BAHAN KHOTBAH
MINGGU VI SETELAH
TRINITATIS
Minggu, 03 Juli 2016
Ev.: Galatia 6: 7 –
16; Ep.: Jesaya 66: 10 – 44; S.Patik: Roma 3: 12 – 13
Oleh: Pdt. Daniel Bonardo Pane, S.Th.
BERTEKUNLAH BERBUAT
BAIK SEBAGAI PENYATAAN UMAT PILIHAN ALLAH!
Pengantar
Apakah kita ini adalah umat pilihan Allah? Sebagai umat
pilihan Allah apakah hidup kita seluruhnya telah dipenuhi dan dipimpin oleh Roh
Allah, ataukah masih dipenuhi dan dipimpin oleh roh-roh yang ada di dunia ini?
Memang benar, kita ini masih hidup di dunia yang penuh dengan kejahatan namun
itu tidaklah sebagai ketetapan hidup kita ini harus dipenuhi atau dipimpin oleh
roh dunia ini. Roh memang tidak tampak walaupun ada beberapa orang yang
memiliki kemampuan untuk melihat roh. Akan tetapi setiap roh akan mempengaruhi
tubuh orang yang dihinggapinya dan akan memimpinnya. Itu berarti, apabila Roh
Allah menghinggapi atau diam di dalam tubuh kita, maka kita akan dipengaruhi
dan dipimpin untuk berbuat baik sesuai dengan yang Allah inginkan, namun
apabila roh dunia yang diam di tubuh kita maka kita akan dipengaruhi dan
dipimpin untuk melakukan apa yang dunia ini kehendaki.
Apakah yang Allah kehendaki bagi setiap umat pilihan-Nya?
Itulah yang akan dijelaskan pada penjelasan nas khotbah ini. Maka saya
mengarahkan kita untuk masuk ke penjelasan nas khotbah ini.
Penjelasan
Nas
Surat Galatia ini
merupakan surat Rasul Paulus yang bertujuan untuk memberi pengajaran bagi umat
Kristen yang tinggal di Kota Galatia mengenai kerasulannya dan bagaimana sikap
umat Kristen sebagai umat Allah. Kota Galatia dipenuhi dengan berbagai
ajaran-ajaran filsafat dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya dan budaya. Kota
Galatia terletak di wilayah tengah bagian utara Asia Kecil (Turki sekarang).
Banyak tantangan yang dihadapi oleh umat Kristen di kota ini, baik tantangan
dari kaum Gnostik maupun dari kaum Yahudi yang tinggal di kota ini. Pergumulan
yang di hadapi umat Kristen di kota ini karena banyaknya ajaran – ajaran yang
menolak dan meragukan ajaran serta kerasulan Paulus. Dengan banyaknya tantangan
demikian, banyaklah umat Kristen yang menjadi ragu tentang ajaran iman yang
Paulus ajarkan. Untuk menjawab keraguan tersebutlah dan menguatkan iman umat
Kristen selaku umat pilihan Allah untuk menghadapi semua tantangan atau
pergumulan tersebut. Selain menjawab keraguan itu, melalui surat ini juga
Paulus mengajarkan umat Kristen di kota ini bagaimana harus bersikap sebagai
wujud nyata umat Allah.
Pada pasal 6 ini rasul Paulus memberikan nasehat sebagai
lanjutan nasehatnya pada pasal sebelumnya. Pada pasal sebelumnya (pasal 5)
Paulus menasehatkan dan mengajarkan bagaimana umat pilihan Allah harus
berperilaku atau bersikap di tengah – tengah hidupnya. Umat pilihan Allah
haruslah benar – benar membuahkan buah Roh, Roh Kudus yang merupakan Roh yang
berasal dari Allah sendiri. Kita harus menyadari bahwa anugerah Allah melalui
pemilihan-Nya terhadap kita sebagai umat pilihan begitu agung dan besar. Tidak
ada sesuatu apa pun di segala tempat dan waktu yang dapat memberikan anugerah
yang sama. Anugerah Allah itu adalah kehidupan bagi umat pilihan-Nya, sehingga
setiap umat pilihan Allah hidup dalam anugerah Allah yang agung itu. Akan
tetapi di tengah berbagai pergumulan, atau persoalan hidup dan dengan semakin
semaraknya para pengajar – pengajar sesat hendaknya umat pilihan tidak ikut
sesat.
Pada ayat 7 bahan khotbah ini, Paulus memberikan
pengajaran tanam – tuai, apa yang engkau tanam itu juga yang akan dituai. Namun
di awal ayat ini dikatakan “jangan sesat” (mh. plana/sqe/ me planasthe) Sesat berarti tidak berada dalam standart
kebenaran, yaitu Firman dan kehendak Allah. Itu dapat dimaknai jika ada orang
sesat berarti ia tidak berada dalam standart yang telah ditetapkan atau lebih
jelasnya diartikan kehilangan jalan kebenaran. Jika demikian perkataan Paulus
pada awal ayat 7 ini yang merupakan teguran yang begitu keras bagi jemaat
Galatia oleh Paulus agar jemaat itu tetap berada pada standart kebenaran mutlak
dalam bersikap dan berperilaku; jemaat itu berada dalam ketetapan – ketetapan
yang Allah tetapkan sebagai umat pilihan; jemaat Galatia tidak lagi menjadikan
kebenaran manusia atau kebenaran dunia ini menjadi tolak ukur sebagai umat
pilihan Allah. Dengan berbagai kebenaran dunia dan kebenaran manusia yang ingin
memaksa kebenaran sejati seolah – olah Allah membiarkan dirinya setuju dengan
kebenaran manusia. Kebenaran manusia atau dunia ini adalah kepentingan dirinya
tetapi kebenaran Allah adalah keselamatan bagi umat pilihanNya. Allah tidak
membiarkan dirinya dipermainkan
oleh kebenaran dunia atau manusia. Kata dipermainkan memiliki pengartian menjadi
ejekan, bahan yang pantas untuk dihina atau sesuatu yang dianggap tidak ada
hanya berpura-pura. Nasehat Paulus di ayat 7 ini merupakan teguran mengenai
sikap yang mencoba menganggap anugerah Allah itu hanya suatu kepura-puraan saja,
sehingga mereka menganggap segala dosa dan pelanggaran mereka yang mereka
sesali sudah dihapuskan sehingga akan beroleh pengampunan lagi, kemudian
berdosa lagi dan diampuni kembali; perbuatan yang berpura-pura menyesali segala
dosanya namun itu hanya acting dan dianggap Allah berhasil ditipu dengan
actingnya tersebut; berpura-pura dalam ketekunan menjalankan firman Allah namun
semuanya menjadi kemunafikan; ejekan atau segala penghinaan terhadap kebenaran
dan anugerah Allah juga terjadi di jemaat Galatia oleh orang – orang yang
menganggap dirinya atau ajarannya sudah benar atau hebat melebihi anugerah
Allah. Ia tahu bahwa Allah itu baik, tetapi ia tidak menghidupi kebaikan Allah
itu, dianggap kebaikan Allah hanya untuk memenuhi keinginannya atau pemuas yang
dikehendakinya; ia melakukan perbuatan baik dan orang memandang perbuatan
baiknya itu, akan tetapi ia ingin memperhutangkan Allah dengan perbuatan
baiknya itu, ia menuntut keinginannya karena ia sudah berbuat baik, pikir orang
yang demikian sikapnya. Barangsiapa yang menghina anugerah atau kebaikan Allah
akan mendapatkan upahnya dan barangsiapa yang menghidupi dan mengimani kebaikan
atau anugeah Allah juga akan mendapatkan upahnya. Sebab kebaikan yang ditanam
maka akan kebaikan dari TUHAN yang tidak dapat diberikan oleh dunia.
Di ayat 8 merupakan suatu penegasan terhadap ayat 7
mengenai upah atau yang akan dituai. Menabur dalam daging yang merupakan suatu
sikap atau perilaku yang hanya untuk mendapakan apa yang diinginkan atau
memuaskan keinginan dagingnya, yang merupakan kesenangan sesaat (bdk. Segala
perbuatan seperti ini dapat kita lihat dalam Gal. 5: 19 – 21). Semuanya itu
adalah kebinasaan ujungnya. Sama seperti daging ini yang merupakan menuju
kebinasaan demikian juga orang yang menabur dalam daging. Tetapi menabur dalam
Roh adalah kehidupan yang kekal ujungnya. Menabur dalam Roh yang merupakan
perbuatan yang dipengaruhi atau dipenuhi dengan Roh Kudus, Roh yang dari Allah
sendiri sehingga dengan Roh Kudus kita akan diarahkan dalam melakukan segala
kebaikan atau perbuatan baik (Gal. 5: 22 yang merupakan buah Roh) sebagai umat
yang telah ditebus dan dipilih, dan kesemuaannya itu hanya sebagai pemenuhan
kehendak Allah bagi umat pilihanNya.
Janganlah jemu-jemu dalam berbuat baik (ay. 9) akan
tetapi harus dipahami perbuatan baik itu tidak menjadi tolak ukur untuk
keselamatan, tetapi berbuat baik dalam hal ini adalah sebagai buah atau sebagai
aksi bahwa kita benar-benar telah diselamatkan dan telah ditebus atau dalam hal
ini kita telah diangkat menjadi umat pilihanNya. Berbuat baik sebagai kepenuhan
bahwa Roh Kudus hadir dan sudah bersama dengan kita. Jika waktunya sudah dekat,
maka kita akan beroleh upah kebaikan dan Anugerah Allah dalam KerajaanNya yang
kekal. Perjalanan waktu dunia ini selalu dan akan selalu mendekati batas waktu
dunia yang akan berakhir akan kebinasaan. Apabila kita tidak lemah dan tetap
tekun dalam berbuat baik maka kita akan beroleh upah untuk itu.
Selagi masih ada kesempatan tetaplah berbuat baik (ay.
10) selagi masih terbit matahari dan kita dapat merasakan kehangatan sinar
mentari dan masih merasakan udara dan nafas kehidupan berarti kita masih diberi
kesempatan untuk berbuat baik, terutama
bagi kawan – kawan seiman. Apakah Paulus di sini bersikap exklusif?
Sesekali tidak. Akan tetapi Paulus memberikan nasehat untuk terlebih dahulu
saling berbuat baik terlebih dahulu kepada saudara seiman dalam hal ini merupakan
persekutan anak-anak Allah.Sehingga setelah itu perbuatan baik akan terus –
menerus mengalir sampai kepada setiap orang yang membutuhkan. Semakin sering
dan semakin banyak berbuat baik maka semakin banyak orang akan merasakan
perbuatan baik kita tersebut.
Pada ayat 11 – 18 merupakan nasihat dan salam penutup
surat Paulus ke jemaat ini. Pada bagian ini Paulus lebih menekankan akan
kesetiaan sebagai umat pilihan Allah walaupun berbagai pergumulan hidup dan
penderitaan atau ejekan dari orang – orang yang akan binasa. Pemilihan Allah
tidaklah didasarkan oleh tradisi yang dibuat manusia sendiri atau berbagai
pengalaman hidup manusia, akan tetapi merupakan hak mutlak Allah. Pemilihan
sebagai umat Pilihan Allah dalam Yesus Kristus mendatangkan damai sejahtera dan
rahmat.
Implikasi
- Apakah
kita telah yakin bahwa kita adalah pilihan Allah? Keyakinan kita hendaklah
tampak dari iman dan perbuatan kita. Kita adalah umat pilihan Allah
melalui baptisan yang telah kita terima.
- Sebagai
umat pilihan hendaknya berbuah, membuahkan buah Roh di tengah – tengah
pergumulan hidup. Kita dipilih menjadi umat pilihan adalah keselamatan
bagi kita, dan anugerah terindah dalam hidup. Sehingga dengan anugerah itu
kita semakin tekun dalam berbuat baik.
- Tetaplah
setia dalam iman memikul segala bentuk ejekan atau hinaan atau bahkan
penderitaan dari setiap orang yang akan binasa. Karena kesetiaan itu
tidaklah sia – sia melainkan kesetiaan itu memiliki upah dari sumber
kehidupan yang kekal.
Nyanyiak Kidung Jemaat:
1. 5: 1 + 3 + 7;
2. 29: 1 + 3;
3.
40: 1 + 4;
4. 370: 1 + 3;
5. 424: 1....
6.
413: 1 + 3 ;
7. 363: 1.....