BAHAN KHOTBAH
MINGGU IX SETELAH TRINITATIS
Minggu, 02 Agustus 2015
Ev.: Yohanes
6: 24 – 35; Ep.: Keluaran 16: 2 – 4
+ 9 – 15; S.Patik: Kolose 3: 12 – 13
YESUS ADALAH ROTI KEHIDUPAN
Pengantar
Semua makhluk hidup membutuhkan makanan. Namun, dalam memenuhi kebutuhan
makanan makhluk hidup, termasuk manusia memiliki cara yang berbeda – beda, dan
beberapa makhluk hidup memiliki persamaan atau pun perbedaan mengenai makanan
pokok dalam kehidupannya. Di beberapa daerah ada yang menjadikan nasi sebagai
makan pokok, ada yang menjadikan gandum, jagung, atau sagu menjadi makanan
pokok. Akan tetapi tingkat kebutuhan untuk makan pokok tidaklah sama seorang
dengan seorang yang lain.
Setiap
orang yang makan pasti untuk kenyang, dengan dia kenyang maka ia memperoleh kekuatan
untuk melakukan kegiatannya atau dapat konsentrasi. Berbeda dengan orang yang
lapar, ia tidak akan konsentrasi ketika bekerja atau ia tidak kuat dalam
melakukan pekerjaannya. Itu berarti sangat penting makan sebagai kebutuhan
pokok dalam hidup. Dalam khotbah ini Yesus memperkenalkan kepada orang yang
percaya suatu kebutuhan yang sangat pokok. Kebutuhan yang diperkenalkan Yesus
tidaklah hanya kebutuhan untuk kepuasan sesaat, akan tetapi kepuasan yang
kekal.
Penjelasan
Nas
Setelah
Yesus melakukan tanda mukjizat melalui memberi makan 5.000 orang dengan 5 roti
dan 2 ikan, telah banyak orang menanti-nantikan atau mencari Yesus. Di manakah
Yesus? Tanda mukjizat apa lagi yang Ia lakukan? Karena kerinduan untuk bertemu
dengan Yesus, orang banyak sampai pergi ke Kapernaum dimana Yesus berada
bersama para muridNya (ay. 24). Orang banyak mencari Yesus hanya untuk memenuhi
kebutuhan sesaat, tidak mengenal pasti siapakah Yesus sesungguhnya.
Setelah
orang banyak itu menemukan Yesus, mereka menanyakan “Rabi, bilamana Engkau tiba
di sini?”. Rabi berarti Guru, atau sosok pengajar dengan memiliki karisma
sebagai pengajar. Seorang pengajar dengan membuat banyak orang takjub atau
terheran-heran mendengar pengajarannya. Panggilan Rabi kepada Yesus dikarenakan
pengajaran yang Yesus telah ajarkan sehingga orang banyak takjub atau
terheran-heran dengan ajaran Yesus. Kata Rabi juga berarti seorang yang agung,
mulia (The greatest One/ na sangap, na
marmulia). Ungkapan Rabi ini yang berarti agung mengarah kepada perbuatan
atau pelayanan Yesus dengan banyak tanda mukjizat dan memiliki kuasa. Dengan
penjelasan tersebut, orang banyak mencari Yesus karena mereka tahu bahwa Yesus
akan melakukan banyak pengajaran yang sangat menakjubkan serta karena Yesus
memiliki kuasa atau dapat melakukan tanda mukjizat.
Kemudian
Yesus tidak menjawab pertanyaan orang banyak itu, melainkan Yesus mengajarkan
sesuatu kebutuhan yang sangat pokok melebihi dari apa yang mereka telah terima.
Jika kita melihat ayat 26 orang banyak yang mencari – cari Yesus itu ada juga
yang berasal dari orang – orang yang telah ikut makan dalam komunitas 5.000
orang (lihat kembali Yohanes 6: 1 – 14). Ajaran Yesus ini menegor orang – orang
banyak agar mereka tidak mencari Yesus hanya sekedar kebutuhan sesaat, tetapi
mencari Yesus karena mereka benar – benar mengenal Yesus sebagai kehidupan yang
kekal, tidak kehidupan sesaat namun kehidupan yang terus – menerus dan sampai
selama-lamanya.
Kehidupan
orang Yahudi pada zaman Yesus kebanyakan bekerja hanya sekedar untuk memperoleh
makanan (dalam hal ini makanan pokok orang Yahudi adalah roti). Namun, roti itu
tidak dapat memberikan kepuasan atau kenyang untuk selamanya, makan roti saat
ini dan akan lapar kembali. Oleh karena itu Yesus mengajarkan orang banyak
untuk bekerja tidak bukan untuk makanan yang dapat binasa melainkan bertahan
sampai kepada hidup yang kekal. Muncul pertanyaan, pekerjaan apakah itu? Dalam
hal ini Yesus tidak memperkenalkan suatu pekerjaan, tetapi Yesus mengubah pola
pikir (mindset) orang banyak mengenai
pekerjaan yang setiap hari mereka kerjakan. Banyak orang bekerja hanya sekedar
kebutuhan sesaat dan selalu bekerja tanpa harus menikmati buah dari yang ia
kerjakan. Dalam hal ini Yesus mengubah pola pikir, dalam bekerja tetaplah untuk
sesuatu kebutuhan yang kekal dengan memuliakan Allah dalam pekerjaannya (1
Korintus 10: 31). Pada ayat ini Yesus
memberikan pengajaran mengenai agar tujuan manusia bekerja bukan untuk sesuatu
yang fana (yang dapat hilang atau habis atau rusak) tetapi haruslah untuk
sesuatu yang kekal (tidak dapat hilang, atau tidak dapat habis atau tidak dapat
rusak), yaitu memuliakan Allah melalui pekerjaannya, bekerja dengan melakukan
apa yang dikehendaki oleh Allah melalui pekerjaan.
Apakah
yang kekal itu? Yaitu kehidupan yang kekal yang diberikan Anak Manusia kepada
setiap orang yang percaya, sebab Anak Manusia itulah yang telah dipilih oleh
Bapa untuk memberikan kehidupan yang kekal itu. Kehidupan kekal tidak berarti
tubuh yang sekarang tidak akan mati. Tetapi kehidupan yang kekal berarti,
walaupun tubuh ini akan mati dan busuk serta akan kembali menjadi debu, namun
Allah akan memberikan tubuh baru kepada roh yang percaya dan setia. Tubuh yang
tidak akan binasa dan tubuh yang kekal sampai selamanya. Dalam hal ini disebut
dengan tubuh sorgawi (lih. 1 Kor. 15: 35 – 54).
Apakah
yang harus dilakukan agar mendapat kehidupan yang kekal melalui pekerjaan
setiap hari? Pertanyaan ini sama dengan pertanyaan orang banyak, “apa yang
harus diperbuat agar mereka dapat mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki oleh
Allah? (ay. 28). Kemudian Yesus menjawab: “percaya kepada Dia (Yesus Kristus)
yang telah diutus Allah” (ay. 29). Percaya dalam hal ini tidak hanya cukup
percaya melalui mulut, akan tetapi percaya dalam hal ini menyerahkan diri
secara total, mempercayai secara penuh tanpa ada keraguraguan akan kuasa dan
firmanNya. Diam di dalam Dia serta tidak lagi memikirkan untuk mencari kekuatan
atau pertolongan dari dunia ini atau kekuatan lainnya.
Setiap
orang butuh bukti atau jaminan untuk mempercayai seseorang. Demikianlah orang
banyak dalam nas ini mempertanyakan sebuah bukti atau jaminan agar mereka dapat
mempercayai Yesus? (ay. 30). Orang banyak itu memberikan gambaran kehidupan
nenek moyang mereka ketika berjalan di padang gurun melalui manna yang mereka terima
di padang gurun (ay. 31). Di ayat 31 ini mereka menggambarkan pemberian manna
sebagai tanda bahwa Musa memiliki kuasa memberikan makanan kepada nenek moyang
Israel di padang gurun itu (Kel. 16: 1 – 35). Maka Yesus mengganti pemahaman
mereka di ayat 32 bahwa bukan Musa yang memberikan nenek moyang mereka Manna
tetapi Allah. Roti yang dari Allah adalah roti yang turun dari sorga dan
memberi hidup kepada dunia. Dengan manna Allah memampukan nenek moyang Israel
sampai kepada tanah perjanjian, namun nenek moyang Israel selalu ada yang
bersungut-sungut kendati telah menikmati roti sorga yang Allah berikan.
Manna
adalah makanan yang diterima nenek moyang Israel dari sorga di padang gurun.
Bagaimana saat ini? Bagaimanakah roti dari sorga itu? Roti yang tidak dari
dunia ini melainkan dari Allah. Roti sebagai makanan pokok dan kebutuhan yang
penting dalam kehidupan orang Israel. Roti dari dunia ini memberikan kekuatan
atau kepuasan dalam waktu yang terbatas, ketika sudah mencapai batas maka
kekuatan dan kepuasan itu akan hilang, sehingga akan menjadi lapar dan tidak
lagi kuat (dengan kata lain ia menjadi lemah dan apabila tidak segera
mendapatkan makanan, maka ia akan mati). Namun roti dari Allah adalah kekuatan
yang kekal dan setiap yang memakannya ia akan kuat menghadapi berbagai masalah
di dunia ini sehingga ia sampai kepada kehidupan yang kekal. Dengan roti dari
Allah itu maka orang yang memakannya akan mampu dan kuat melakukan pekerjaannya
dengan melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah di dalam hidupnya.
Tuhan,
berikanlah kami roti itu senantiasa (ay. 34) suatu ungkapan sangat memohon agar
Yesus memberikan roti itu, walaupun anggapan orang yang memohon itu roti itu
hanya sekedar roti yang dapat dimakan seperti roti pada umumnya. Apakah Yesus
memberikan roti itu seperti yang mereka anggap? Ternyata tidak. Namun, Yesus
menyebutkan diriNya adalah Roti Kehidupan, seperti yang telah ia ajarkan. Pada
zaman nenek moyang Israel, Allah memberikan manna (sebagai roti) yang juga
menyebabkan kelaparan (saya berpendapat,
karena ketidak percayaan mereka secara penuh, dan ketidak taatan mereka
terhadap firman Allah, atau mereka selalu bersungut-sungut, serta mereka tetap
memiliki karakter budak maka mereka lapar kembali) Yesus tidaklah seperti
Manna pada zaman nenek moyang mereka, namun Yesus adalah roti kehidupan
sesungguhnya memberikan jaminan setiap yang datang kepadaNya ia tidak akan
lapar lagi dan tidak haus lagi.
Perlu
dipahami makna tidak lapar dan tidak haus pada ungkapan Yesus ini tidak berarti
bahwa ia tidak usah makan atau minum (secara harafiah, atau secara jasmani)
jika sudah bersama Yesus di dunia ini. Lapar dan haus adalah kondisi manusia
yang tidak berdaya, tidak ada lagi kekuatan dalam dirinya, ia adalah lemah, dan
ia akan terlalu gampang untuk mengikuti apa pun yang dapat memberikan kekuatan
dalam dirinya dan akhirnya jika makanan yang didapatkan adalah makanan yang
tidak baik atau beracun maka ia akan mati. Yesus adalah Roti Kehidupan, Roti
yang tidak akan pernah rusak atau binasa, karena Ia adalah kekal. Setiap orang
percaya yang menerima Roti Kehidupan berarti menerima yang Kekal, sehingga ia
menjadi kuat dan mampu menghadapi berbagai badai kehidupan atau keindahan dunia
ini tanpa harus khwatir ia akan keracunan atau mendapatkan kekuatan dari dunia
ini. Dengan Roti Kehidupan ini maka ia akan kuat dan bertahan dalam melakukan
apa yang dikehendaki oleh Allah Bapa di Sorga.
Applikasi
Teologi
·
Saat ini
banyak orang yang bekerja, namun pertanyaan untuk apakah kita bekerja? Apakah
hanya untuk kebutuhan sesaat dimana suatu saat itu akan menjadi sia-sia dan
tidak berarti apa – apa. Dengan kata lain, pekerjaan yang demikian kita hanya
menang di capeknya tanpa harus melihat bagaimana ujungnya.
·
Yesus
memberikan pengajaran dalam bekerja maka bekerjalah untuk sesuatu yang kekal,
yang tidak pernah habis dan yang rusak (lihat dan bandingkan Matius 6: 19 –
24). Itu berarti dalam hal bekerja tidak lagi hanya menang di capeknya tetapi
dapa juga berkelanjutan kepada kehidupan yang kekal. Kehidupan yang kekal
berarti sukacita yang melimpah. Bagaimana caranya? Dengan mempercayai secara
penuh Yesus, Anak Allah penyelamat dunia.
·
Yesus
adalah Roti Kehidupan. Yesus menyatakan dirinya sebagai Roti dalam kehidupan
yang kekal. Kekekalan yang dimaksud yang tidak ada batasnya. Menerima Yesus
berarti menerima yang kekal. Roti Kehidupan yang membuat setiap yang
menerimanya menjadi kuat dan mampu menghadapi berbagai masalah kehidupan di
dunia ini. Ia tidak gampang menyerah namun ia kuat dan setia sampai akhir.
Sehingga walaupun ia akan mati secara daging, namun ia akan hidup kekal bersama
Bapa di Sorga.
Pdt. Daniel Bonardo Pane, S.Th.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar