BAHAN KHOTBAH
MINGGU XII SETELAH TRINITATIS
Minggu, 23 Agustus 2015
TAKUTLAH AKAN TUHAN DAN BERIBADAHLAH KEPADANYA
(YOSUA 24: 1 – 2a + 14 – 18)
Pendahuluan
Apakah arti ibadahmu? Itulah pertanyaan pembuka
pada pendahuluan ini yang hendaknya harus terlebih dahulu direnungkan.
Perenungan akan peribadahan akan mengarahkan kita kepada suatu konsep kepada
siapa kita beribadah, serta mengapa kita harus beribadah kepadanya. Jika hal
itu tidak didapat maka akan mengarah kepada konsep ibadah yang sia-sia.
Dalam teks ini, Yosua
seorang pemimpin Israel yang membawa bangsa Israel berhasil memasuki tanah
kanaan memberikan pesan yang begitu penting kepada bangsa Israel, sebagai
bangsa Pilihan oleh TUHAN (dalam hal ini adalah konsep YHWH (batak: Jahowa)).
Kita akan melihat pesan pidato Yosua kepada Israel sebelum ia mati. Dimna dalam
pidato Yosua ini terdapat pilihan akan penyembahan dan peribadahan, sehingga
pilihan yang tepat berarti penyembahan dan peribadahan pun akan tepat tentunya.
Penjelasan Teks
Sikhem, merupakan tempat dimana Yosua
memberikan pidato terakhirnya kepada bangsa Israel. Sikhem dikenal sebagai kota
yang sangat strategis dalam mengumpulkan umat, serta memiliki tanah yang begitu
subur. Sikhem juga dikenal sebagai salah satu tempat peribadahan bangsa Israel
karena terdapat suatu mezbah yang didirikan oleh Abraham dan kemudian didirikan
oleh Yakub (lih. Kej. 12: 6 – 7; Kej. 35: 2 – 4). Apabila kita analisa penjelasan mengenai
Sikhem tersebut, maka dapat kita lihat bahwa konteks teks ini terjadi ketika upacara
peribadahan bangsa Israel.
Yosua pada ayat 1
disebutkan ia memanggil para tua-tua Israel, para kepala, para hakim dan para
pengatur pasukan yang merupakan pemipin Israel dalam kelompok kecil, dan
kemudian akan dilanjutkan kepada komunitas Israel secara menyeluruh. Mereka
berdiri di hadapan Allah. Berdiri di hadapan Allah tidak berarti bahwa mereka
langsung melihat Allah secara tatap wajah, akan tetapi berarti orang-orang yang
dipanggil oleh Yosua tersebut berdiri di hadapan tabut perjanjian yang berisi 2
loh batu Hukum Taurat. Tabut Perjanjian bagi bangsa Israel merupakan suatu
tanda bahwa Allah ada di tengah-tengah mereka.
Setelah berkumpul, maka
Yosua pada usia tuanya memulai pidatonya (ay.2). Pidato Yosua di Sikhem ini
dimulai dengan pemaparan akan karya Allah yang merupakan karya keselamatan
terhadap bangsa itu mulai dari Terah sampai penyertaan TUHAN (YHWH) yaitu Allah
Israel terhadap bangsa Israel hingga mereka sampai ke tanah Kanaan hingga pada
situasi teks ini. Dengan pemaparan tersebut maka diajaklah bangsa itu dan
ditegaskan agar mereka takut akan TUHAN serta beribadah (ay. 14) dan
meninggalkan keilahian atau allah lainnya. Peribadahan itu haruslah dengan
tulus, ikhlas dan setia. Menyembah dan beribadah kepada TUHAN (YHWH) harus
membuang segala jenis keilahian atau keallahan yang banyak diperkenalkan oleh
dunia ini seperti yang disembah oleh para nenek moyang bangsa itu sebelum
mereka mengenal TUHAN (YHWH), Allah Israel.
Penyembahan terhadap
TUHAN (YHWH) merupakan penyembahan akan pengakuan akan satu Allah yaitu TUHAN
(YHWH) (bdk. Ulangan 6: 4) sehingga penyembahan terhadap allah atau ilah lain
merupakan perlawanan akan penyembahan TUHAN (YHWH) (bdk. Hukum Taurat I dan
II). Penyemnbahan terhadap TUHAN merupakan suatu perlawanan akan penyembahan
sinkritisme (suatu paham akan penyembahan terhadap berbagai jenis allah atau
ilah). Namun, apabila di antara bangsa itu yang masih saja menyembah kepada
ilah atau allah lain maka Yosua tidak melarang (ay. 15), namun Yosua akan tetap
beribadah kepada TUHAN (YHWH). Dalam hal ini orang Israel ditantang untuk
memilih dan pilihan itu harus tepat dan tidak menjadi penyesalan di ujungnya.
Pada ayat 16 para yang
dipanggil Yosua yang merupakan perwakilan seluruh masyarakat Israel membuat
keputusan bahwa mereka akan tetap beribadah kepada TUHAN. Mengapa? Di ayat
selanjutnya jelas pengakuan para perwakilan seluruh orang Israel bahwa TUHAN,
Allah Israel adalah Allah yang menuntun mereka dan nenek moyang mereka dari
tanah Mesir, yaitu dari tanah perbudakan dan Yang selalu membuat tanda-tanda
mukjizat sepenjang perjalanan orang Israel. Oleh karena itu, mereka akan tetap
akan beribadah dan menyembah TUHAN, yang adalah Allah mereka (ay. 17 – 18). Keputusan
ini merupakan suatu pembaharuan akan perjajian peribadahan, jangan seperti
janji orang Israel yang sebelumnya selalu bertentangan dengan kenyataan
(perjanjian sebelumnya dapat dilihat dari Keluaran 24). Dalam perjanjian yang
baru ini dituntut akan ketekunan dan kesetiaan yang benar-benar tanpa harus
adanya sikap yang ikut-ikutan. Pelanggaran akan janji ini merupakan suatu sikap
yang membangkitkan murka Allah dan pada akhirnya menimbulkan kehancuran dan
malapetaka terhadap bangsa itu. Walaupun Israel itu adalah sebagai bangsa
pilihan (choosen nation) namun
tidaklah otomatis Israel menjadi bangsa yang luput dari murka Allah ketika
mereka melanggar janji untuk beribadah kepada TUHAN
Refleksi – Teologis
Bagaimana dengan konsep peribadahan dan
penyembahan orang Kristen saat ini? Apabila ada pertanyaan, mengapakah kita menjadi
Kristen dalam hal ini menyembah YHWH (JAHOWA) melalui dan di dalam Yesus
Kristus? Bisa jadi jawabannya adalah karena orang tua mereka sudah menjadi
Kristen, atau ikut-ikutan, tanpa harus mengenal secara betul siapa yang mereka
sembah, dan hal ini dapat dilihat dengan banyaknya orang Kristen begitu
gampangnya meninggalkan kekristenannya atau bahkan merasa kurang akan siapa
yang disembah yang kemudian melakukan penyembahan kepada allah-allah atau ilah
di dunia ini. Hal ini justru sangat memilukan, dengan mengakui aku percaya,
tetapi hanya sekedar dari mulut tidak benar-benar menghidupi apa yang diakui
tersebut.
Siapakah pencipta kita
dan siapakah yang memberikan nafas kehidupan saat ini kepada manusia dan jika
manusia itu akan mati bagaimanakah selanjutnya? Banyak penawaran kenikmatan dan
keindahan dunia ini yang diapat dijadikan menjadikan sesuatu untuk disembah
yang pada akhirnya semuanya adalah sia-sia dan tidak memiliki arti sama sekali.
Uang, pikiran, laut, matahari, seseorang, langit, roh-roh (iblis/ begu ganjang,
pantai kidul), dan lain – lain. Namun, jika dunia ini berakhir semuanya itu
akan berakhir dan semuanya itu adalah sia-sia. Banyak mengatakan “agama dan
allah itu sama hanya cara peribadahannya yang berbeda”. Secara tegas dikatakan
bahwa ungkapan itu adalah ungkapan kebodohan dan mendatangkan malapetaka atau
murka TUHAN, Allah dalam Yesus Kristus. Pokok dan pusat Ibadah kita adalah
kepada TUHAN (YHWH) dalam Yesus Kristus.
Penyembahan kepada YHWH
melalui Yesus Kristus adalah penyembahan dan peribadahan akan sesuatu
kekekalan. TUHAN (YHWH (batak : JAHOWA)), Dia yang tidak diciptakan, Dia yang
menciptakan, dan Dia tetap ada untuk selamanya. Penyembahan YHWH melalui Yesus
Kristus tidak cukup dengan pengutaraan dan pengakuan tetapi haruslah dengan
penyerahan diri secara totalitas penuh, tanpa harus memikirkan akan ilah atau
allah lainnya. Dalam peribadahan juga dituntut akan kesetiaan dan ketekunan.
Tidak ada alasan untuk kecewa atau bahkan meninggalkan yang ia sembah, jika
meninggalkan berarti meninggalkan kehidupan yang kekal, kehidupan yang sejati
sehingga pada akhirnya mendatangkan maut bagi dirinya.
Peribadahan kepada
TUHAN tidak dapat dibatasi hanya di dalam gedung, dalam waktu atau suasana.
Akan tetapi peribadahan kepada TUHAN adalah kehidupan, dimana dan kapan saja
haruslah beribadah kepada TUHAN. Peribadahan kepada TUHAN dituntut adanya sikap
takut kepada TUHAN. Sikap takut ini mengarah kepada sikap melihat diri sendiri
diperhadapkan dengan kekudusan dan kemuliaan TUHAN. Manusia yang lemah,
terbatas dan memiliki waktu, yang dicipta dari debu tidaklah memiliki arti
diperhadapkan dengan TUHAN, sang Pencipta dan yang kekal. Dengan melihat itu,
manusia tidak dapat melepaskan dirinya dalam hubungan dengan TUHAN yang
menciptakan manusia, melepaskan hubungan dengan TUHAN sang Pencipta berarti
melepaskan kehidupan yang kekal atau mendatangkan maut untuk dirinya. Sikap
takut akan TUHAN merupakan suatu sikap pengabdian dan kesetiaan yang
benar-benar kepada TUHAN, dan adanya komitmen bahwa “aku dan seiisi rumah harus
beribadah kepada TUHAN”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar