BAHAN KHOTBAH
MINGGU XV SETELAH
TRINITATIS
Minggu, 04 September 2016
Ev: Ulangan 30: 15 – 20;
Ep.: Lukas 14: 25 – 33; Hukum Taurat I – X
oleh: Pdt. Daniel Bonardo Pane, S.Th.
MENGASIHI ALLAH
MENJADI PILIHAN UNTUK KEHIDUPAN
Pengantar
Saat ini komitmen
dan prinsip sangat diperlukan oleh setiap manusia terkhusus setiap umat
Kristen. Di dalam komitmen dan prinsip terdapat suatu ikatan perjanjian dan di
dalamnya ada rasa tanggung jawab dan kepribadian yang matang serta mantap untuk
melakukan dan menghidupi perjanjian itu. Ia tidak akan mau goyah atau oleng-oleng
atau pun ragu-ragu. Melalui komitmen dan prinsip itu, ia mengharapkan
mendapatkan sesuatu hal yang baik dan mempengaruhi seluruh sisi kehidupannya
dan sekitarnya. Orang yang memiliki kedua hal tersebut berarti hidupnya sudah
memiliki dasar yang kuat, sehingga bagaimana pun yang terjadi dalam lingkungan
kehidupannya, ia menjadi kuat dan tidak gampang terprovokasi. Namun, apabila
komitmen dan prinsipnya rapuh atau ia tidak memiliki komitmen dan prinsip, maka
ia akan selalu menjadi orang lain dan tidak menjadi dirinya sendiri. Dia hanya
bagaikan ekor dan dan bagaikan layang-layang sesuka hati sang tuan kemana dan
mau diapakan hidupnya kalau terputus maka ia dibuang.
Jika
demikian, apakah yang menjadi dasar kehidupan setiap manusia terkhusus umat Kristen?
Apakah ia sama seperti layang-layang? Atau dia berdiri di atas dasar yang kokoh
dan tidak dapat diguncang? Inilah yang menjadi nas khotbah pada hari ini. Oleh
karena itu, mari kita memasuki penjelasan nas agar kita dapat melihat benang
merah penjelasan di atas (komitmen dan prinsip) dengan teologi nas khotbah hari
ini.
Penjelasan Nas
Kitab ulangan
merupakan suatu kitab pengulangan mengenai pengalaman atau sejarah kehidupan
umat Israel yang telah dibebaskan TUHAN, Allah Israel dari perhambaan/ perbudakan
Mesir. TUHAN mengutus Musa sebagai perpanjangan tanganNya menunjukkan
keMahakuasaanNya dan mengutus Harun untuk perpanjangan tanganNya menyampaikan
berkat kepada bangsa Israel. Umat Israel belum sampai ke tanah perjanjian,
dengan kata lain umat Israel dalam kitab Ulangan ini diberitakan masih di dalam
perjalanan untuk memasuki tanah Kanaan.
Banyak
ahli mengatakan bahwa kitab ini dituliskan oleh Musa. Namun, para ahli yang
lain mengatakan bahwa kitab ini tidaklah dituliskan oleh Musa, karena kitab ini
sudah memberitakan kematian Musa (pasal 34). Sesuai pada pasal 1: 1 dituliskan
bahwa ada seseorang yang menuliskan semua perkataan Musa dan memiliki hubungan
yang dekat dengan Musa walaupun ia tidak menuliskan siapa namanya. Dalam bahasa
Inggris kitab ini disebutkan Deutronomis
yang berasal dari bahasa Yunani Deutrouomiou.
Istilah ini lahir dari pemerintahan Yosia yang berhasil melakukan reformasi
berbagai aspek pemerintahannya termasuk aspek keagamaan (tahun 632 – 631 sM).
Pada reformasi keagamaan yang dilakukan oleh Yosia, ia membersihkan segala hal
yang yang bersangkut paut pada penyembahan ilah-ilah lain (ba’al) di Bait Suci,
kemudian didapatilah gulungan kitab yang berisikan hukum dan aturan yang dituliskan
oleh Musa. Kemudian gulungan kitab ini diberikan kepada Yosia, dan kemudian
dibuat menjadi undang-undang pemerintahannya dan disusun kembali (diredaksikan)
seperti yang ada sekarang yaitu kitab Deutronouomis
(kitab ulangan Torah/ kitab Ulangan/ 5 Musa).
Di
tengah perjalanan, bangsa Israel merupakan bangsa yang selalu bersungut-sungut
dan memiliki sifat untuk memberontak terhadap kehendak Allah. Allah
berkali-kali mengasihi umat itu dengan mengampuni segala pemberontakan mereka,
namun tidak membuat umat itu jera. Berkali-kali umat itu selalu menganggap
bahwa kehidupan mereka lebih sejahtera di perbudakan dibandingkan dengan
kehidupan setelah merdeka. Mereka selalu bersandar akan kebutuhan daging atau
kebutuhan tubuhnya untuk mengenal keMahakuasaan Allah yang membebaskan mereka,
mereka selalu tergoda untuk mencoba atau mengimani akan hal yang baru yang
mereka anggap bisa memuaskan keinginan daging atau kebutuhan tubuhnya. Mereka
terjebak dalam penyembahan ilah bangsa sekitar, penyembahan anak lembu emas dan
berbagai penyembahan berhala. Semuanya itu mereka lakukan dengan maksud
mendapatkan kepuasan. Walaupun kepuasan yang mereka dapatkan berakibat kematian
bagi mereka.
Sebelum
bangsa itu memasuki tanah Kanaan, Musa dengan tegas menanyakan mengenai
komitmen atau prinsip bangsa itu terhadap imannya. Seperti penjelasan di atas ,
dengan adanya komitmen atau prinsip yang kuat, maka mereka tidak akan gampang
terayu atau menuruti dunia dan kenikmatannya. Sebelum komitmen dan prinsip itu diutarakan
oleh Musa, terlebih dahulu Musa memberitahukan apa yang ada di dalam kehidupan
ini, yaitu Kehidupan dan keberuntungan atau kematian dan kecelakaan (ay. 15). Pasti
tidak ada satu orang pun yang memilih kematian atau kecelakaan terjadi dalam
hidupnya. Seandainya hal ini diperhadapkan dengan kita pada masa kini, pasti
kita akan memilih kehidupan dan keberuntungan kita dapatkan dalam hidup. Namun
menjadi pertanyaan, bagaimana untuk mendapatkannya?
Dengan
meningat segala belas kasihan TUHAN, Allah Israel terhadap bangsa itu, maka
tidak ada hal apa pun yang dapat melebihi kasih itu, baik manusia maupun segala
hal apa pun. Jadi apa yang harus dilakukan manusia dengan kasih TUHAN itu? Tidak
lain hanyalah mengasihi TUHAN Allah (ay. 16). Mengasihi TUHAN Allah, itulah
yang menjadi komitmen dan prinsip. Bukan kasih kita terlalu besar, tetapi
dengan dan dasar kasih TUHAN itu, maka kita mampu untuk mengasihi TUHAN. “mengasihi
TUHAN” itulah yang menjadi komitmen atau prinsip bagi orang – orang yang telah
menerima dan merasakan kasih TUHAN dalam hidupnya. Dengan Kasih, ada
pengorbanan. Kita mengasihi TUHAN berarti kita mengorbankan diri kita bagiNya. Siapakah
diri kita? Diri kita termasuk: hidup kita, keluarga, waktu, profesi, harta,
keahlian. Segalanya itu kita serahkan kepada TUHAN, karena Dialah yang empunya
kita dan milikNyalah kita. Dengan komitmen atau prinsip yang demikian maka ada
pengabdian. Pengabdian dalam hal ini adalah kepatuhan dan ketundukan terhadap perintah
dan firman TUHAN. Ia tidak enteng segala apa yang telah difirmankan oleh Allah.
Namun ia tunduk dan patuh. Berarti ada aksi yang harus dilakukan tidak hanya di
ucapan jempol semata. Orang yang mengasihi Allah tetapi ia menyombongkan diri
bahkan membenci dirinya atau membenci saudaranya dia adalah penipu (1 Yoh. 4:
20).
Umat
Israel diarahkan untuk berkomitmen dan memiliki prinsip untuk mengasih Allah. Dengan
kata lain, mereka tidak mau lagi dipengaruhi atau tergoda dengan hal-hal
kenikmatan dunia dan untuk beribadah kepada dunia. Mereka harus teguh dan kuat
untuk tetap mengabdi kepada Allah dan beribadah kepadaNya. Walaupun berbagai
pergumulan hidup yang begitu berat mereka tidak tergoda untuk mencari solusi
instan dengan beriibadah kepada hal-hal yang dunia dan hal – hal yang
sementara. Dengan demikian, berkat akan selalu mengalir baik kepada kita maupun
kepada anak cucu kita. Apa pun yang kita kerjakan akan berhasil, apa pun yang
kita pikirkan akan mendapat jawaban yang indah. Dimana pun ia berada ia akan
mendapat berkat dan menjadi saluran berkat. Hidupnya penuh dengan kebahagiaan,
dan memiliki semangat baru untuk berbuat baik melalui profesinya dan melalui
kehidupannya, tidak hanya kepada orang yang baik kepadanya tetapi seluruh orang/
bangsa (all people and nations).
Akan
tetapi jika kita berpaling, maka sebaliknyalah yang terjadi (kebinasaan) akan
terjadi (ay. 17 – 18). Ayat ini tidaklah menjadi ancaman tetapi menjadi ketetapan
yang matang untuk jangan salah membuat prinsip dalam hidup. Kebiasaan yang terjadi
dalam hidup adalah ketidakpuasan dengan yang dimiliki bisa berakibat mencari
kepuasan dari hal lain, termasuk memberontak kepada firman Allah. Hidup yang
tidak dalam pimpinan TUHAN maka hidupnya selalu dipenuhhi dengan kegelisahan,
dan ia selalu melakukan yang jahat dan memikirkan yang jahat tanpa melihat
bagaiman besar atau kecil kejahatan itu.
Allah
berjanji kepada orang yang setia kepadaNya akan mendapat ketenangan jiwa dan
mendapat berkat, dan selagi masih ada langit dan bumi maka janji itu tetap (ay.
19). Langit dan bumi adalah menjadi saksi akan hal ini. Oleh karena itu
pilihlah kehidupan! Dengan mengasihi TUHAN maka kita beroleh umur yang penuh
berkat dan memiliki umur yang penuh makna (umur yang panjang/ tidak hanya
berdasarkan seberapa panjang atau seberapa pendek umurnya tetapi memiliki arti
atau makna dalam hidupnya). Dengan demikian, kita beroleh memasuki tanah yang
dijanjikan TUHAN kepada Abraham, Ishak, dan Yakub, dan janji ini masih
berlanjut sampai generasi saat ini bahkan sampai akhir generasi manusia sekali
pun. Tanah perjanjian itu adalah “Kanaan”, tanah yang penuh kesuburan dan penuh
dengan kehidupan.
Implikasi Nas
- Perjalanan
hari ini adalah perjalanan kita menuju tanah Kanaan yang sejati, yaitu
Sorga. Jadi, bagaimana dengan Kanaan saat ini? Kanaan saat ini tidak lagi
harus Kanaan yang ada di wilayah Timur Tengah, tetapi dimana pun kita
berada, di tanah yang bagaimana pun itu bisa menjadi tanah Kanaan bagi
setiap orang yang percaya karena ia memegang satu komitmen dan prinsip
bahwa ia mengasihi Allah karena Allah terlebih dahulu mengasihinya.
- Pada generasi
saat ini, tidak zamannya lagi banyak-banyak cakap mengasihi Allah tetapi
tidak ada perbuatan yang menunjukkan kasihnya itu. Cukuplah melakukan
kehendak Allah dan menaati perintahnya, dan dengan hal itu sudah
menunjukkan bahwa kita sudah mengasihi dan beribadah kepadaNya.
- Berdiam
dalam firmanNya adalah suatu kebahagiaan dan tidak ada kekurangan apa pun
walaupun kehidupan begitu mencekam. Itulah kehidupan yang dikehendaki oleh
TUHAN ada di setiap orang yang percaya. Janganlah karena keindahan dan
kenikmatan sementara, membuat kita berpaling dan meninggalkan sumber
berkat dan kehidupan yang sesungguhnya karena pada akhirnya adalah
kebinasaan. Marilah kita memilih untuk mengasihi TUHAN sebagai komitmen
dan prinsip hidup kita orang yang percaya padaNya. Amin.