DANIEL PANE

SELAMAT DATANG DAN MENIKMATI YANG TELAH DISAJIKAN

Rabu, 29 Juni 2016

BAHAN KHOTBAH
MINGGU VI SETELAH TRINITATIS
Minggu, 03 Juli 2016
Ev.: Galatia 6: 7 – 16; Ep.: Jesaya 66: 10 – 44; S.Patik: Roma 3: 12 – 13
Oleh: Pdt. Daniel Bonardo Pane, S.Th.

BERTEKUNLAH BERBUAT BAIK SEBAGAI PENYATAAN UMAT PILIHAN ALLAH!

Pengantar
            Apakah kita ini adalah umat pilihan Allah? Sebagai umat pilihan Allah apakah hidup kita seluruhnya telah dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Allah, ataukah masih dipenuhi dan dipimpin oleh roh-roh yang ada di dunia ini? Memang benar, kita ini masih hidup di dunia yang penuh dengan kejahatan namun itu tidaklah sebagai ketetapan hidup kita ini harus dipenuhi atau dipimpin oleh roh dunia ini. Roh memang tidak tampak walaupun ada beberapa orang yang memiliki kemampuan untuk melihat roh. Akan tetapi setiap roh akan mempengaruhi tubuh orang yang dihinggapinya dan akan memimpinnya. Itu berarti, apabila Roh Allah menghinggapi atau diam di dalam tubuh kita, maka kita akan dipengaruhi dan dipimpin untuk berbuat baik sesuai dengan yang Allah inginkan, namun apabila roh dunia yang diam di tubuh kita maka kita akan dipengaruhi dan dipimpin untuk melakukan apa yang dunia ini kehendaki.
            Apakah yang Allah kehendaki bagi setiap umat pilihan-Nya? Itulah yang akan dijelaskan pada penjelasan nas khotbah ini. Maka saya mengarahkan kita untuk masuk ke penjelasan nas khotbah ini.

Penjelasan Nas
            Surat Galatia ini merupakan surat Rasul Paulus yang bertujuan untuk memberi pengajaran bagi umat Kristen yang tinggal di Kota Galatia mengenai kerasulannya dan bagaimana sikap umat Kristen sebagai umat Allah. Kota Galatia dipenuhi dengan berbagai ajaran-ajaran filsafat dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya dan budaya. Kota Galatia terletak di wilayah tengah bagian utara Asia Kecil (Turki sekarang). Banyak tantangan yang dihadapi oleh umat Kristen di kota ini, baik tantangan dari kaum Gnostik maupun dari kaum Yahudi yang tinggal di kota ini. Pergumulan yang di hadapi umat Kristen di kota ini karena banyaknya ajaran – ajaran yang menolak dan meragukan ajaran serta kerasulan Paulus. Dengan banyaknya tantangan demikian, banyaklah umat Kristen yang menjadi ragu tentang ajaran iman yang Paulus ajarkan. Untuk menjawab keraguan tersebutlah dan menguatkan iman umat Kristen selaku umat pilihan Allah untuk menghadapi semua tantangan atau pergumulan tersebut. Selain menjawab keraguan itu, melalui surat ini juga Paulus mengajarkan umat Kristen di kota ini bagaimana harus bersikap sebagai wujud nyata umat Allah.
            Pada pasal 6 ini rasul Paulus memberikan nasehat sebagai lanjutan nasehatnya pada pasal sebelumnya. Pada pasal sebelumnya (pasal 5) Paulus menasehatkan dan mengajarkan bagaimana umat pilihan Allah harus berperilaku atau bersikap di tengah – tengah hidupnya. Umat pilihan Allah haruslah benar – benar membuahkan buah Roh, Roh Kudus yang merupakan Roh yang berasal dari Allah sendiri. Kita harus menyadari bahwa anugerah Allah melalui pemilihan-Nya terhadap kita sebagai umat pilihan begitu agung dan besar. Tidak ada sesuatu apa pun di segala tempat dan waktu yang dapat memberikan anugerah yang sama. Anugerah Allah itu adalah kehidupan bagi umat pilihan-Nya, sehingga setiap umat pilihan Allah hidup dalam anugerah Allah yang agung itu. Akan tetapi di tengah berbagai pergumulan, atau persoalan hidup dan dengan semakin semaraknya para pengajar – pengajar sesat hendaknya umat pilihan tidak ikut sesat.
            Pada ayat 7 bahan khotbah ini, Paulus memberikan pengajaran tanam – tuai, apa yang engkau tanam itu juga yang akan dituai. Namun di awal ayat ini dikatakan “jangan sesat” (mh. plana/sqe/ me planasthe) Sesat berarti tidak berada dalam standart kebenaran, yaitu Firman dan kehendak Allah. Itu dapat dimaknai jika ada orang sesat berarti ia tidak berada dalam standart yang telah ditetapkan atau lebih jelasnya diartikan kehilangan jalan kebenaran. Jika demikian perkataan Paulus pada awal ayat 7 ini yang merupakan teguran yang begitu keras bagi jemaat Galatia oleh Paulus agar jemaat itu tetap berada pada standart kebenaran mutlak dalam bersikap dan berperilaku; jemaat itu berada dalam ketetapan – ketetapan yang Allah tetapkan sebagai umat pilihan; jemaat Galatia tidak lagi menjadikan kebenaran manusia atau kebenaran dunia ini menjadi tolak ukur sebagai umat pilihan Allah. Dengan berbagai kebenaran dunia dan kebenaran manusia yang ingin memaksa kebenaran sejati seolah – olah Allah membiarkan dirinya setuju dengan kebenaran manusia. Kebenaran manusia atau dunia ini adalah kepentingan dirinya tetapi kebenaran Allah adalah keselamatan bagi umat pilihanNya. Allah tidak membiarkan dirinya dipermainkan oleh kebenaran dunia atau manusia. Kata dipermainkan memiliki pengartian menjadi ejekan, bahan yang pantas untuk dihina atau sesuatu yang dianggap tidak ada hanya berpura-pura. Nasehat Paulus di ayat 7 ini merupakan teguran mengenai sikap yang mencoba menganggap anugerah Allah itu hanya suatu kepura-puraan saja, sehingga mereka menganggap segala dosa dan pelanggaran mereka yang mereka sesali sudah dihapuskan sehingga akan beroleh pengampunan lagi, kemudian berdosa lagi dan diampuni kembali; perbuatan yang berpura-pura menyesali segala dosanya namun itu hanya acting dan dianggap Allah berhasil ditipu dengan actingnya tersebut; berpura-pura dalam ketekunan menjalankan firman Allah namun semuanya menjadi kemunafikan; ejekan atau segala penghinaan terhadap kebenaran dan anugerah Allah juga terjadi di jemaat Galatia oleh orang – orang yang menganggap dirinya atau ajarannya sudah benar atau hebat melebihi anugerah Allah. Ia tahu bahwa Allah itu baik, tetapi ia tidak menghidupi kebaikan Allah itu, dianggap kebaikan Allah hanya untuk memenuhi keinginannya atau pemuas yang dikehendakinya; ia melakukan perbuatan baik dan orang memandang perbuatan baiknya itu, akan tetapi ia ingin memperhutangkan Allah dengan perbuatan baiknya itu, ia menuntut keinginannya karena ia sudah berbuat baik, pikir orang yang demikian sikapnya. Barangsiapa yang menghina anugerah atau kebaikan Allah akan mendapatkan upahnya dan barangsiapa yang menghidupi dan mengimani kebaikan atau anugeah Allah juga akan mendapatkan upahnya. Sebab kebaikan yang ditanam maka akan kebaikan dari TUHAN yang tidak dapat diberikan oleh dunia.
            Di ayat 8 merupakan suatu penegasan terhadap ayat 7 mengenai upah atau yang akan dituai. Menabur dalam daging yang merupakan suatu sikap atau perilaku yang hanya untuk mendapakan apa yang diinginkan atau memuaskan keinginan dagingnya, yang merupakan kesenangan sesaat (bdk. Segala perbuatan seperti ini dapat kita lihat dalam Gal. 5: 19 – 21). Semuanya itu adalah kebinasaan ujungnya. Sama seperti daging ini yang merupakan menuju kebinasaan demikian juga orang yang menabur dalam daging. Tetapi menabur dalam Roh adalah kehidupan yang kekal ujungnya. Menabur dalam Roh yang merupakan perbuatan yang dipengaruhi atau dipenuhi dengan Roh Kudus, Roh yang dari Allah sendiri sehingga dengan Roh Kudus kita akan diarahkan dalam melakukan segala kebaikan atau perbuatan baik (Gal. 5: 22 yang merupakan buah Roh) sebagai umat yang telah ditebus dan dipilih, dan kesemuaannya itu hanya sebagai pemenuhan kehendak Allah bagi umat pilihanNya.
            Janganlah jemu-jemu dalam berbuat baik (ay. 9) akan tetapi harus dipahami perbuatan baik itu tidak menjadi tolak ukur untuk keselamatan, tetapi berbuat baik dalam hal ini adalah sebagai buah atau sebagai aksi bahwa kita benar-benar telah diselamatkan dan telah ditebus atau dalam hal ini kita telah diangkat menjadi umat pilihanNya. Berbuat baik sebagai kepenuhan bahwa Roh Kudus hadir dan sudah bersama dengan kita. Jika waktunya sudah dekat, maka kita akan beroleh upah kebaikan dan Anugerah Allah dalam KerajaanNya yang kekal. Perjalanan waktu dunia ini selalu dan akan selalu mendekati batas waktu dunia yang akan berakhir akan kebinasaan. Apabila kita tidak lemah dan tetap tekun dalam berbuat baik maka kita akan beroleh upah untuk itu.
            Selagi masih ada kesempatan tetaplah berbuat baik (ay. 10) selagi masih terbit matahari dan kita dapat merasakan kehangatan sinar mentari dan masih merasakan udara dan nafas kehidupan berarti kita masih diberi kesempatan untuk berbuat baik, terutama bagi kawan – kawan seiman. Apakah Paulus di sini bersikap exklusif? Sesekali tidak. Akan tetapi Paulus memberikan nasehat untuk terlebih dahulu saling berbuat baik terlebih dahulu kepada saudara seiman dalam hal ini merupakan persekutan anak-anak Allah.Sehingga setelah itu perbuatan baik akan terus – menerus mengalir sampai kepada setiap orang yang membutuhkan. Semakin sering dan semakin banyak berbuat baik maka semakin banyak orang akan merasakan perbuatan baik kita tersebut.
            Pada ayat 11 – 18 merupakan nasihat dan salam penutup surat Paulus ke jemaat ini. Pada bagian ini Paulus lebih menekankan akan kesetiaan sebagai umat pilihan Allah walaupun berbagai pergumulan hidup dan penderitaan atau ejekan dari orang – orang yang akan binasa. Pemilihan Allah tidaklah didasarkan oleh tradisi yang dibuat manusia sendiri atau berbagai pengalaman hidup manusia, akan tetapi merupakan hak mutlak Allah. Pemilihan sebagai umat Pilihan Allah dalam Yesus Kristus mendatangkan damai sejahtera dan rahmat.

Implikasi
  1. Apakah kita telah yakin bahwa kita adalah pilihan Allah? Keyakinan kita hendaklah tampak dari iman dan perbuatan kita. Kita adalah umat pilihan Allah melalui baptisan yang telah kita terima.
  2. Sebagai umat pilihan hendaknya berbuah, membuahkan buah Roh di tengah – tengah pergumulan hidup. Kita dipilih menjadi umat pilihan adalah keselamatan bagi kita, dan anugerah terindah dalam hidup. Sehingga dengan anugerah itu kita semakin tekun dalam berbuat baik.
  3. Tetaplah setia dalam iman memikul segala bentuk ejekan atau hinaan atau bahkan penderitaan dari setiap orang yang akan binasa. Karena kesetiaan itu tidaklah sia – sia melainkan kesetiaan itu memiliki upah dari sumber kehidupan yang kekal.
Nyanyiak Kidung Jemaat:
 1. 5: 1 + 3 + 7;  
2. 29: 1 + 3;   
3.  40: 1 + 4;  
4. 370: 1 + 3;  
5. 424: 1.... 
6. 413: 1 + 3 ;
7.  363: 1.....