BAHAN JAMITA
MINGGU XX DUNG TRINITAS
Minggu, 02 Nopember 2014
Ev.: Mazmur 43: 1 – 5; Ep.: 1
Tessalonika 2: 9 – 13; Patik/S.Patik: Hukum Taurat I – X/ 1 Yohanes 3: 2
Oleh: Pdt. Daniel Bonardo Pane, S.Th.
KEBAHAGIAAN DALAM PERLINDUNGAN
ALLAH
Pendahuluan
Tujuan kehidupan manusia adalah
kebahagiaan. Jika ada pertanyaan, apakah ada manusia yang menginginkan hidupnya
tidak bahagia atau hidupnya selalu meminta penderitaan datang kepadanya?
Pastinya tidak. Konsep kebahagiaan setiap manusia pasti berbeda-beda. Ada yang
mengartikan kebahagiaan itu adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram
(bebas dr segala yg menyusahkan); ada yang mengartikan beruntung dan
sebagainya. Di samping pemahaman atau pengartian yang berbeda sumber dan ukuran
kebahagiaan setiap orang itu pun berbeda juga, misalnya: beberapa manusia
membuat sumber atau ukuran kebahagiaan manusia itu adalah harta, pangkat,
kedudukan, kesuksesan dan sebagainya.
Bagaimana kebahagiaan itu bagi orang
Kristen? Tidak ada satu orang pun yang mendoakan datangnya penderitaan atau
bencana dalam dirinya. Akan tetapi, bagaimana jika penderitaan, kesusahan
menghinggapi orang Kristen? Apakah yang ia lakukan? Mengutuki TUHAN, atau
menyalahkan TUHAN? Bahkan ada yang menjadi ragu-ragu akan kuasa TUHAN dalam
penderitaannya. Tidak semua orang Kristen jika mengalami penderitaan dalam
penuh kerendahatian dan berhikmat. Ada beberapa orang Kristen justru ingin
meminta keadilan kepada TUHAN dengan merincikan perbuatan baiknya, atau bahkan
sampai ia meninggalkan imannya dengan tujuan, lepas dari penderitaan dan mendapat
kebahagiaan. Timbul pertanyaan, apakah orang Kristen dijanjikan hidupnya akan
selalu memperoleh kebahagiaan di dunia ini? Bagaimana pertanyaan tersebut
diperhadapkan dengan nas perikop ini?
Penjelasan Nas
Mazmur 43 ini merupakan bagian
dari Mazmur II (Mazmur 42: 1 – 72: 20), dan nyanyian atau doa ini dipakai dalam
ibadah pada masa Pembuangan, memohon agar TUHAN mengembalikan bangsa itu ke
Yerusalem (sekitar abad V SM). Perlu diperhatikan dalam BHS (Biblia Hebraica
Stuttgartensia) buku Mazmur 43 ini merupakan bagian Mazmur yang tidak memiliki
identitas siapa penulis dan judulnya. Beberapa tokoh/ berpendapat bahwa Mazmur
43 ini merupakan lanjutan dari pasal 42. Hal ini dapat dilihat dengan
keserupaan refrain dari pasal 42 dan 43, “mengapa engkau tertekan, hai
jiwaku...dst”(42: 6, 12, dan 43: 5). Jika kita berangkat dari pemahaman bahwa
pasal 43 ini merupakan lanjutan dari pasal 42, maka bisa dikatakan bahwa pasal
42 ini merupakan suatu nyanyian yang berasal dari keturunan Korah, yang
merupakan seorang musisi dan komposer yang begitu hebat pada zamannya. Apabila
kita membaca LXX (Septuaginta) (Psalm 42:1(LXX) atau Mazmur 43: 1 yalmo.j tw/| Dauid) dan Latin Vulgata (psalmus David),
dituliskan bahwa Mazmur ini merupakan dari Daud, karena pasal ini dimulai
dengan permohonan keadilan dan memiliki kesamaan dengan Mazmur 26. Akan tetapi
bila diperhadapkan dengan gaya bahasa dalam teks ini yang merupakan gaya bahasa
pada masa pembuangan “dimanakah Allahmu”, merupakan ungkapan oleh bangsa Babel
terhadap Israel melihat kekalahan bangsa itu melawan bangsa Babel, jadi sangat
sulit diterima bahwa teks ini berasal dari Daud. Bisa saja teks ini berasal
dari Daud, tetapi disusun dalam bentuk nyanyian oleh keturunan Korah.
Pada ayat 1 si Pemazmur meminta
keadilan (Syafteni (Kata dasar: syafat)/
Iudica/krinon (Kata dasar: krino)) dari Allah atas segala penghinaan yang
disampaikan oleh musuh-musuhnya. Pemazmur di sini dengan menggunakan kata syafat menggambarkan hidupnya atau
situasi pada masanya bagaikan dalam suasana persidangan, dimana si pemazmur
berada dalam situasi ketidakadilan, dan banyaknya tuduhan-tuduhan yang
merupakan penghinaan dari musuh-musuhnya terhadap dirinya. Siapakah
musuh-musuhnya? Musuh-musuhnya adalah kaum yang tidak saleh (Ibrani: migoy lo khasid), yang dapat ditujukan
kepada bangsa Babel, atau orang-orang penipu dan orang curang, yang merupakan
bangsa-bangsa yang dapat memberikan janji keselamatan, akan tetapi ia tidak
dapat memberikan (perang Syria-Efraim,
dan koalisi bangsa Yehuda dengan Asyur untuk menyerang Babel, dan kemudian berkoalisi
dengan Mesir, yang akhirnya Yehuda kalah melawan bangsa Babel), atau orang
– orang yang berlaku tidakadil atau curang. “perjuangkanlah perkaraku” mengarah
kepada permohononan perlindungan Allah di tengah pergumulan hidupnya dan
bangsanya, “meluputkan” yang berarti membebaskan atau memerdekakan dirinya atau
bangsanya.
Mengapa si pemazmur meminta keadilan
kepada Allah (YHWH)? Di ayat 2 jelas tampak credo
si pemazmur bahwa Allah merupakan tempat pengungsiannya (Ibrani: ma׳uzi dari kata ma׳oz yang berarti tempat
perlindungan. Akan tetapi, mengapa justru yang terjadi justru penderitaan bagi
hidupnya? Mengapa Allah yang ia membuangnya dan membiarkan hidup berkabung di
bawah impitan musuh? Apabila kita melihat credo
raja Daud tentang Allah (YHWH) bagi hidupnya (Maz.11, 27, 31) dan credo ini juga diteruskan hingga ke
perikop ini dalam konteks yang berbeda yang merupakan suatu pengakuan yang
mutlak mengenai sumber keselamatan mereka, atau mengenai pembebasan yang Allah
lakukan. Ungkapan “Mengapa Engkau membuang aku...dst” merupakan ungkapan
kesedihan yang diperhadapkan dengan credo yang diungkapkannya. Bila kita
perhadapkan ayat 2 ini dengan Mikha 7: 8 – 9 dengan konteks yang sama, kita
dapat mengerti bahwa penderitaan mereka adalah hukuman atas dosa atau
pelanggaran mereka. Memahami konsep penghukuman tidak berarti berujung kepada
kehancuran selamanya, tetapi kehancuran untuk membangun kembali.
Ayat 3 merupakan ungkapan permohonan
akan bimbingan TUHAN di tengah pergumulan yang ia hadapi. Ia memohon terang dan
kesetiaan TUHAN yang menuntun hidupnya menuju ke gunung TUHAN yang kudus, yaitu
Bukit Zion. Ayat 3 ini merupakan pengharapan untuk kembali dari pembuangan ke
Yerusalem dan untuk beribadah di bukit Zion. Terang dan kesetiaan TUHAN yang
diharapkan oleh pemazmur ini adalah seorang pembebas atau penyelamat (Mesias). Maka ayat 3 ini merupakan
nyanyian pengaharapan Mesiasnis dalam rangka pembebasan bangsa itu, pulang dari
tanah pembuangan untuk kembali ke Yerusalem sebagai suatu bangsa. Penyataan
suatu bangsa pada zaman Israel kuno tidak terlepas dari peribadahan kepada
allahnya, maka jika Issrael akan dituntun kepada pembebasan dan penyataan
menjadi suatu bangsa setelah pembuangan, maka itu akan berlanjut kepada
penyembahan kepada Allah, YHWH, Allah Israel.
Pada ayat 4 merupakan suatu ungkapan
untuk beribadah kepada TUHAN, Allah Israel. Dalam ayat ini tampak kegembiraan
umat TUHAN ketika pembebasan itu telah nyata dan terjadi. Kegembiraan yang
meluap-luap memuji dan beribadah kepada TUHAN. Datang ke Mezbah (altar) berarti datang bertemu dan
beribadah kepada TUHAN. Datang sebagai bangsa yang telah dikuduskan oleh Allah
dan sebagai bangsa yang telah menjadi milik Allah untuk bertemu dengan Allah
dengan kekudusan. Bertemu dengan Allah berarti bertemu dengan DIA Yang Maha
Kudus. Datang ke Mezbah Allah berarti suatu kebahagiaan yang tidak dapat
diberikan oleh dunia ini, kebahagiaan yang tidak untuk masa depan tetapi
kebahagiaan yang nyata dan yang terjadi. Pemazmur menyatakan sukacitanya dengan
bersyukur kepada TUHAN dengan kecapi. “Seruan ya Allah, ya Allahku” merupakan
seruan yang penuh kesukacitaan, dan serta penegasan akan kuasa Allah yang tidak
dibatasi oleh tempat, waktu atau tradisi. Seruan Allahku, merupakan jawaban
dari ejekan dari musuh-musuh pemazmur, “dimanakah Allahmu?”.
Jika demikian sukacita si pemazmur,
“mengapa engkau tertekan hai jiwaku dan mengapa gelisah di dalam diriku? Ungkapan
si pemazmur, tidak ada lagi alasan mengapa jiwanya tertekan atau gelisah,
karena ia memiliki TUHAN (YHWH). Ia merasakan bahwa perlindungan TUHAN jauh
lebih indah dibandingkan penderitaan yang ia alami. Penderitaan yang dialami
pada masa konteks penulisnya tidak akan berarti dibandingkan dengan kebahagiaan
dan sukacita yang akan diperolehnya. Tetaplah berharap kepada TUHAN, Allah-nya.
Sebab bersyukur kepada TUHAN, penolongnya dan Allahnya. Si pemazmur tidak
menjadi menyerah dan meninggalkaan TUHAN, Allahnya. Ia tidak menjadi beribadah
kepada Marduk, dewa Babel, tetapi ia tetap beribadah kepada YHWH, karena hanya
dari-Nyalah keselamatan diperolehnya.
Penjelasan Nas
Bagaimana kualitas kekristenan
umat Kristen saat ini? Pengenalan yang tanggung akan Allah yang ia imani dalam
Yesus Kristus, akan mempengaruhi kualitas kehidupan keKristenannya. Banyak umat
Kristen mengaku dirinya Kristen akan tetapi melakukan peribadahan pun ia tidak
pernah, atau bahkan tidak pernah mengucap syukur. Kehidupan agama Kristen
menjadi topeng terhadap dirinya. Ketika umat Kristen mengalami pergumulan atau
ia tidak memperoleh seperti yang ia harapkan, maka ia akan cepat untuk
menyalahkan TUHAN melalui gereja atau melalui kehidupan Kristennya. Dalam teks
tersebut, ejekan itu datang dari luar, tetapi telah banyak orang Kristen justru
mengejek tentang Allahnya. Pengejekan terhadap Allahnya oleh orang Kristen
dengan mengukur kuasa TUHAN itu harus sejalan dengan pikiran atau
permintaannya, apabila itu tidak terjadi maka yang akan terjadi adalah
kekecewaan.
Seperti yang telah diutarakan dalam
pendahuluan, tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan, tetapi apakah kebahagiaan
di dunia ini menjadi tolak ukur bahwa Allah menyertai dan melindungi kita? Melalui
perikop ini diajarkan kepada kita bahwa kebahagiaan itu adalah hidup dalam
penyertaan dan perlindungan TUHAN. Hdup dalam penyertaan dan perlindungan TUHAN
merupakan hidup dalam aturan dan perintah TUHAN. Hidup dalam perlindungan TUHAN
juga berarti hidupnya menjadi milik TUHAN, dan itu akan tampak dalam kehidupan
ibadahnya. Hidup beribadah merupakan hidup yang penuh keteraturan dan penyerahan
kepada TUHAN. Seorang yang beribadah tidaklah hanya dimengerti seberapa
seringnya ia datang ke gereja, tetapi seberapa besarnya kebahagiaannya tinggal
dalam perlindungan TUHAN dan akhirnya berlanjut kepada mengucap syukur dan
datang ke Mezbah (altar). Seorang yang bahagia dalam perlindungan TUHAN maka ia
tidak punya alasan lagi untuk tidak beribadah dan bertemu dengan TUHAN melalui
firmanNya di Gereja (di Bait Allah). Bagaimana pun yang terjadi dalam gereja,
jika hatinya untuk beribadah maka ia akan beribadah. Tujuan datang ke gereja
adalah untuk memuliakan TUHAN bukan untuk membenarkan dirinya sendiri.
TUHAN adalah tempat perlindungan,
TUHAN adalah sumber keadilan. Keadilan TUHAN merupakan salah satu keselamatan
yang TUHAN lakukan terhadap umat-Nya. Jika setiap orang Kristen dapat
mengikrarkan credonya dengan
sungguh-sungguh, maka tidak ada lagi alasan mengapa ia ragu-ragu atau khawatir
tentang hidupnya. TUHAN adalah tempat perlindungan, yang memberikan kenyamanan
dan ketentraman hidup. TUHAN adalah tempat perlindungan dan pertolongan yang
mengarahkan pandangan kepada Kuasa TUHAN, yang mengatasi segala kuasa yang ada
di bumi dan seluruh alam semesta. Dengan itu semua kebahagiaan umat TUHAN
adalah hidup dalam perlindungan Allah. Amin.
Usulan
Lagu: Kidung Jemaat
- 2: 1 – 3
- 33: 1 – 2
- 387: 1 – 2
- 250a: 1 + 4
- 253: 1.....pers. I + II
- 445: 1 + 3
- 439: 1......Pers. III
Tidak ada komentar:
Posting Komentar