BAHAN KHOTBAH EPISTEL
MINGGU XVI SETELAH TRINITATIS
Minggu, 01 Oktober 2017
Mazmur 25: 1 – 9
BERTEKUNLAH DALAM JALAN TUHAN
Oleh: Pdt. Daniel Bonardo Pane, S.Th.
Pengantar
“Di
dalam dunia ada dua jalan, lebar dan sempit mana ‘kau pilih?” merupakan suatu
potongan lirik yang mengisyaratkan pemilihan yang tepat dan pasti mengenai
jalan mana yang harus kita jalani dalam kehidupan ini. Setiap jalan ada
ujungnya. Jalan lebar dan jalan sempit sama-sama memiliki ujung, tetapi apa
yang terdapat di ujung jalan tersebut sangatlah berbeda. Di dalam kesesakan, di
dalam pergumulan, begitu banyaknya tawaran atau jalan yang diperkenalkan agar
kita bebas atau lepas dari kesesakan atau pergumulan, tetapi kita tidak tahu ke
mana ujung jalan yang diperkenalkan itu. Pada nas khotbah epistel ini, Daud
memohon suatu jalan yang akan dijalaninya di tengah-tengah pergumulan yang
sedang ia alami. Oleh karena itu, saya akan menghantarkan kita kepada
penjelasan nas khotbah ini agar kita dapat melihat dan mengimani jalan yang
akan diperkenalkan kepada kita.
Nas khotbah epistel minggu ini
merupakan suatu doa dari Daud, dimana ia dalam doanya memohon suatu pertolongan
di dalam pergumulan hidupnya. Kepada siapakah ia memohon pertolongan, dan apa
yang terjadi kepadanya sehingga ia memohon pertolongan? Mari kita saudara/i
memasuki penjelasan nas khotbah.
Penjelasan Nas
Mazmur 25 merupakan salah satu doa
Daud yang berisikan suatu permohonan akan pertolongan TUHAN di dalam hidupnya. Mazmur
25 ini merupakan suatu doa Daud selain ia memohonkan pertolongan TUHAN, ia juga
menyatakan suatu kedekatan dirinya dengan TUHAN (kedekatan spiritual/ rohani). Daud, seorang penggembala kawanan
domba dan ia tidak memiliki paras untuk menjadi seorang pemimpin atau raja di
kerajaan Israel. Ia hanya mampu untuk menggembala suatu kawanan domba, sambil
bernyanyi dengan iringan kecapi (bdk. Mazmur 21, 22, 23, dan Mazmur Daud
\lainnya).
Pada nas ini kita dapat melihat
betapa bergumulnya Daud, namun tidak jelas dituliskan apa yang sedang
dipergumulkan sehingga ia menuliskan susunan doanya seperti yang ada sekarang.
Namun, seiring waktu berjalan, doa Daud ini dimasukkan dalam suatu liturgi
keyahudian pada perayaan tertentu untuk memeperingati betapa baiknya TUHAN,
Allah Israel yang selalu menyertai dan menolong bangsa Israel. Daud dengan
kesetiaannya kepada TUHAN semakin memantapkan atau memastikan dirinya untuk
menyerahkan hidupnya pada pertolongan TUHAN. Apakah tidak ada orang yang dapat
menolong Daud dalam pergumulannya? Pastinya banyak, terlebih selain ia seorang
raja yang telah dipilih Allah melalui Samuel, ia adalah seorang pemain musik
dan penyair dan banyak orang yang sangat menyukai permainannya termasuk raja
Saul sendiri. Ia memiliki sahabat, Yonatan yang pasti bisa untuk menolongnya
dalam setiap pergumulannya.
Setelah ia dipilih oleh Allah melalui
samuel menjadi seorang raja, ia kemudian mengalahkan Goliat, seorang tentara
Filistin dengan memiliki postur tubuh yang besar. Tidak ada seorang pun dari
tentara Israel yang berani melawan Goliat. Namun Daud dengan postur tubuh yang
kecil, datang dengan beraninya di dalam Nama TUHAN melawan Goliat. Akhirnya
Goliat kalah dan mati. Sehingga orang Israel bersukacita dan mereka menyerukan
agar Daud menjadi Raja Israel. Pada akhirnya kabar itu pun sampai kepada Saul.
Sehingga Saul yang dahulunya sangat menyukai Daud kini sangat membencinya, dan
melakukan berbagai cara untuk membunuh Daud. Sehingga Daud lari dari istana
Saul, dimana sebelum Daud membunuh Goliat dengan Nama TUHAN, ia tinggal bersama
Saul di istana Saul (Lih. 1 Samuel 16 – 20).
Hari demi hari Daud mendengarkan
ancaman dari Saul untuk membunuhnya sampai ia mendengarkan mengenai kematian
Saul dan menjadi raja Israel menggantikan Saul, TUHAN tetap menyertai hidupnya,
dan TUHAN tidak pernah sedikit pun meninggalkan Daud dalam setiap pergumulan hidupnya.
Maka dengan itu, Daud dengan penuh kepastian mengatakan: “Kepada-Mu, ya TUHAN,
kuangkat jiwaku” (ay. 1). Kata “mengangkat” dalam liturgi agama Israel memiliki
arti untuk mempersembahkan. Seperti orang Israel pada agamanya yang ingin
mempersembahkan korban, maka ia mengangkat persembahan itu dan dipersembahkan
kepada imam. Dengan demikian, pada ayat 1 ini Daud memiliki kepastian untuk
mempersembahkan jiwanya, yang juga dapat diartikan hidupnya. Ia tidak hanya
membawa korban persembahan seperti domba, tetapi ia juga mempersembahkan
hidupnya kepada TUHAN, Allahnya.
“Allahku, kepada-Mu aku percaya”
(ay. 2). Percaya (bhs. Ibrani: bâtakh)
berarti suatu komitmen yang pasti dan teguh untuk mempersembahkan seluruh
kehidupannya secara utuh, tanpa harus ada keragu-raguan. Di dalam percaya
terdapat suatu peribadahan, pengabdian dan penyembahan yang penuh terhadap yang
ia Percayai yaitu TUHAN. Dengan komitmen tersebut, tekandung suatu harapan dan
penantian yang pasti akan penyertaan dan pertolongan dari yang ia Percaya i,
dalam hal ini yang ia percayai adalah TUHAN (YHWH/ bhasa batak: Jahowa), Alllah
Israel. Itulah sebabnya Daud pada ayat 2 ini melanjutkan doanya “janganlah
kiranya ia mendapat malu, dan jangalah musuh-musuhku beria-ria atas aku”.
Siapakah musuh-musuh Dauc di sini, yaitu orang-orang atau bangsa yang
mengingkan kematiannya, bahkan menginginkan hancurnya kerajaan yang ia pimpin,
yaitu Kerajaan Israel Raya.
Pada ayat 3 dipertegas kembali
mengenai suatu jaminan atau kepastian bahwa setiap orang yang percaya dan yang
menantikan TUHAN tidak akan pernah malu. Kata malu kembali dinyatakan oleh Daud
dalam doanya di nas khotbah ini. Kata malu dalam konsep Perjanjian Lama
diartikan sebagai sesuatu yang menjadi aib, nama yang buruk. Pengertian ini
diparalelkan dengan sesuatu yang hancur (kehancuran), atau berada dalam situasi
kecemasan yang begitu mendalam. Karena niat jahat dari orang-orang yang
membenci Daud dan orang – orang yang tidak menaruh percaya kepada TUHAN, Allah
Israel. Akan tetapi orang yang khianat akan mendapat malu, yaitu kehancuran,
atau aib dan memiliki nama buruk. Orang yang khianat adalah orang-orang yang tidak
setia dan tidak dapat bertahan dalam segenap pergumulan hidupnya.
Sebagai seorang yang percaya kepada
TUHAN yang berarti dia sudah menjadi kepunyaan TUHAN wajib melakukan dan
mematuhi kehendak-Nya. Itulah sebabnya pada ayat 4 menyampaikan permohonannya
agar TUHAN memberitahukan jalan-jalan-Nya. Jalan-jalan yang dimaksud di sini
adalah kehendak dan panduan yang harus dilakukannya sebagai kepunyaan TUHAN.
TUHAN akan menyampaikan apa yang menjadi kehendak-Nya melalui para imam, para
nabi, dan baik para pesuruh Allah lainnya. Jalan TUHAN jelas dituliskan di ayat
10 adalah kasih setia dan kebenaran. Merindukan jalan TUHAN juga merupakan suatu
permohonan akan pendampingan atau bimbingan spiritual yang di dalamnya terdapat
kekuatan atau keteguhan yang kuat untuk tetap bersama TUHAN ketika ia mengalami
pergumulan, sakit, atau kelemahan sekali pun. Ia teguh untuk tetap setia kepada
TUHAN, Allahnya.
Mengapa? Karena TUHAN-lah
penyelamatnya, yang dinanti-nantikan sepanjang hari (ay. 5). Dengan instruksi
atau arahan yang TUHAN tunjukkan kepada Daud melalui para pesuruh Allah, maka
ia diarahkan kepada keselamatan, sebab segala jalan TUHAN termasuk kehendak
Allah adalah keselamatan bagi uma-Nya. Ketika umat itu masih mau berdiam di
jalan atau kehendak TUHAN, maka ia sedang berjalan kepada suatu keselamatan
yang telah disediakan oleh TUHAN. Merindukan jalan-jalan TUHAN tidak hanya pada
satu moment tertentu, tetapi hari demi hari tanpa putus-putusnya.
Mulai ay. 6 – 7 merupakan suatu bentuk
pengenalan diri Daud diperhadapkan dengan kasih setia TUHAN. Daud melihat
dirinya sebagai seorang yang lemah, dan pendosa. Pengakuan kasih setia TUHAN
adalah buah dari pengenalan yang pasti mengenai TUHAN yang ia percayai. Dengan
kasih setia, ada pengampunan, dengan pengampunan ada anugerah dan anugerah
itulah keselamatan dan kehidupan. “segala dosa dan pelanggaran janganlah
Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai kasih setia-Mu” suatu permohonan atau
seruan Daud yang menghantarkan dia kepada seruan akan keselamatan atau anugerah
yang akan TUHAN berikan kepadanya. Pada ayat 6 – 7 ini merupakan suatu
pengakuan akan kebaikan TUHAN yang telah membebaskan Daud dari dosa dan
menunjukkan jalan Allah.
Kemudian dilanjutkan dengan
pengakuan akan kebaikan TUHAN melalui jalan-Nya (ay. 8 – 9). Pada ay. 4 Daud
memohon atau meminta kepada TUHAN agar TUHAN memberitahukan jalan TUHAN. Jalan
atau kehendak TUHAN merupakan cerminan terhadap kepribadian umat TUHAN untuk
melihat jalan atau kehendak apa yang sekarang memenuhi umat TUHAN. Dengan itu
muncullah penyesalan dan memohon belas kasihan TUHAN sehingga umat tersebut
kembali ke jalan atau kehendak TUHAN. Kebaikan TUHAN nyata dengan TUHAN
memberitahukan jalan kebenaran yang sesungguhnya yang harus dijalani oleh umat
atau kepunyaan TUHAN. Kebaikan TUHAN juga tampak dengan Ia membimbing umat-Nya
dan mengajarkan jalan-Nya kepada umat kesayangan-Nya, umat pilihan-Nya. Sebagai
kepunyaan TUHAN maka ia akan setia dan akan berdiam dalam jalan TUHAN, dan
tidak akan melangkah keluar dari apa yang telah TUHAN tetapkan bagi-Nya.
Berdiam di dalam kehendak TUHAN berarti memberikan diri untuk siap dibentuk
atau ditempah sesuai dengan kehendak TUHAN dalam hidupnya.
Apabila kita melihat sampai ay. 22
nas epistel ini, kita akan melihat tumbuhnya semangat umat TUHAN, yakni Daud
dalam menjalani kehidupan walaupun banyaknya musuh yang mengancam atau yang
menanti-nantikan kehancuran Daud atau umat Allah. Ketulusan dan kejujuran akan
tetap mengawal Daud atau umat TUHAN, dan pada akhirnya TUHAN sendiri akan
melepaskan umat-Nya dari pergumulan tersebut dengan melihat kehancuran
orang-orang fasik atau musuh – musuh umat TUHAN.
Refleksi Teologi
Sudah
sejauh mana kita tunduk dan merindukan jalan TUHAN dalam kehidupan kita sampai
saat ini? Jalan atau kehendak manusia adalah kebahagiaan bagi dirinya, tetapi
jalan TUHAN adalah keselamatan bagi manusia. Seperti pernyataan pada pengantar
di atas, ketika kita mengalami pergumulan, kesesakan, atau mendapat ancaman
dari orang-orang yang membenci kita maka pada saat itulah iblis melalui para
pesuruhnya memperkenalkan jalan-jalan kebahagiaan agar manusia itu sepertinya
dapat berbahagia, dan lepas dari pergumulan atau kesesakan hidupnya. Bisa jadi
jalan yang diperkenalkan adalah penjaga badan (pitonggam), rasi bintang, percaya kepada nasib, dan berbagai
perbuatan duniawi yang sangat bertentangan dengan jalan atau kehendak TUHAN.
Pada akhirnya manusia yang mengikuti jalan atau kehendak iblis akan melihat
kebinasaan sedang menantinya di ujung jalan tersebut.
Daud
memperkenalkan suatu jalan yang diyakini dengan pasti bahwa ujung jalan
tersebut adalah sukacita dan keabadian, yakni keselamatan yang telah TUHAN
sediakan kepada orang yang setia kepada-Nya. Namun, terlebih dahulu kita harus
percaya kepada yang kita percayai siapa yang menjadi Allah kita. Dalam hal ini
Allah kita adalah TUHAN (Ibrani: YHWH; batak: Jahowa), Pencipta, kuasa dan
kemuliaan-Nya tidak ada yang dapat menyamai baik di segala waktu dan tempat. Percaya
kepada TUHAN adalah suatu pengakuan bahwa kita siap mengabdi, beribadah, dan
mempersembahkan hidup kita menjadi milik kepunyaan TUHAN. Dengan itu muncullah
kerinduan untuk berdiam dan setia hidup dalam jalan TUHAN, yang mana jalan
TUHAN berujung kepada kebahagiaan kekal. Orang jahat dan orang yang tidak mau
berdiam dalam jalam TUHAN akan beroleh kebinasaan. Oleh karena itu, sebagai
milik kepunyaan Allah, mari kita setia dan tetap berdiam dalam jalan atau
kehendak TUHAN. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar