BAHAN KHOTBAH MINGGU
MINGGU XVI SETELAH TRINITATIS
Minggu, 01 Oktober 2017
Nas: Matius 21: 23 – 32
MENGENAL YESUS SEBAGAI KRISTUS SERTA MEMATUHI FIRMAN-NYA
Oleh: Pdt. Daniel Bonardo Pane, S.Th.
Pengantar
Sejauh
manakah kita mengenal Yesus Kristus yang telah kita imani sampai sekarang?
Apakah kita hanya mengenal Kristus seperti cara pandang oleh imam kepala dan
tua-tua Yahudi? Mengenal Yesus tidak hanya mengenal siapa Dia, tetapi mengenal
Kuasa dan hekekat-Nya. Dengan itu, kita dihantarkan kepada suatu sikap
penyesalan akan dosa dan pelanggaran kita untuk datang kepada-Nya dan beribadah
dengan penuh syukur dan komitmen yang mantap dalam melakukan kehendak-Nya.
Untuk lebih dalam kita memahami nas khotbah ini, saya menghantarkan kita memasuki
penjelasan nas ini.
Penjelasan Nas
Kitab
Matius merupakan kitab yang terpanjang di antara empat kitab Injil (Matius,
Markus, Lukas, dan Yohanes) dengan memiliki 28 pasal. Kitab Matius ini lebih
menekankan mengenai Yesus Kristus dalam keselamatan orang Yahudi, sehingga
dalam kitab Matius ini lebih memperkenalkan Yesus yang berhadapan dengan
pemahaman Yahudi atau tradisi Yahudi, serta bagaimana Yesus, Firman Allah yang
telah menjadi daging (manusia) harus berhadapan dengan para tokoh atau petinggi
agama Yahudi. Kebanyakan para ahli (seperti Irenaeus, Eusibius, dan para ahli
Perjanjian Baru lainnya) mengatakan bahwa Matius, seorang penagih pajak yang
kemudian dipanggil dan dipilih menjadi seorang murid Yesus Kristus, itulah yang
menuliskan kitab injil Matius ini.
Matius menuliskan injil ini agar
seluruh umat Kristen atau orang – orang yang membaca injilnya ini dapat
memahami bahwa Yesus itu benar-benar Firman Allah yang telah menjadi daging
(manusia). Dengan kata lain, Yesus benar-benar adalah Manusia dengan
dipenuhinya hakekat atau substansi Roh Allah di dalam-Nya secara penuh. Yesus
tidaklah jauh seperti pemahaman beberapa pengajar-pengajar sesat yang menolak
ke-Ilahian Yesus yang menjelma menjadi seorang manusia dengan tubuh yang fana,
dan penuh dosa ini. Matius memulai injilnya dengan menuturkan genealogis atau
silsilah keturunan Yesus agar dapat dipahami bahwa Yesus benar-benar manusia
dalam daging manusia namun Ia adalah hakekat Allah yang sejati, karena Ia
adalah Firman Allah.
Nas khotbah ini merupakan suatu pengajaran
Yesus mengenai kebenaran Kerajaan Allah. Pengajaran ini dimulai Yesus setelah
Ia menyucikan Bait Suci Allah di Yerusalem dengan mengacaubalaukan semua
pedagang yang berdagang di Bait Suci Allah. Kemudian Ia dengan kuasa-Nya mengutuk
pohon ara karena pohon itu tidak berbuah. Yesus juga mengajarkan bagaimana
kuasa yang akan diperoleh oleh orang yang benar-benar setia dan tidak bimbang
sedikit pun. Ada kuasa bagi orang yang percaya di dalam Nama Yesus Kristus.
Setelah semuanya itu terjadi, Yesus
kemudian masuk ke Bait Allah dan meberikan pengajaran kebenaran Kerajaan Allah
kepada orang – orang yang ada di tempat tersebut. Ketika Yesus sedang mengajar,
datanglah para imam kepala serta tua – tua Yahudi untuk menanyakan sesuatu hal
kepada Yesus. Para imam kepala (avrcierei/j/ arkhiereis) dan tua – tua
(presbu,teroi/ presbuteroi) Yahudi merupakan
sekelompok yang dihormati bagi bangsa Yahudi serta memiliki peranan yang sangat
penting dalam pelaksanaan keputusan dan sistem sosial di bangsa Yahudi yang
telah diaturkan dalam Perjanjian Lama (Kel. 3: 16; 4: 29; Ulangan 19 – 22; Kel.
28; Imamat 21; Imamat 4; 16). Ketika masa penjajahan Romawi, kelompok pemimpin
agama ini memiliki kedudukan dalam pemerintahan Romawi di daerah jajahan,
sebagai perpanjangan tangan Gubernur Romawi yang memerintah di daerah jajahan
Romawi. Pada hakekatnya, mereka merupakan alat atau hamba Allah yang ditugaskan
sebagai gembala terhadap bangsa Israel sebagai bangsa Pilihan Allah (bdk.
Yehezkiel 34). Namun, mereka tidak melakukan tugas dan kewajiban mereka sesuai
dengan apa yang telah diaturkan yang menjadi tugas mereka (lih. Tugas Imam:
Kel. 28, Imamat 4: 3 – 21; 13: 15; 16: 1 – 25; Bilangan 3; 5: 11 – 28; Ulangan 17. Sedangkan tugas para tua-tua:
Kel. 24; Ul. 19, 21, 22, 25; Yos. 20). Sebelum zaman Yesus, para Imam dan
tua-tua Israel/ Yahudi telah melanggar apa yang telah menjadi tugas mereka
(lih. Yeremia 8: 8- 12; Yehezkiel 34). Mereka lebih mempertahankan kehormatan
melalui jabatan yang mereka peroleh dari pada harus melakukan apa yang menjadi
tugas mereka. Termasuk dalam hal menyatakan kebenaran Kerajaan Allah. Kita
dapat melihat betapa kerasnya Yesus menegor dan mengecam para imam, ahli hukum
taurat (Mat. 23). Semua pengajaran Yesus merupakan ancaman yang begitu besar
bagi para imam dan tua-tua, kalau-kalau dengan pengajaran Yesus tersebut dapat
menjatuhkan reputasi kehormatan mereka di tengah-tengah masyarakat Yahudi,
beserta kehilangan kedudukan dalam pemerintahan Romawi ketika itu. Sehingga
kelompok ini selalu berupaya untuk menjebak Yesus dengan berbagai pertanyaan
dengan maksud ada alasan mereka untuk mempersalahkan Yesus, sehingga Yesus
ditangkap dan dihukum mati dalam hukum Romawi.
Pada ayat 23 inilah salah satu
pertanyaan mereka. Hal yang mereka pertanyakan adalah “kuasa dari manakah Yesus
dapat melakukan semua yang telah Yesus lakukan dan dilihat oleh mereka,
termasuk dengan mengusir para pedagang di Bait Allah, mengutuk, menyembuhkan,
dan berbagai pengajaran dan mujizat lainnya.” Pertanyaan yang menjebak mereka
lontarkan kepada Yesus dengan harapan Yesus dapat disalahkan. Pertanyaan ini
merupakan pertanyaan yang berkaitan dengan hakekat atau substansi diri-Nya
sendiri. Seandainya Yesus mengatakan sebenarnya bahwa Ia adalah Manusia yang
memiliki hakekat atau substansi ke-Ilahian atau ke-Allah-an-Nya dan mengatakan
bahwa Ia adalah Anak Allah Yang mahakudus mereka akan tidak percaya dan membuat
tuduhan bahwa Yesus menghujat Allah. Dalam hal ini Allah yang dimaksud adalah
(YHWH/ Jahowa) Bapa Yesus Kristus. Yesus sendiri mengetahui apa maksud dan yang
menjadi tujuan para imam dan tua-tua menanyakan hal demikian.
Namun Yesus merespon pertanyaan
tersebut dengan memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan diri Yohannes
Pembaptis dan baptisan yang Yohannes lakukan (ay. 24 – 25). Yohannes Pembabtis
merupakan tokoh sangat dikenal dalam kehidupan orang Yahudi karena khotbah yang
begitu tegas ia katakan ketika di sungai Yordan serta baptisan yang telah ia
perbuat. Beberapa orang yang mendengarkan khotbahnya menganggap bahwa Yohannes
Pembabtislah Mesias yang telah lama dinantikan oleh orang Yahudi. Pertanyaan
Yesus kepada imam kepala dan tua-tua Yahudi memiliki hubungan dengan apa yang
dipertanyakan mereka kepada Yesus (ay. 23). Pertanyaan yang diajukan Yesus
merupakan suatu pertanyaan yang sangat sulit dijawab oleh imam kepala dan para
tua-tua Yahudi yang menjumpai Yesus ketika itu. Hal ini berhubungan dengan
posisi aman mereka ketika mereka salah untuk menjawab, mereka diskusi (ay. 25) dan
mereka pun tidak menemukan jawaban yang pasti sehingga mereka merespon jawaban
Yesus dengan menjawab “kami tidak tahu” (ay. 27). Dengan jawaban tersebut, maka
Yesus pun tidak akan menjawab pertanyaan para imam dan tua-tua Yahudi. Yesus
bukannya tidak mau menjawab yang dipertanyakan oleh para imam dan tua-tua
Israel, karena seandainya dikatakan sebenarnya, si pendengar belum tentu
menerima. Namun akan tiba saatnya pertanyaan tersebut akan dijawab.
Kemudian Yesus melanjutkan
pengarajaranNya tentang Kerajaan Allah melalui perumpamaan dua orang anak yang
memiliki karakter yang berbeda satu sama lain yang berhubungan dengan
pertanyaan Yesus kepada para imam kepala dan tua-tua Yahudi (ay. 28 – 32).
Perumpamaan Yesus ini memberikan pengajaran dan pemahaman secara tegas dan
mantap mengenai hal siapa yang akan memasuki Kerajaan Allah? Mengenai
pengajaran ini dikatakan bukan hanya orang yang dari ucapannya saja sebagai
wujud taat kepada Allah tetapi harus nyata melalui melakukan apa yang
dikehendaki oleh Allah. Dalam Matius 7: 21 Yesus mengatakan: “bukan setiap
orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga,
melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga.” Kerajaan Sorga/
Kerajaan Allah merupakan suatu Kerajaan di mana TUHAN (YHWH/ Jahowa) Allah kita
akan memerintah dan Kerajaan-Nya penuh dengan kemuliaan dan sukacita abadi
serta kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan dan pengabdian kepada Sang Raja
Kekal, yaitu TUHAN sendiri. Segala kerajaan dan raja serta penguasa dan
pemerintahan dunia akan berakhir, namun Kerajaan Sorga tidak akan pernah
berakhir dan Kerajaan-Nya adalah kerajaan kekal (lih. Kitab Wahyu). Melakukan
kehendak Allah merupakan penyataan pengabdian kita kepada sang Sumber kehidupan
kita, yaitu TUHAN, Allah sendiri.
Pengabdian merupakan suatu bentuk
kita beribadah kepada TUHAN. Dalam hal peribadahan kepada TUHAN haruslah dalam
kekudusan. Tidak ada satu orang pun yang mampu beribadah kepada Allah bila ia
hanya mengandalkan kekuatan atau kebenarannya sendiri atau pun beribadah dengan
keberdosaannya. Manusia harus terlebih dahulu mengenal dan menyesali segala
dosa dan pelanggarannya kemudian dilanjutkan dengan kemauan untuk beribadah
dengan melakukan kehendak Bapa (lih. Perumpamaan anak yang awalnya ia menolak
apa yang diperintahkan oleh bapanya, namun ia menyesali perbuatannya tersebut
dan segera ia melakukan apa yang telah diperintahkan bapanya kepadanya (ay.
30). Melalui perumpamaan ini Yesus menegor para imam kepala dan tua-tua Yahudi
yang mengganggap mereka lebih benar dan lebih layak masuk ke Kerajaan Allah
oleh karena mereka selalu mengajarkan firman Allah serta berdoa namun semuanya
hanya kefasikan. Perbuatan mereka sama sekali tidak sesuai dengan apa yang
mereka ajarkan dan apa yang dikehendaKi oleh TUHAN. Yesus memunculkan dua
golongan yang dicap oleh kalangan Yahudi sebagai orang berdosa yaitu pemungut
cukai dan perempuan sundal.
Memang mereka berdosa karena para pemungut cukai sering menagih yang
tidak sesuai dengan yang diaturkan untuk kekayaan bagi dirinya (mis. Korupsi),
sedangkan para perempuan sundal berdosa karena ia melakukan zinah. Namun,
ketika mereka mendengarkan berita pertobatan dan mereka menyesali dosanya serta
mereka mau datang kepada Yesus maka mereka akan diampuni dan layak masuk ke
Kerajaan Sorga (kita bisa melihat kehidupan seorang penagih pajak: Matius yang
mau menjadi murid Kristus dan meninggalkan pekerjaannya, serta Zakheus. Kita
juga bisa melihat kehidupan perempuan sundal melalui kehidupan seorang
perempuan yang berdosa (sundal) yang datang kepada Yesus. Perempuan itu
menangis dan menyeka air matanya yang jatuh di kaki Yesus dengan rambutnya
(Luk.7: 37 – 38); serta seorang perempuan berdosa yang telah menyesali dosanya
dan ia diselamatkan Yesus dari amukan orang-orang yang ingin melempar dia (Yoh.
8: 1 – 11). Pernyataan Yesus ini juga mengacu kepada pelayanan Yohannes
Pembaptis dimana ketika itu, para pemungut cukai dan perempuan berdosa yang
mendengar khotbah dan berita pertobatan Yohannes di sungai Yordan memberikan
dirinya untuk dibaptis oleh Yohannes sebagai tanda penyesalan mereka dan
memohon pengampunan dosa dari Allah melalui Yohannes (Lukas 3: 1 – 20; Lukas 7:
29 – 30) (tetapi kita harus membedakan baptisan Yesus yang dilakukan oleh
Yohannes dengan baptisan yang mendengarkan khotbahnya (Lih. Lukas 3: 21 – 22). Namun
para imam dan para tua-tua Yahudi yang ada di tempat itu tidak percaya dengan
berita pertobatan yang dikhotbahkan oleh Yohannes dan mereka tidak mau datang
untuk dibaptis oleh Yohannes (ay. 32).
Refleksi Teologi
Dari
penjelasan nas khotbah di atas kita dapat melihat beberapa makna dan refleksi
Teologi yang harus kita hidupi dan tidak hanya sebagai pembaca atau pendengar
khotbah ini, yaitu:
- Kuasa Allah dalam Yesus Kristus. Yesus yang adalah Firman Allah yang telah menjadi manusia (sarx egeneto). Bersama Yesus berarti bersama dalam hikmat dan kuasa Allah. Bersama Yesus kita dapat melawan dan mengalahkan berbagai dan menghadapi berbagai cobaan atau jebakan yang direncakan oleh iblis yang ingin mematahkan semangat iman kita. Hanya dengan kuasa Allah di dalam Yesus Kristuslah kita mampu menjawab segala pergumulan dan tantangan hidup yang semakin mencekam.
- Pertobatan. Pertobatan tidak hanya aksi untuk meninggalkan atau berputar 180o, tetapi pertobatan merupakan suatu bentuk penyerahan dan kemauan untuk dibentuk dan ditata sesuai dengan kehendak Allah. Dalam pertobatan harus ada komitmen dan keseriusan untuk benar-benar untuk berada dalam jalan atau kehendak Allah. Dalam hal ini Yesus telah memberikan pengajaran kepada si pendengar ajaran-Nya, bahwa dalam pertobatan harus benar-benar ada rasa penyesalan yang sangat mendalam, serta langsung dilanjutkan dengan aksi untuk melakukan kehendak Allah. Tanpa melakukan kehendak Allah, maka pertobatan belum membuahkan pertobatan.
- Pengabdian kepada TUHAN merupakan suatu bentuk peribadahan kita kepada-Nya. Dengan pengabdian kita diarahkan kepada satu tujuan hidup yang jelas yaitu TUHAN dan kehendak-Nya. Dalam pengabdian kata-kata yang berlebihan tidak diperlukan, tetapi harus sejalan dan selaras dengan kemauan untuk melakukan kehendak Allah. Kita yang telah mendengarkan berita ini, mari kita segera menyesali dosa dan pelanggaran kita kepada TUHAN, agar kita dilayakkan untuk beribadah kepada-Nya. Dengan itu, kita akan beroleh ujung kehidupan kita yaitu Sorga, Kerajaan Allah yang abadi dari kekal hingga kekal, amin.