAN di dalam Tempat Kudus dan Cakrawala-Nya yang merupakan tempat Maha Kudus Allah, atau tempat berdiamNya Allah. Dalam kemah suci dan Bait Suci orang Israel selalu memberikan suatu ruangan tempat Yang Maha Kudus, sebagai tempat di mana Allah tinggal, dan akan berbicara dengan umat Israel melalui para imam, dan tidak ada seorang pun yang dapat memasuki ruangan ini kecuali para imam atau yang ditugaskan pada tempat itu. Itu berarti, tampak bahwa seruan ini merupakan seruan untuk memuji Allah di tempat Kudus-Nya yaitu di bait Suci, Yerusalem. Ditambah lagi bait Suci Yerusalem bagi umat Israel merupakan suatu tempat pertemuan manusia (yang dibumi) dengan TUHAN yang bersemayam dalam Sorga, tempat yang Maha Kudus, yang tidak diciptakan oleh tangan, tenaga atau pikiran manusia.
            Mengapakah kita memuji TUHAN? apakah dengan tidak memuji TUHAN, maka TUHAN akan kehilangan kemuliaan kuasa dan kemuliaan namaNya atau TUHAN haus akan pujian? Sama sekali tidak. Tetapi kita melihat ay. 2 kita  diajak memuji TUHAN karena TUHAN layak untuk dipuji. Pujian manusia terhadap manusia adalah pujian kefanaan dan tidak kekal, akan tetapi pujian kepada Allah adalah pujian kekekalan karena Allah sendiri adalah kekal. Memuji TUHAN, karena keperkasaanNya dan kebesarannya yang hebat. Apabila kita melihat dalam pengakuan iman sang pemazmur dalam Mazmur 82, dimana TUHAN, Allah Israel yang mengatasi segala allah atau ilah yang diperallahkan atau yang diperilahkan oleh dunia dalam kepentingan hidupnya. Allah berkuasa atas segala allah yang disembah oleh dunia ini, dan tidak ada satu allah di dunia ini yang dapat menyamakan kuasa atau kebesarannya dengan TUHAN, Allah Israel. Mazmur 104, adanya pengakuan iman bagaimana Allah dengan kuasa dan kebesarannya dalam menciptakan dunia ini dan banyak mazmur lainnya yang mengakui dan memuji kuasa atau pun kebesaran TUHAN, Allah Israel. Memuji manusia dengan kelebihannya memiliki batas, ketika orang lain dapat menyamai kelebihannya atau pun melebih kelebihannya, maka pujian itu tidak lagi miliknya. Akan tetapi, Allah dengan kuasa dan kebesaranNya yang tidak dapat disamakan dengan kuasa atau kebesaran allah dunia ini.
            Pada ayat 3 – 5 jelas disuarakan atau diserukan memuji TUHAN dengan berbagai alat musik dan berbagai tarian. Pemakaian alat musik dan tarian dalam memuji TUHAN tidak lah menjadi suatu masalah jika dalam pemakaian itu tepat guna. Tidak menjadi patokan harus alat musik yang bagaimana atau jenis tarian yang mana dipakai dalam memuji TUHAN, tetapi yang terpenting adalah pemakaian alat musik dan tarian itu haruslah dalam suasana atau situasi hormat atau sopan dalam memuji TUHAN. semua alat musik yang disebutkan dalam ayat 3 – 5 pada perikop inii merupakan alat musik yang sering dipakaikan untuk menyambut yang dihormati atau seorang raja dalam pakaian kerajaannya yang menujukkan kemuliaan dan kehormatan kerajaannya, sehingga setiap orang yang ada dalam kerajaannya menyembah dan mematuhi perintah raja. Demikianlah halnya umat Israel dalam memuji TUHAN, Allah. Tidak cukup dengan ucapan dalam pemujian tetapi harus juga terdapat hati yang penuh sembah dan mematuhi apa yang TUHAN firmankan kepada umat-Nya.
            Hendaklah semua yang bernafas memuji TUHAN (ay. 6). Ungkapan ini menyatakan tidak hanya manusia saja yang memuji atau mengakui kebesaran atau kuasa TUHAN yang tidak terbatas. Segala yang bernafas, segala makhluk yang bertumbuh, makhluk yang bergerak, makhluk yang hidup memuji TUHAN. Pada ayat ini merupakan ungkapan akan keutuhan ciptaan yang memuji dan mengakui akan kuasa dan kebesaran TUHAN, Semesta Alam dan segala isinya. Manusia yang merupakan bagian dari ciptaan Allah bersama dengan bunga-bunga, pepohonan, binatang dan seluruh makhluk memuji TUHAN dalam kuasa dan kebesaran TUHAN. segala makhluk juga mencakup kepada seluruh bangsa-bangsa, semua manusia (manusia kaum marjinal maupun manusia kelas satu atau orang bangsawan) ikut juga dalam memuji TUHAN. Tidak ada lagi batasan tuan atau hamba, miskin atau kaya, yahudi atau yunani, laki – laki atau perempuan, anak-anak atau pun orang tua, semuanya berseru “Halleluya” Pujilah TUHAN.

Implikasi Nas
            Masih banyak halangan – halangan yang terjadi terhadap umat Kristen dalam memuji TUHAN, Allah. Banyak gereja diancam atau bahkan dihancurkan oleh karena seruan memuji TUHAN, Allah. Akan tetapi sangat perlu umat Kristen atau pemimpin ibadah Kristen intropeksi diri terhadap cara pemujian kepada TUHAN. dalam ibadah umat Israel, ada saatnya bangsa atau umat itu bersorak-sorak mememuji TUHAN sebelum ibadah dilaksankan, artinya sorak-sorak umat itu merupakan suatu pengantar dan sukacita akan datangnya sosok yang Kudus dan yang patut disembah dan didengarkan PerintahNya dan dilakukan, dalam hal ini TUHAN, Allah. Dan setelah Ibadah (devotion) umat itu tidak ada lagi yang bersorak-sorak, atau ribut. Seluruh umat akan khusuk dan tentram mendengarkan Allah berfirman melalui para imam, dan umat berdoa memohon berkat yang dipimpin oleh imam. Selama devotion terjadi, umat akan tentram dan penuh khusuk bertemu dan bersekutu dengan TUHAN.
            Dalam hal pemakaian alat musik, seluruh alat musik dan tarian bisa dipakai sejauh semuanya itu dialamatkan untuk pemujian kepada TUHAN, Allah dan dilaksanakan dalam sikap hormat atau sopan, tidak asal. Dengan pemakaian alat musik maupun dengan tarian kiranya dapat semakin mendekatkan atau semakin memperkenalkan kuasa dan kebesaran Allah dan dengan itu kita menjadi sujud di hapan Allah di tempatNya yang Kudus, dalam hal sekarang adalah gereja. Di tanah batak, dikenal dengan alat musik tradisional ogung sabangunan dalam berbagai tortor, semuanya itu dapat dipakai dalam pelaksanaan Ibadah, sejauh itu dipakai hanya untuk penyembahan kepada TUHAN, Allah kita. Tidak lagi terperangkap dengan paham barat yang hanya memakai alat musik barat (organ, terompet, drum atau alat musik barat lainnya). Pujilah TUHAN dengan budaya batak, pujilah TUHAN dengan budaya melayu, dalam berbagai budaya, etnis, bahasa, dan berbagai status kehidupan, pujjilah TUHAN, karena TUHAN layak dan patut untuk dipuji dan disembah.  
            Sekarang akhir dari implikasi Nas ini, apakah yang menjadi motivasi kita memuji TUHAN? sebagai umat yang telah diselamatkan dan yang telah ditebus oleh TUHAN, Allah melalui PutraNya Yesus Kristus, sudah selayaknya untuk memuji TUHAN. Memuji TUHAN dengan kuasa dan kebesaranNya penuh dengan keajaiban. Sungguh berbahagialah orang yang selalu memuji TUHAN dalam hidupnya, karena dalam pujian itu, ia mandapatkan harapan dan pengakuan akan kuasa Allah yang tidak terbatas dan yang kekal, dan dengan itu ia menjadi kuat menjalani hidup dalam kekuatan dan kuasa Allah yang kekal itu.

Nyanyian Kidung Jemaat

  1. 03: 1 + 3 – 4
  2. 33: 1 – 2
  3. 388: 1 + 3
  4. 457: 2 + 4
  5. 341: 1.......
  6. 367: 3 + 5
  7. 392: 1.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar